Kamis, 11 Juli 2013

[My FF] Oh My Darling, I Love You (Chapter 3)




Title: Oh, My Darling, I Love You (Chapter 3) END
Author: Anita
Genre: Romance, School life, Tragedy
Length: Chapter
Main Cast:
Suzy (Miss A)
Kim Hyung Jun (SS501)
Kevin (U-Kiss)
Support Cast:
Lay (EXO-M)
Sunny (SNSD)
Attention! This is JUST FAN-FICTION. Please comment! And, happy reading~  You can follow my official Twitter: @Anita_Febriany and Language support: @KRL_Easy Thanks <3

****** 

 
Aku naik bis seorang diri untuk mencari tempat aku akan tinggal semetara. Hyung Jun sudah mencariku sampai ke sini, dan sekarang dia pasti sudah melihat pesanku di pohon itu.
“Pemberhentian terakhir.” suara petugas halte terdengar.
Aku melihat di sekelilingku, ternyata penumpang yang tersisa hanya aku. Aku pun turun, dan berjalan ke padang rumput yang ada di depanku.
Sesampainya di sana, aku melihat langit biru yang cerah. Aku diam memandangi. Tiba-tiba perutku terasa sakit, apa karena aku belum makan sama sekali dari aku datang ke sini sampai sekarang?
Aku terus berdiri diam dan tertidur di rumputan. Sewaktu sadar, aku berada di dalam selimut yang hangat. Aku bangkit dari kasur, dan saat itu aku melihat sosok laki-laki sedang menatapku.
“Kamu sudah bangun?” tanyanya sambil tersenyum lembut padaku.
“Nuguseyo (kamu siapa?) Aku ada dimana?”
“Namaku Lay, kamu sekarang berada di rumah penginapanku. Tadi aku menemukanmu pingsan.” Dia berjalan mendekatiku “Istirahatlah.”
“Iya.”
Akhirnya aku tinggal dengannya untuk waktu yang lama.
“Kamu kenapa bisa datang ke jepang seorang diri?” tanyanya sambil meletakan dan menata makanan yang baru saja dia masak di atas meja.
“Aku...” dengan sekuat tenaga aku memutar otak untuk mencari alasan, “Aku diputuskan oleh pacarku, jadi aku ke sini untuk mencari pacar baru.”
Dia tertawa kecil mendengar ceritaku. Lalu memberiku buku harian.
“Ini apa?”
“Ini buku harian yang di tulis setiap pengunjung yang datang ke sini.”
Buku itu adalah tempat para pengunjung untuk menceritakan kesan dan pesan saat menginap di sini.
“Apa aku harus menulis juga?”
Dia tersenyum lembut.
“Aku mau menulis apa?” gumamku.
“Apa aku boleh melihat isi kesan-pesan mereka yang menulis di sini?”
“Boleh...”
Aku lalu membolak-balik tiap halaman untuk melihat-lihat. Tapi aku berhenti di halaman yang tulisannya sangat akrab di mataku.”
“Ada apa?”
Aku terdiam.
“Suzy?”
Hyung Jun pernah menginap di tempat ini. Aku jadi menangis membaca tulisannya.
“Suzy? Gwaenchana?”
Aku berusaha menutupi kesedihanku, dan menghapus air mataku.
“Bukan apa-apa, hanya saja ini ditulis oleh laki-laki yang aku cintai.”
Isi:
Tanggal 14 Februari,
Aku datang ke sini untuk merenungkan pekerjaan apa yang aku akan cari di korea, sebenarnya aku ingin menjadi guru demi seorang gadis. Si cengeng Bae Suzy. Gadis yang selalu bersamaku itu sadar gak ya kalau aku selama ini memikirkannya? Suatu hari, aku akan mengajaknya menikah dan membawanya berbulan madu ke sini. hahaha
“Kenapa kamu tidak mencoba untuk memintanya kembali padamu?”
“Tidak segampang itu...”
“Coba dulu, kamu belum mencobanya kan?” katanya sambil memberikan telepon yang ada di dekat meja makan.
Apa yang dikatakan Lay benar. Aku harus menelponnya, terutama ke rumah. Kakek sama nenek pasti sangat mengkhawatirkan aku.
“Baiklah...” aku meraih telepon itu dan menekan tombol nomer telepon rumah.
“Yeoboseyo?” terdengar suara kakek mengangkat teleponku.
“Yeoboseyo?”
Aku diam.
“Suzy? Apa ini Suzy?”
Mataku panas. Terdengar suara kakek yang sepertinya mengkhawatirkan aku.
“Kakek...” akhirnya aku membuka suara.
“Apa kamu bersama Hyung Jun sekarang?”
“Hmmm”
“Dia datang ke sana untuk mencarimu.”
Aku hanya diam mendengar ucapan kakek.
“Pulanglah, Hyung Jun rela ditugaskan ke Tokyo-Jepang oleh nenekmu demi pernikahan kalian... dia mau dipisahkan dengan syarat nenekmu mau mengakui pernikahan kalian.”
“Apa?” jantungku berdetak kencang.
“Pulanglah Suzy...”
Tanpa menjawab ucapan kakek, aku menutup telepon. Akhirnya aku tau, betapa besarnya cinta Hyung Jun padaku selama ini.
“Suzy, apa kata orang rumah?” tanya Lay cemas.
Aku hanya bisa menangis, “Tenanglah...” Lay memelukku, membuat tangisku menjadi-jadi di pelukannya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
“Tunggu di sini,” kata Lay tersenyum dan menghapus air mataku.
Aku mengintip dari balik pintu dapur.
Itu Hyung Jun!
Dia sedang mengobrol dengan Hyung Jun di depan pintu.
Tanpa minta izin pada Lay, aku cepat-cepat kembali ke kamar untuk mengambil koperku lalu meletakan amplop yang berisikan uang. Aku lalu berlari keluar lewat pintu belakang dan langsung naik taksi yang melintas.
“Loh? Anak itu kemana?” gumam Lay.
“Ada apa?”
“Ada seorang gadis yang menginap di sini, aku menemukannya pingsan tempo hari.”
Hyung Jun lalu berjalan masuk ke kamar, dan melihat ada amplop yang di letakan di atas meja.
Setelah masuk ke dalam taksi, taksi itu pun bergerak. Lalu aku menempelkan mukaku di jendela dan memandang rumah penginapan itu yang makin mengecil. Aku menghindar jauh dari Hyung Jun.air mataku terus mengalir, sepertinya aku tidak akan bertemu Hyung Jun lagi...
 
******
 
Tadinya aku kira aku akan mati di negara ini, tapi aku di tolong oleh seorang perawat bernama Sunny. Entah sudah berapa lama aku tertidur di kamarnya dan membuatnya susah.
Hari ini Sunny pergi bekerja. Waktu aku sedang memasak untuk aku makan, dari luar terdengar suara langkah kaki memasuki dapur.
“Aku pulang...” Sunny pulang dengan membawa banyak belanjaan.
“Sudah pulang?”
“Iya, kamu masak apa?”
“Ramen, kamu mau? Akan aku masakan untukmu.”
“Boleh, kebetulan aku juga sedang lapar.” katanya sambil membereskan barang belanjaannya.
“Apa kamu sudah baik kan?”
“Sudah...”
“Syukurlah, aku sangat mengkhawatirkan mu. Apa kamu benar-benar tidak memiliki saudara di sini? Supir taksi waktu itu sangat panik karena penumpangnya pingsan dan membawa mu, untung saja dia membawamu ke rumah sakit tempat ku bekerja.”
Aku tidak ingat kejadian waktu itu.
“Jalan-jalan sendirian memang menyenangkan, tapi tidak ku sangka kamu akan jalan-jalan sampai ke sini (jepang)” Sunny menasehati aku.
 
******
 
“Sungmin itu pacarmu ya?” tanyaku saat aku melihat album fotonya.
Sunny yang sedang merapikan buku-buku di mejanya langsung kaget mendengar pertanyaanku.
“Bukan...” mukanya mulai memerah.
“Tapi ini, kenapa fotonya di beri bentuk ‘love’?”
“Ya! Jangan di lihat!!!” Sunny merebut album yang aku pegang.
“Kenapa? Apa kamu sudah menyatakannya?”
“Tidak, aku tidak bisa menyatakannya duluan.”
Aku diam mendengar ucapannya. Sunny benar, jaman sekarang cewek tidak mungkin menyatakan cinta duluan. Padahal kalau itu dilakukan, tidak akan jadi beban nantinya.
Keesokan harinya hujan turun dengan deras. Badanku terasa sehatan sekarang. Sewaktu Sunny berangkat kerja, aku diam-diam pergi keluar rumah.
Supaya tidak membuat Sunny khawatir, aku pulang sebelum dia pulang. waktu aku akan membuka pintu, terdengar suara Sunny sedang berbicara pada seorang laki-laki. Apa itu Sungmin? Lalu dengan perlahan aku membuka pintu.
“Suzy?” panggil Sunny, laki-laki itu pun menengok.
“Suzy!” orang itu ternyata Kevin, tanpa banyak bicara aku segera lari.
“Suzy, tunggu.”
“Pergi sana! Kenapa bisa kamu di sini?”
“Aku mencarimu, aku mau minta maaf atas kejadian di hotel waktu itu...”
“Tidak segampang itu minta maaf, kejadian malam itu tidak bisa aku maafkan!”
“Suzy, tunggu.”
Kevin terus mengejarku. Tapi langkahku terhenti saat melihat Hyung Jun di depanku.
“Suzy...” panggilnya pelan.
Rasanya jantungku akan copot, Hyung Jun pasti mendengar ucapanku barusan.
 
******
 
Aku diam menatap Hyung Jun.
“Suzy, aku mau minta maaf...” Kevin yang ada di sampingku terus berbicara.
Wajah Hyung Jun berubah dingin waktu melihat Kevin.
“Apa maksud ucapan mu itu?” tanya Hyung Jun geram. Lalu Hyung Jun berjalan mendekati kami.
“Ada apa di antara kalian?” Hyung Jun mengguncang bahuku, “Suzy! Jawab!”
“Cukup! Suzy tidak salah, aku yang salah. Aku membuatnya mabuk dan membawanya ke hotel!”
“Mwo?” mata Hyung Jun terbelalak besar, “Terus kamu apakan dia?”
“Aku...”
“Sudah hentikan!” teriakku.
Hyung Jun yang sudah naik darah langsung meninju Kevin.
“Oppa, hentikan!” teriakku lagi tapi Hyung Jun terus memukul Kevin sampai babak belur.
“Berdiri!” perintah Hyung Jun pada Kevin yang sudah lemas.
Kevin dengan sempoyongan berdiri lalu melap darah di bibirnya.
“Semua ini terjadi karena salahmu. Aku hanya menghibur Suzy yang sedang bersedih.”
Hyung Jun nyengir kesal mendengar ucapan Kevin.
“Kamu ini tau apa hah!” Hyung Jun meninju Kevin lagi.
“Sudah cukup!” jeritku sekuat tenaga, lalu aku pergi meninggalkan mereka.
“Suzy!” teriak Hyung Jun.
Aku yang kehilangan akal terus berlari dan tidak melihat ada jurang di depanku.
“Suzy!”
“Pergi!” usirku sewaktu Hyung Jun akan mendekatiku, “Kalau Oppa mendekat, aku akan loncat!”
“Jangan bodoh kamu!”
“Aku sudah mengecewakanmu... Malam itu, aku dan Kevin...” aku kehabisan napas, “Aku tidak pernah bermaksud mengakitimu Oppa...”
Badanku sempoyongan.
“Oppa, mianhae...”
Hyung Jun diam sejenak, lalu melangkah mendekatiku.
“Tenanglah... Kita bicarakan baik-baik di rumah.” Hyung Jun menjulurkan tangannya.
“Aku bilang jangan mendekat!” jeritku, aku benar-benar seperti orang yang kehilangan akal sehat.
“Oppa pasti akan menceraikan aku...”
“Tidak, ayo kita pulang...”
Baru saja aku melangkah maju, kakiku terpeleset
“Akh!” aku terjatuh.
“Suzy!!!” Hyung Jun menggenggam tanganku.
Aku memegang erat tangan Hyung Jun, tapi karena terlalu licin aku tidak dapat menahan lagi.
“Aaakh!” Hyung Jun ikut terjatuh.
Tubuh kami menyangkut di dahan pohon. Tapi dahan pohon yang menompang tubuh kami kecil.
“Kamu naik duluan!”
Aku berusaha naik. Saat aku berhasil naik, dahan pohon itu retak.
“Oppa!!!” jeritku histeris.
Hyung Jun jatuh ke jurang itu, tak lama Kevin datang lalu turun ke bawah dengan perlahan untuk mencari Hyung Jun.
Hyung Jun berhasil di temukan. Dia segera di larikan ke rumah sakit tempat Sunny bekerja. Aku dan Kevin menyusul belakangan. Sunny terus membujuk Kevin untuk di obati luka-luka yang ada di wajahnya, tapi dia tetap tidak mau.
Tak lama pintu UGD terbuka. Hyung Jun tampak terbaring lemah. Kepalanya dibalut perban, dan masker oksigen melekat dimukanya.
“Oppa...” panggilku pelan di samping tempat tidurnya. Tangan Hyung Jun kugenggam erat, “Oppa, mianhae...” mukaku kurebahkan ke dadanya. Air mataku tiada henti mengalir.
 
******
 
 Hujan terus turun dengan deras di luar dan aku terus berada di sisi Hyung Jun.
“Suzy... kamu makan dulu ya. Kevin sudah bawa makanan untuk mu. Nanti kamu sakit...” Sunny terus memaksaku untuk makan, tapi aku tidak mau. Melihat Hyung Jun yang berbaring lemah membuatku hanya mau ada disisinya. Aku takut... Hyung Jun akan mati.
Seorang suster masuk dan memeriksa Hyung Jun.
“Tolong, tunggu di luar,” pinta suster itu.
“Ada apa?”
Tak lama dokter masuk juga.
“Nanti akan kami jelaskan. Jadi tolong, kalian berdua tunggu di luar sekarang.”
Mendengar ucapan dokter itu membuatku semakin takut.
“Oppa...” aku panik.
“Sudah... Ayo, Suzy!” Sunny mengajakku keluar ruangan.
Hatiku tidak tenang. Aku hanya bisa berdoa. Tak lama dokter itu pun keluar.
“Kalian sudah diperbolehkan masuk.”
“Ada apa sebenarnya” tanya Kevin pada dokter.
Dokter itu terdiam sejenak, “Kami sudah berusaha sebisa mungkin. Selanjutnya, hanya tuhan yang tau.”
“Oppa...” Cuma itu yang bisa kukatakan saat mendengar ucapan dokter, aku melihat wajah Hyung Jun yang memutih seperti mayat, “Jangan tinggalkan aku...” air mataku mengalir.
“Dokter harus menyelamatkannya!” protes Kevin ke dokter, “Ya! Kim Hyung Jun! Kau harus hidup! Kalau kau mati, siapa yang melindungi dan menjaga Suzy!” Kevin masuk dan langsung mengguncang-guncangkan tubuh Hyung Jun.
“Hentikan!” aku mencoba menghentikan perbuatan Kevin, aku yakin kalau Hyung Jun mendengar ucapan Kevin.
“Kamu! Keluar!” dokter mengusir Kevin, lalu menyeretnya keluar.
“Aku belum selesai!!! Lepaskan! Suzy...! waktu itu aku tidak menyentuhmu sedikitpun!!!” teriak Kevin saat dokter menyeret paksa.
Aku terdiam mendengarnya. Dan...
“Su...zy...” terdengar suara Hyung Jun.
“Oppa?”
“Sajangnim! (dokter!) Dia sadar...” Sunny berteriak keluar memanggil dokter.
“Oppa, bicaralah...”
Dia terdiam lagi. Dengan berlinang air mata aku terus berharap.
Karena lelah terus menangis dan berdoa, aku tertidur. Sampai pagi tiba, aku merasakan ada jari lentik Hyung Jun di depan mataku. Lalu aku menatap ke arah Hyung Jun, entah sejak kapan dia sudah sadar dan menatapku.
“Oppa?”
“Suzy...” panggilnya dengan suara lirih. Aku menggenggam tangannya dan memeluk dadanya.
 
******
 
Kesehatan Hyung Jun berangsur-angsur pulih, dan pada akhirnya tiba saatnya untuk pulang. Sewaktu sedang pamit dengan Sunny, Kevin datang.
“Mau pulang sekarang?” Kevin terkejut.
“Iya, kakek ku sudah menyuruhku sekolah lagi. Kamu tidak mau sekolah?”
“Oh iya...”
“Baiklah, aku juga akan pulang,” pamit Kevin pada Sunny.
Sebelum aku dan Kevin pergi, kami tak lupa mengucapkan terima kasih padanya. Lalu aku memberikan surat pada Sunny.
“Ini apa?” tanyanya.
“Tolong berikan pada Hyung Jun oppa.”
“Annyeong!” aku bersama Kevin meninggalkan rumah sakit, Hyung Jun yang sedang tertidur makanya aku menulis surat untuk ucapan perpisahanku.
 
******
 
Di dalam taksi aku diam seribu bahasa.
Sesampainya di bandara, aku dan Kevin hendak membeli tiket tiba-tiba terdengar seseorang yang memanggilku.
“Suzy!” Hyung Jun berlari menghampiriku. Napasnya tersengal-sengal.
Aku lalu berlari menghampiri Hyung Jun, “Oppa? Kenapa kamu ke sini?”
“Kalau kau pergi, aku akan berhenti jadi guru. Aku tidak mau kita berpisah lagi.”
“Suzy!” Kevin memanggilku, “Aku sudah beli tiketnya, tapi hanya 1. Sepertinya kamu harus tinggal di sini.” katanya sambil melambaikan tangan dan berlari masuk ke bandara.
“Kita mulai dari awal ya...”
“Ne...”
Aku memeluk Hyung Jun dan menatapnya. Bibir Hyung Jun mendekat ke bibirku, pelan-pelan aku menutup mata.
 
The End.
[inspiration of the novel “Oh, My Darling”]
Mungkin ini akan jadi FF ber-chapter terakhir Author :’( hiks hiks saya pusing buatnya. Ini ciyus loh. Tapi terima kasih sudah mau membacaaa...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar