Kamis, 11 Juli 2013

[My FF] OMG! / Oh My God!




Title: OMG! / Oh My God!
Author: Anita
Genre: Romance
Length: Oneshot
Main cast:
Byun Ji Young
Park Jung Min (SS501)
Rating: NC-21
Attention! Fanfiction is not for child. And, this is my fanfiction. Please comment and follow my twitter: @Anita_Febriany
Happy reading...

******


“Bisakah kamu berhenti menyanyi? Kupingku sakit mendengarnya,” kataku sambil melempar bantal ke wajahnya. Sudah berapa lama dia bernyanyi? Aku melirik jam dinding, sudah hampir 1 jam.
Aku segera berbaring dan menarik selimutku.
“Ji Young...” panggilnya dengan suara manja dan ikutan berbaring di sebelahku.
“Kita lakukan yuk...” katanya sambil memeluk pinggangku.
Kumiringkan tubuhku dan menatapnya, “Jung Min, aku lelah. Sekarang sudah jam 11 malam. Aku mau tidur...”
“Ji Young... Ayolah...” dia mengeratkan cengkramannya  pada pinggangku.
Apakah isi kepalanya cuma sex? Aku bingung dengannya, mungkin di matanya aku ini sangat menarik. Padahal saat SMP dan SMA aku belum pernah berpacaran sama sekali, anak laki-laki pada sering mengejekku si gadis berkacamata yang jelek. Padahal aku sudah memoles wajahku dengan make up. Kalau mengingat itu, aku rasanya ingin menangis.
Pertemuanku dengan Jung Min saja sangat aneh. Waktu itu aku lagi terburu-buru pergi kekuliah, saat lagi di dalam taksi, tiba-tiba dia muncul dan bernyanyi di balik kaca mobil taksi. Pengamen jalanan yang tampan, pikirku saat melihatnya pertama kali.
Bagaimana kita bisa bersama seperti saat ini? Karena saat itu aku memanggilnya, dan memintanya menikah denganku. Mungkin kedengarannya sangat lucu. Tapi dia langsung menerimaku tanpa bertanya tentang diriku.
Kami berpacaran 3 bulan lalu menikah. Selama berpacaran, baru aku dan dia saling menceritakan tentang diri masing-masing.
Tak ku sangka cowok yang bersamaku ini adalah orang kaya. Padahal saat pertama kali bertemu dengannya pekerjaannya adalah sebagai pengamen.
“Kenapa kamu jadi pengamen?” tanyaku dulu saat masih berpacaran dengannya.
“Aku tidak suka di atur-atur oleh orang tuaku, aku mau bebas,” katanya sambil tersenyum lebar.
Mengingat ucapannya waktu itu membuatku ingin terus bersamanya. Makanya, aku memutuskan untuk menikah dengannya.
“Ji Young? Kenapa bengong?” suara Jung Min menyadarkan lamunanku.
“Gak apa-apa kok,” kataku sambil tersenyum.
“Oppa... Tunggu aku selesai S1 ku dulu ya, baru kita lakukan.”
Mendengar ucapanku, dia langsung melepas cengkramannya di pinggangku. Terlihat kekecewaan di wajahnya.
“Oppa, mengertilah... Ne?” aku mencolek-colek dagunya. Biasanya kalau aku melakukan itu, marahnya langsung mereda.

******

Hari ini aku bangun lebih pagi. Aku ingin membuat sarapan untuknya. Semalam dia sempat mengatakan kalau hari ini dia akan pergi ke kantor ayahnya.
Ku buka pintu kamar kemudian menghampirinya. Sesaat aku terdiam menatapnya, dan tersenyum bahagia saat melihat Jung Min memakai jas hitam. Dia terlihat sangat tampan.
“Apa kamu yakin akan kerja di kantor ayahmu?” tanyaku padanya.
“Iya, aku kan meneruskan perusahaannya.”
“Benarkah? Tapi... apa itu?”
“Ini? Kaca mata,” jawabnya polos.
“Ani, maksudku, kenapa pakai kaca mata?”
“Biar sama sepertimu,” katanya sambil tersenyum lebar. Rasanya aku ingin tertawa mendengar ucapannya itu.
“Baiklah tuan Park, selamat bekerja...” kataku sambil merapikan dasinya.
Keluar dari kamar, dia mengatakan kalau dia hari ini tidak bisa sarapan di rumah. Padahal aku sudah bangun pagi untuk memasakan makanan kesukaannya. Tapi aku senang dia mau berhenti jadi pengamen dan mau bekerja di perusahaan ayahnya.
“Aku akan bekerja di kantor ayahku, aku ingin membahagiakanmu dan anak kita kelak,” ucapnya tadi malam.
Karena aku terlalu senang mengingat ucapannya, sampai-sampai tidak sadar kalau dari tadi Jung Min menatapku terus.
“Kamu tidak pergi?” tanyaku bingung karena dia tetap berdiri di depanku.
“Morning Kiss-nya mana?”
Chu~
Aku mencium bibirnya sekilas.
“Sudah berangkat sana...” aku menarik lengannya sampai keluar rumah.
“Kamu tidak kuliah?” tanyanya sesaat kita sudah berada di pintu depan rumah.
“Tidak, hari ini aku masuk siang...”
“Baiklah...” dia mengacak-acak rambutku, “Annyeong!” pamitnya.
Aku tersenyum dan melambaikan tangan pada Jung Min yang sudah berjalan menjauhi rumah.
Lalu aku kembali ke kamarku dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku bersiap-siap untuk pergi ke toko buku dekat kampusku. Lagi ada potongan harga untuk semua novel di sana, hal itu jarang sekali ada jadi mumpung jam kuliahku siang, aku mau mampir ke sana terlebih dahulu.

******

Aku menatap botol minuman ku yang sudah kosong. Akhirnya aku mengambil ponselku yang ku letakan di atas meja untuk melihat jam. Ternyata sudah 1 jam aku duduk di kantin kampus ini, menunggu seseorang seperti orang bodoh.
Untuk melepas kobosanan, aku membaca novel yang baru saja aku beli.
“Ji Young!” panggil seseorang.
Aku membalikan badanku untuk melihat siapa yang datang.
“Apa aku lama?” tanyanya, lalu duduk di sebelahku.
Aku mengangguk, “Kau lama sekali Na Eun!”
Dia tertawa sambil mengambil buku yang sedang aku baca, “Novel fan fiction?”
“Iya, memangnya kenapa?”
“Seru gak?”
“Baca saja...”
Lalu dia membuka, dan melihat-lihat tiap lembarnya.
“Kenapa kau bisa lama sekali?”
Mendengar pertanyaanku, Na Eun langsung menutup novel ku yang sedang dia lihat-lihat. “Mian, Ji Young... ini semua gara-gara Taemin oppa! Dia menyuruhku foto kopi semua tugas-tugasnya. Jam kuliahku selesai, aku menghampirinya terlebih dahulu dan lupa memberitahumu. Temen-temennya gak ada yang bisa di minta membantuan, jadi dia minta tolong bantuanku.” Jelasnya panjang lebar.
“Araseo...” jawabku seadanya.
Aku sudah paham dengan sikap Na Eun yang lebih mementingkan Taemin, cowok yang sudah di pacarinnya 1 tahun ini. Dari pada aku, yang sudah menjadi temannya selama 5 tahun ini.
“Oiya! Bagaimana hubunganmu dengan Jung Min oppa? Apa sudah...” dengan cepat aku membungkam mulutnya dengan tanganku.
“Ya! Apa kau sudah gila! Jangan bicarakan itu di sini!” kataku berbisik-bisik.
Na Eun hanya tertawa dan mengangguk mengiyakan kata-kataku.
“Tapi kamu beruntung loh, kedua orang tua mu sudah meninggal. Dan kamu bertemu dengan pengamen yang tampan, dan langsung mengajaknya menikah. Ow~ So sweet...”
Mendengar ucapannya itu, aku langsung menjitak kepalanya dengan keras. Membuatnya ke sakitan, dan terus mengusap-usap kepalanya yang aku jitak.
“Tapi kamu memang beruntung Ji Young, pengamen tampan itu ternyata orang kaya...” lanjutnya.
Saat aku akan menjitak lagi kepalanya, dengan sigap dia menggeser kursinya menjauh dariku.
“Kau ini kenapa? Aku kan benar!” ucapnya kesal sambil mengusap-usap lagi kepalanya yang masih sakit karena jitakkanku.
“Lebih baik kita langsung ke toko kaset,” kataku tanpa memperdulikan Na Eun yang terus mengusap-usap kepalanya. Aku merapikan semuanya agar tidak ada yang tertinggal. Ponsel dan novelku, aku masukan ke dalam tas. Botol minuman ku yang kosong, aku buang ke tempat sampah.

******

Aku dan Na Eun betah mengitari toko kaset ini. Aku mengamati tiap kaset yang di pajang. Kaset yang di jual berbagai macam. Ad film, drama, musik, dan itu semua dari dalam dan luar negeri.
Setelah selesai melihat-lihat. Aku menemukan album EXO – XOXO (Kiss&Hug) yang aku ingin beli. Sat album ini keluar, aku memang sudah ingin membelinya. Tapi baru dapat membelinya sekarang.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil album itu dan membawanya bersamaku ke kasir.
“Kamu beli apa?” tanya Na Eun yang ikutan mengantri di belakangku.
“Beli ini!” jawabku sambil memamerkan kaset yang aku beli ke arahnya, “Kalau kamu beli apa?” aku berbalik nanya padanya.
“Aku beli kaset album AKB48 – So Long. Aku sudah lama ingin membeli ini. Tapi baru sempet sekarang...”
Pantas saja, saat aku mengirimnya SMS untuk mengajaknya ke toko kaset dia membalas SMS ku dengan cepat. Ternyata dia juga mengincar sesuatu di toko kaset ini. Biasanya jika sudah berurusan dengan Taemin, aku ajak kemana pun dia tidak pernah mau. Dan selalu mencari banyak alasan.

******

“Apa itu wortel?” tanyanya.
“Iya, kamu mau?” tawarku.
Lalu dia memajukan tubuhnya sambil membuka mulut, “Aaa~”
Dengan ragu aku menyuapkan wortel itu ke dalam mulutnya.
“Enak,” katanya sambil mengunyah kemudian tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Wortel adalah sayuran kesukaannya. Setiap hari makan wortel saja, dia tidak akan mengeluh bosan.
Makan malam hari ini sangat menyenangkan. Menurutku! Karena aku senang bisa makan malam bersamanya. Aku pikir dia tidak akan makan di rumah seperti tadi pagi.
Selesai makan, aku langsung merapikan meja dan mencuci semua piring yang kotor. Sedangkan Jung Min? Seperti biasa, dia langsung menyalakan mp3-nya dan bernyanyi-nyanyi sesukanya.
So, i can believe..I’m not alone ijen not alone deoneun seulpeuji anhge.. and, i can feel it, i’m not alone jeoldae not alone dashin himdeulji anhge..
Ijen dashin down down down down no! no! no! no! shigani deo heulreodo i’m not alone.. neo hana ddaemune i can believe..(Reff: Park Jung Min – Not Alone)
“Oppa! Bisakah kamu mengecilkan volume suaramu?” teriakku dari dapur, tapi tidak ada jawaban darinya. Sepertinya dia tidak mendengar. Dia masih saja terus bernyanyi. Dan itu membuatku tidak nyaman untuk mencuci piring. Ingin rasanya aku menyetel kaset yang baru saja aku beli tadi sore bersama Na Eun, biar volume suara Jung Min tidak terdengar. Jadi yang terdengar adalah lagu EXO Wolf yang keren itu.
Selesai mencuci piring, aku langsung menghampirinya dan melihatnya masih asik bernyanyi. Lalu aku matikan mp3-nya.
“Ya! Wae?” tanyanya terkejut saat aku mematikan mp3-nya tiba-tiba.
Aku mengerutkan keningku, “Berisik oppa...”
“Kenapa? Suaraku kan merdu. Dulu, saat aku mengamen di jalan, para gadis pada berkumpul dan memintaku untuk menyanyikan lagu itu.”
Para gadis? Aku sebal saat mendengar ucapannya itu. Pasti gadis-gadis itu hanya mau merayunya saja. Dasar wanita murahan!
“Baiklah, terus saja bernyanyi, biar para gadis mendekatimu,” ucapku sebal. Mungkin nada bicaraku terdengar kalau aku cemburu padanya.

******

Entah sudah berapa lama aku mengetik fan fiction untuk aku post di blog pribadiku. Tubuh dan jariku terasa pegal.
Kurenggangkan tubuhku sambil melirik jam dinding. Ternyata sudah pukul sepuluh malam.
“Omo!” aku terkejut karena dari belakang Jung Min memeluku.
“Oppa, lepaskan...” kataku tanpa menoleh ke arahnya.
“Apa kamu masih marah?”
“Tidurlah,” aku tidak mau menjawab pertanyanya itu, aku sudah tidak mau membahasnya lagi. Rasanya hatiku seperti di cabik-cabik jika membayangkan Jung Min dihampiri para gadis, apalagi kalau para gadis itu cantik-cantik. Biarpun itu dulu saat dia masih menjadi pengamen, tapi aku tetap tidak suka mendengar cerita tentang perempuan lain. Mungkin benar, aku cemburu padanya.
“Tidak mau, aku akan tidur jika kamu ada di sampingku.”
Aku terdiam sesaat. Lalu bangkit dari kursiku, dan berjalan menghampiri tempat tidur. Dia tersenyum dan ikut berjalan lambat menghampiriku, membuatku gugup.
“Apa kamu mau melakukannya?”
Aku membeku mendengar ucapannya.
“Menunggu mu menyelesaikan S1 mu itu terlalu lama...”
Aku hanya bisa menelan ludahku. Aku tidak tau harus menjawab apa. Sebelum memutuskan menikah dengannya, aku memang ingin sekali menyelesaikan S1 ku. Oh, Tuhan ku... Apa aku salah telah mengajaknya menikah? Aku sudah menahannya, dan tidak berpikiran akan melakukan ‘itu’. Tapi dia terus-terus mengajakku untuk melakukannya.
“Bersabarlah... Ne?”
Dia mendorongku dengan kasar sampai aku terjatuh ke tempat tidur, menyingkirkan bantal dan kemudian duduk di atas pahaku.
“Aku tidak bisa bersabar lebih lama lagi! Aku ini suamimu, aku punya hak atas dirimu.”
Wajahnya mendekat ke wajahku, sambil menghimpit tubuhku.
“Tenang saja, aku memakai pengaman. Jadi kita bisa lakukan 24 jam non-stop” bisiknya, membuat tubuhku menegang mendengarnya.
Tidak kebayang dipikiran ku ’24 jam non-stop’? Dia pasti bercanda!
“Kalau oppa berani menyentuhku, aku tidak akan masakin wortel lagi!” ancamku.
“Tidak masalah!” jawabnya tegas sambil menatap mataku.
Aku memalingkan wajahku ke samping. Aku tidak mau menatap matanya. Entah kenapa, jantungku jadi berdegup kencang.
“Aaahhh..” desahku pelan saat dia mencium leherku. Ternyata memalingkan wajah adalah kecerobohan terbesarku, sehingga dia dengan mudah mencium leherku.
Aku menggigit bibir bawahku pelan untuk menahan agar desahanku tidak keluar. Dan tanganku mecengkram kaos belakang punggungnya.
Lalu Jung Min menggigit kulit leherku dengan lembut kemudian menghisapnya kuat. Decakan-decakan bibirnya terdengar begitu menggairahkan.
“Mmmhhh... hhh...” desahnya. Bibirnya terus mencium leherku, gerakannya merambat sampai  ketengah leherku dan itu membuatku mendongak. Detak jantungku mulai tidak beraturan dibuatnya. Napasku mulai tersegal.
 “Aaaahhh...” desahku keras saat tangannya meremas dadaku lembut.
Dia meremas dada kiri dan kananku bergantian, sementara bibirnya masih terus menyusuri leherku.
“Hhh... Ngghhh...” desahnya lembut disela-sela suara decakannya.
Lalu dia melepas kaos yang kupakai, kemudian tangannya bergerak kebelakang bersama dengan bibirnya yang mengecupi bahuku. Tiba-tiba saja dia bangun sambil menarikku. Kini aku yang terduduk di pahanya.
“Ngghhh...hhh...” desahku pelan.
Kucium aroma tubuhnya yang lembut, dan kukecup lehernya pelan. Lalu kugigit dengan lembut dan menghisapnya.
“Aaaagghhh...” erangnya tertahan.
Tangannya bergerak membuka kait braku kemudian membuangnya sembarangan. Dan dengan cepat aku melepaskan kaosnya, kemudian dia mendorongku untuk kembali tertidur.
Dia mencium bibirku. Ditekannya lembut bibirku. Aku merasa jantungku berdetak secara tidak beraturan merasakan lidahnya menjilati bibirku. Dia melumat bibirku sambil menekannya semakin dalam. Aku pun membalasnya.
“Mmmhhh...” desah kami, bersamaan dengan decakan bibir kami.
Kubuka mulutku membiarkan lidahnya masuk untuk bertemu lidahku. Saling bertukar saliva. Bibirnya terasa sangat manis, membuatku ingin terus mengulumnya. Tapi, dia sesekali memberi jeda untuk kami mengambil napas.
Tanganku ku angkat untuk mengusap punggung telanjangnya yang basah karena keringat.
“Oppa...hhh...” diremasnya payudara sebelah kiriku dengan lembut, “Aaahhh...” aku menggeliat dalam himpitan tubuhnya.
Bibir Jung Min turun kebawah. Dia mengecup belahan dadaku, dan menjilati punting dada kananku. Lalu dikulumnya punting payudaraku, mainkannya dengan lidahnya.
Dia yang masih meremas payudara kiriku, terus memilin-milin puntingnya dan memutarnya sambil menekan-nekannya.
Jung Min menyedot nippleku, kemudian menggigitnya dan mengunyahnya renggang-renggang membuat buah dadaku mengeras. Lalu dia berpindah kesebelah kiri dan melakukan hal yang sama.
Aku meremas rambutnya yang halus. Bagian bawah pada tubuhku terasa berkedut-kedut dengan cepat. Kakiku tidak bisa diam dan terus bergerak menggesek kakinya.
Tiba-tiba dia melepaskan hisapannya, dan kemudian bangun untuk melepas celananya sendiri dan rokku. Aku memejamkan mataku karena aku tidak ingin melihat tubuh kami yang telanjang.
 “Nngghhh... Jung Min... aaahhh” tanganku meremas seprei. Bibirnya mencium leherku dan tangannya meremas dengan kasar kedua payudaraku dan memilin nippleku lagi, “Aasshhh...” aku mendesis tertahan.
“Mmmhh ..hhh...” desahan Jung Min terdengar jelas ditelingaku.
Dia menggigit pelan daun telingaku dan mengecupi bahuku. Aku bisa merasakan ujung miliknya sudah basah.
Puas menciumku, kini tangannya menarikku untuk berbalik menghadapnya lagi. Lalu melumat bibir atas dan bawah secara bergantian.
“Ngghhh...” aku mendesah, aku merasakan juniornya menggesek-gesek pahaku. Kurenggangkan kakiku, kemudian menjepit juniornya dengan pahaku.
“Aaaaarrrghhh...” dia melepaskan ciumannya dan mengerang hebat.
Jung Min beranjak dari tempat tidur, kemudian menarikku untuk bangun. Dia yang berdiri di depanku, dan aku yang masih duduk di atas tempat tidur, tiba-tiba dia meletakkan tanganku dijuniornya. Aku hanya diam. Dia menggenggam tanganku dan menuntunku untuk mengocok miliknya.
Kuremas perlahan juniornya, “Aaahhh... terus... aaahhh” desahnya sambil memejamkan mata.
Juniornya terasa sangat keras, urat-urat syarafnya yang menegang terlihat jelas. Dan ada cairan bening yang keluar dari ujung penisnya.
“Aaahhh... terus... Ji Young... aaahhh” desahnya.
Tiba-tiba tangannya memegang kepalaku dan mendorongnya ke arah juniornya. Kukulum ujung juniornya yang basah. Dia mendesah semakin keras.
Kujilati ujungnya, kemudian turun kebawah. Kumainkan twinsballnya dengan lidahku, kemudian kukulum dan kusedot kuat-kuat.
“Ji Young... Aaarrrgghhh... aaahhh” desahnya sambil meremas kuat rambutku.
Kujilat ujung juniornya dengan lembut seperti sedang menjilat ice cream, kemudian kumasukkan juniornya kedalam mulutku. Kubelah lubang miliknya yang berkerut itu dan kumasukkan ujung lidahku.
Kuemut terus juniornya naik turun, dan kuhisap kuat-kuat. “Ji... Young... aaahhh... terus... ssshhh”
Kemudian aku merasa miliknya berdenyut kuat, dan “Aaaaaarrrrgghhhhhh……” Jung Min melenguh bersama dengan cairan yang menyemprot keluar dari juniornya.
Cairan putih kental miliknya langsung memenuhi ruang mulutku, lalu aku menelannya. Dia menarik tubuhku keatasnya, dan melumat bibirku untuk membersihkan cairannya yang tersisa dibibirku.
Kemudian dia naik ke atas tempat tidur lagi. Dia meraih daguku dan mencium bibirku. Aku yang masih terduduk, sekarang menjadi berada di atasnya. Lalu dia mencium leherku, dan kedua tangannya memilin kedua nippleku.
Tiba-tiba dia mendorong tubuhku ke samping, dan sekarang gantian dia yang berada di atasku.
“Oppa... ssshhh... aaahhh” aku meggeliat pelan. Ciumannya terus turun kebawah.
Kuusap lembut kepalanya, kemudian dia duduk sambil merenggangkan kakiku. Membuka pahaku. Lalu dia mengecup pahaku bagian bawah.
“Aaahhh... ssshhh... aaahhh“ tubuhku menggelinjang merasakan lidahnya yang basah, merayap menelusuri pahaku.
“Jung Min oppa... aaahhh... hhh” desahku pelan saat jilatannya sampai diselangkanganku.
Jantungku berdetak cepat. Dan vaginaku berdenyut-denyut cepat merasakan sensasi jilatannya. “Aaahhh...” Dia menjilat daging vaginaku, dikecupinya kemudian disedotnya kuat-kuat.
 “Mmmhhh...” lidahnya menyapu lubang vaginaku yang basah dan becek.
“Jung Min... uuughhh...”aku meremas rambutnya sambil menjepit kepalanya dengan pahaku. Kemudian lidahnya menyeruak masuk kedalam lubang vaginaku. “Aaakkhh...” aku menjerit tertahan.
Kurasakan sesuatu ingin keluar dari dalam tubuhku, “Aaahhh.... ssshhh... aaahhh” Aku mengeluarkan cairan dari vaginaku. Jung Min yang masih menjilati vaginaku, langsung merasakan cairan yang baru saja keluar.
Lalu kami berciuman sambil bermain lidah. Tanganku memeluk lehernya, dan kurasakan ujung juniornya sedang menggesek-gesek permukaan vaginaku.
“Mmmhhh...” decekan bibir kami terdengar begitu menggairahkan.
“Aaakkhh... Mmmhhh...” aku menjerit tertahan, tapi Jung Min langsung membungkam mulutku dengan ciumannya. Aku merasakan juniornya menerobos masuk kedalam lubang vaginaku.
“Hhh...ngghhh...” aku meringis menahan rasa perih sambil menggigit pelan bibir Jung Min.
“Aaahhh...” Jung Min mendesah sambil berusaha memasukan juniornya. Tanpa kusadari, air mataku mengalir. Rasanya benar-benar perih. Tanganku sampai menjambak rambutnya dengan kasar.
Jung Min terus mendorong juniornya hingga masuk sepenuhnya kedalam vaginaku. Rasanya penuh sesak dan perih.
Dia melepaskan ciumannya dan menghapus air mataku. Kemudian, dengan perlahan dia gerakkan pinggulnya naik-turun.
“Aaahhh... Jung Min...” desahku. Juniornya menggesek dengan tempo lambat. “Oppa... aaahhh... ppali...” pintaku. Aku sudah tidak bisa menahannya.
Dia mempercepat tempo gerakannya, “ooogghhh.. aahh... Ji Young... aahh”desahnya. Juniornya menggesek dinding vagianaku dan menghentak kuat didinding rahimku, dan menyentuh Gspot ku.
“Aaahhh... ssshhh... aahh”
“ooohh... aaahh... mmmhh” dihisapinya kulit leherku.
Dia semakin mempercepat gerakannya, dan pinggulku bergoyang mengikuti gerakannya. Suara benturan alat kemaluan kami sampai terdengar.
“Ji Young... ooohhh”
“Lebih da...lam... ssshh... aaah aaah”
Dia semakin kuat menghentak kedalam vaginaku. Ujung penisnya membentur keras dinding rahimku. Vaginaku terasa semakin sesak karna juniornya yang semakin membengkak.
“Aaahhh... aaahhh... aaaaaaaaarrrgghh. …”
Tubuh kami berdua mengejang. Vaginaku berdenyut begitu kuat saat melepaskan cairan orgasmeku. Begitu juga dengan Jung Min. Spermanya mengalir deras didalam perutku. Vaginaku masih terasa berdenyut-denyut.
Jung Min melepaskan juniornya, kemudian tidur terlentang disebelahku. Lalu dia menarik selimut, memakaikannya pada tubuhku dan tubuhnya untuk menutupi tubuh kami.
Kemudian memiringkan tubuhku, membelakanginya. Dengan napas yang belum stabil, aku memejamkan mata.
Tiba-tiba kurasakan tangan Jung Min melingkar di perutku, memelukku dari belakang dengan erat hingga punggungku menempel pada dadanya.
Seketika aku tersentak bangun saat mengingat apa yang sudah terjadi. Aku menarik selimut untuk menutupi bagian depan tubuhku.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kita melakukannya...” gumamku.
“Ne?”
Hening...
Lalu Jung Min bangun dan bergerak mendekatiku. Dia menyandarkan dagunya dibahuku, “Aku senang, akhirnya kamu mau melakukannya denganku. Padahal aku tidak menggunakan pengaman.” bisiknya pelan.
 “MWORAGO?!”
Kenapa aku baru menyadarinya? Oh, my God!!!

-The End-

Note: untuk setiap umat islam yang menjalankan puasa, selamat menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan.

Thanks for reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar