Rabu, 24 Juli 2013

[My FF] Mystery of the empty villa.



Title: Mystery of the empty villa.
Author: Anita
Genre: Horror (maybe), Friendship
Length: Oneshoot
Main Cast:
1)      Jiyeon (T-Ara)                     as              Han Ji Eul
2)      Yoona (SNSD)                     as              Lee Yong Hee
3)      Suzy (Miss A)                      as              Park Hye Na
4)      HeeChul (Super Junior)
5)      Jae Joong (JYJ)

Please comment and happy reading...

====================================================================


“Sekarang kita harus bagaimana?”
“Aku tidak tau,”
“Aisssh! Dasar! Seharusnya mobilmu ini kamu bawa dulu ke bengkel!”
“Bisa diam tidak? Kenapa jadi aku terus yang kamu salahkan!” bentak Hye Na, Yong Hee yang dari tadi memarahi Hye Na akhirnya terdiam.
Aku hanya bisa diam melihat kedua temanku itu bertengkar. Karena semua ini sudah terjadi, apa yang perlu diributkan? Kami pergi bersama bukan untuk bertengkar, tapi untuk liburan. Tapi...
“Kenapa mesin mobil harus mati di tengah hutan begini?” gumamku pelan.
“Ya! Han Ji Eul!” panggil Yong Hee yang menatap lurus ke depan tanpa melihat ke arahku.
“Apa?”
“Tidak jadi,” jawabnya dengan nada yang kesal.
Aku mengerutkan keningku, bingung. Tapi aku tau Yong Hee masih marah pada Hye Na. Karena kalau dia sedang marah dengan seseorang, dia tidak pernah mau menatap seseorang yang diajaknya bicara.
Hye Na yang disampingnya hanya bisa menghela napas panjang, dan terus mencoba menyalakan mesin mobil tapi tidak kunjung menyala.
Aku lalu melihat keluar dari balik kaca jendela. Benar-benar sudah gelap. Apakah aku, Yong Hee, dan Hye Na malam ini akan menginap di dalam mobil?
“Han Ji Eul,” sekarang Hye Na memanggilku, tapi suaranya terdengar ragu-ragu.
“Apa?” tanyaku sambil melihat ke arahnya.
“Bisakah kalian mendorong mobil ini? Aku akan mencoba menghidupkannya,” katanya sambil melihat ke arahku dan Yong Hee.
 “Apa? Kau sudah gila! Tidak mau! Mentang-mentang kamu yang bisa membawa mobil, jangan seenaknya suruh orang untuk mendorong malam-malam begini!” Yong Hee yang masih marah langsung berteriak di depan Hye Na saat mendengar ucapannya.
“Sudahlah Yong Hee...” kataku sambil menepuk pundak Yong Hee pelan untuk menenangkannya.
Tapi Yong Hee tidak memperdulikan ucapanku dan langsung turun dari mobil, berpindah tempat duduk di belakang, duduk di sampingku. Hye Na yang melihat amarah Yong Hee yang meledak-ledak hanya bisa terdiam.
Sekarang Hye Na duduk di depan sendiri, sudah seperti sopir yang membawa dua majikannya. Dan, Yong Hee yang berada di sampingku terus menggumam kesal tidak jelas sambil menatap ke luar jendela, dan Hye Na hanya diam seribu bahasa sambil menatap lurus kedepan.
Aku paling tidak suka suasana seperti ini. Sepi... yang terdengar hanya suara burung hantu dari luar. Jadi terkesan menyeramkan kalau terus diam. Tapi aku juga bingung mau ngomong apa untuk melepas rasa sepi ini.
Tapi aku yakin, besok pagi mereka pasti akan baikan. Karena biarpun Yong Hee mudah sekali marah tapi dia orangnya juga mudah sekali memaafkan orang lain. Apalagi, kami sudah berteman sangat lama. Hampir 6 tahun.
“Sepertinya di luar sana ada villa,” akhirnya Hye Na membuka suaranya, menghilangkan kesunyian di antara kami.
Tapi mendengar ucapanannya, membuat aku dan Yong Hee melihat ke arah yang di tunjuk. Dan, benar! Tidak jauh dari kami berada, ada villa.
Aneh, kenapa ada villa di tengah hutan seperti ini?
“Apa kita akan ke sana?” tanya Yong Hee tiba-tiba. Mendengar pertanyaan Yong Hee membuatku berpikir sebentar.
“Lebih baik kita kesana, tidak aman kalau kita di dalam mobil,” jawabku asal.
Yong Hee dan Hye Na langsung menatapku.
“A...ada apa?”
“Kamu pintar Ji Eul!” kata mereka bersamaan. Kalau sudah kompak begitu, namanya mereka sudah baikan.
Aku lalu tersenyum membalas ucapan mereka.

**********

Sudah 20 menit kami berjalan, dan akhirnya kami sampai juga di depan pintu gerbang villa.
Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat villa. Ternyata villa ini kalau di lihat dari dekat sangat besar. Tapi terkesan menyeramkan karena banyak tumbuhan liar di setiap sudutnya, dan lampu depan tidak di hidupkan. Tapi terlihat dari lantai atas kamar villa ini hidup, itu berarti ada orang di villa ini.
“Ayo masuk,”
Suara Yong Hee menyadarkan lamunanku.
Aku menggandeng tangan dengan Hye Na, dan masuk bersamaan. Yong Hee yang memimpin jalan, membuka gerbang dengan perlahan.
Sesampainya di depan pintu, Yong Hee mengetuk pintu itu tapi tidak ada respon dari dalam.
“Apa tidak ada orang?” tanya Hye Na.
“Kalau tidak ada, ruangan di lantai atas tidak mungkin menyala,” jawabku.
“Maksudmu?”
“Tadi aku liat di lantai atas lampunya menyala,”
“Apa orangnya tidak mendengar?” tanya Yong Hee.
Tok! Tok! Tok!
Yong Hee mengetuk pintu itu lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari dalam.
“Bagaimana kalau benar tidak ada orang?” kata Hye Na sambil memijit pergelangan kakinya.
Sepertinya dia kelelahan karena berjalan selama 20 menit.
“Aku akan coba,” kataku, lalu Yong Hee mundur sedikit untuk memberi ku jalan.
Saat aku mau mengetuk pintu itu, tiba-tiba pintu terbuka, “Permisi...” ucap kami bersamaan sambil membungkukan badan, tapi saat kami melihat ke arah pintu. Tidak ada orang di depan kami.
Lalu Yong Hee mencoba membuka pintu itu lebar-lebar, “Apa pintu ini dari tadi tidak di kunci?” tanya Yong Hee bingung.
“Permisi... apa ada orang?” teriak Yong Hee sambil berjalan masuk.
Aku dan Hye Na berjalan di belakang Yong Hee dengan ragu-ragu. Aku takut, tapi Hye Na yang di sebelahku malah melihat-lihat seisi villa dengan raut wajah yang biasa saja.
“Apa ada orang?” teriak Yong Hee lagi, tapi tetap tidak ada jawaban.
Karena gelap, aku berjalan mencari saklar. Saat lampu menyala, terlihat jelas seisi villa yang mewah. Padahal dari luar villa terlihat menyeramkan.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” teriak Yong Hee tiba-tiba sontak membuatku dan Hye Na terkejut.
Saat aku dan Hye Na melihat ke arah Yong Hee, tepat di depan Yong Hee berdiri seorang pria. Dia mengenakan jas, kemeja, celana bahan, dan sepatu warna putih. Hanya dasi dan topinya yang hitam.
“Selamat malam,” kata Hye Na sambil membungkukan badan, aku yang terbengong melihat pria itu langsung membungkukan badan mengukuti Hye Na. Tapi Yong Hee masih terdiam, mungkin dia terlalu terkejut saat lampu aku nyalakan, tiba-tiba ada seorang pria yang berdiri tepat di depannya.
“Maaf, kami tidak sopan sudah masuk ke dalam,” kata Hye Na sambil berjalan menghampiri mereka.
Pria itu tersenyum mendengar ucapan Hye Na, lalu Hye Na menarik tangan Yong Hee agar sedikit mundur dari pria itu.
“Apa kami boleh menginap di villa ini untuk semalam? Mobil kami di tengah hutan tiba-tiba saja mogok,” kataku sambil berjalan menghampiri kedua sahabatku itu.
Tapi pria itu hanya mengangguk dan tersenyum.
“Terima kasih...”
“...”
Aneh, pria ini dari tadi tidak berbicara satu kata pun. Apa dia bisu?

**********

“Hye Na,” panggilku pelan pada Hye Na.
“Apa?” jawabnya singkat, dia masih fokus mengetik tugas kuliahnya di laptop.
“Ada yang aneh sama villa ini,”
“Aneh kenapa?”
“Kenapa di tengah hutan begini ada villa?”
Belum sempat Hye Na menjawab pertanyaanku, tiba-tiba saja laptop Hye Na mati. Dia hanya terbengong menatap layar laptopnya. Terlihat bahwa dia sangat terkejut.
“Ya! Jangan matikan lampunya!!!” teriak Yong Hee dari kamar mandi. Lalu aku berjalan menghampiri kamar mandi. Aku melihat saklarnya menyala, berarti lampu kamar mandinya yang putus.
“Yong Hee... sepertinya lampunya mati, tapi bukan kami yang mematikannya,” teriakku dari balik pintu.
“Akh! Sial! Jadi gelap kan,” gerutunya dari dalam kamar mandi.
Lalu aku kembali ketempat semula, dan melihat Hye Na masih terdiam mematung menatap layar laptopnya.
“Ada apa?” tanyaku.
“Aneh,” jawabnya pelan yang membuatku tidak mendengarnya.
“Ne?”
“Aneh!” teriaknya, sontak membuatku terkejut.
“Aneh kenapa?” tanyaku bingung.
“Ya aneh, kamu tidak lihat laptopku sedang aku charger? Tidak mungkin bisa mati...!!!”
“Mungkin laptopmu sedang error,” aku mencoba menenangkannya, tapi Hye Na tampak kesal mungkin tugas-tugas yang ada di laptopnya belum sempat dia save karena tiba-tiba saja laptopnya mati tanpa sebab.
“Ahhh~ Eottokhe?” Hye Na mengacak-acak rambutnya kesal, lalu memukul kepalanya pelan dengan boneka yang selalu menemaninya saat akan mengetik di depan laptop.
Aku hanya diam menatap Hye Na yang mulai terlihat seperti orang gila.
Akhirnya Yong Hee keluar dari kamar mandi, “Masih ada sabun di wajahmu,” kataku saat melihat wajah Yong Hee dengan tubuhnya yang di balut oleh handuk.
Mendengar ucapanku, Yong Hee masuk kembali ke dalam kamar mandi.
Aku menghela napas panjang, “Besok pagi kita harus pergi dari villa ini,” gumamku pelan.

**********

Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan dari luar pintu.
Aku lalu melirik jam dinding, jam duabelas malam. “Siapa sih malam-malam begini mengetuk pintu?”
Aku lalu berjalan menghampiri pintu dengan tubuh yang masih belum stabil. Aku berjalan seperti orang yang mabuk, jelas saja karena aku baru mau melayang ke alam mimpi tiba-tiba di bangunkan oleh suara ketukan pintu.
Sesampainya di depan pintu, aku membuka pintu itu dengan perlahan.
“Siapa?” tanyaku saat pintu kubuka. Ternyata pria pemilik villa ini. Dia berdiri tepat di depan pintuku sambil tersenyum, lalu memberikan ku surat.
“Surat apa ini?” tanyaku, tapi pria itu tetap diam dan tidak berbicara. Dia hanya tersenyum, dan segera bergegas pergi.
“Tu...tunggu!” teriakku memanggilnya, tapi dia terus berjalan tidak mendengarku. Aneh, dia baru jalan sebentar tapi sudah jauh.
Saat akan membuka surat yang di berikan pria pemilik villa ini, tiba-tiba ada hembusan angin yang membuat surat di tanganku terjatuh. Aku mencoba membungkukan badanku untuk mengambil surat itu, tapi tiba-tiba aku melihat ada sepasang kaki di depanku. Dan terasa ada tetesan air jatuh di atas kepalaku, aku meraba kepalaku dengan jari-jariku. Saat melihatnya, ternyata darah!  Aku mendongakkan kepalaku, dan...
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” teriakku sampai aku terduduk lemas di lantai.
“Ada apa?” tanya Yong Hee, dia yang sudah berdiri di belakangku melihatku dengan ekspresi bingung.
Keringat dingin keluar dari sekujur tubuhku, kepanikan dan rasa takut juga muncul. Apa yang barusan aku lihat benar-benar membuatku terkejut dan gemetaran.
“Ada apa??” tanya Yong Hee lagi. Tapi aku tidak bisa bicara padanya. Panik, takut, terkejut, semuanya jadi satu.
Melihatku yang seperti itu, membuat Yong Hee merasa khawatir. Dia membantuku untuk berdiri, dan menuntunku kembali ke tempat tidur.
“Ada apa Ji Eul?” tanya Yong Hee lagi, tapi nadanya terdengar sangat khawatir.
Aku berusaha membuka mulut untuk berbicara, tapi aku melihat gadis kecil itu lagi. Dia tepat berdiri di depan Yong Hee, dan itu membuatku pingsan.

**********

Pantulan sinar mata hari pagi dari balik jendela kamarku sangat menyilaukan. Aku terbangun dari pingsanku semalam. Kepalaku jadi pusing dibuatnya.
Lalu aku melihat Yong Hee yang tertidur pulas di sampingku. Aku berniat bangkit dari tempat tidur, tapi tiba-tiba teringat dengan surat yang semalam di berikan oleh pria pemilik villa.
Aku mencari-cari surat itu di tiap sudut kamar ku, tapi tetap tidak ketemu.
“Kamu mencari ini?” tanya Hye Min, sambil berjalan menghampiriku.
“Ah, ye~ Kok bisa ada sama kamu?” aku mengambil surat itu dari tangan Hye Min.
“Aku menemukannya di bawah tempat tidurmu, tadinya aku berniat membangunkan kalian. Tapi kalian tidur sangat pulas. Lihat, sekarang sudah jam sebelas!” ocehnya.
Aku melirik jam dinding. Benar, sekarang sudah jam sebelas. Aku tertidur sangat lama, lalu aku melirik Yong Hee. Mungkin Yong Hee belum bangun sampai sekarang karena semalam menjagaku.
Aku melihat tiap sudut kamarku, hawa menyeramkan tidak terasa dari kamar ini. Tapi, yang semalam aku lihat... apa?
“Ji Eul? Wae?” suara Hye Mi menyadarkan lamunanku.
“Ani,” aku buru-buru tersenyum padanya, “Ah, apa kita akan ke villa Jae Joong sekarang?” tanyaku pada Hye Mi. Aku tidak suka berlama-lama di villa ini, karena menurutku ada yang aneh sama villa ini. Apa lagi, aku teringat sama yang semalam ku lihat. Hah~ Lagipula kami berlibur kan, ingin berlibur di villa Jae Joong pacarku!
“HeeChul mengatakan kalau mobilku belum dapat di perbaiki...”
“HeeChul?” tanyaku bingung, aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
“Iya, pemilik villa ini... baru saja aku berkenalan dengannya. Dia pria yang baik.”
Setelah Hye Mi mengucapkan itu, tiba-tiba saja HeeChul muncul dari balik pintu kamar ku, dan membuat aku dan Hye Mi terkejut.
HeeChul membungkukkan badannya, tapi aku tidak mengerti apa maksudnya. Dia begitu karena mau memberi salam pada kami atau karena mau mohon maaf pada kami.
Lalu HeeChul menarik tangan Hye Min.
“Ayo Ji Eul!” teriak Hye Mi padaku saat HeeChul menarik tangannya.
Aku pun berjalan di belakang Hye Mi, tapi mataku terus tertuju pada tangan HeeChul yang menarik paksa Hye Mi. Tengannya terlihat pucat, seperti mayat. Dan aku bingung, kenapa Hye Mi tidak memarahinya saat HeeChul menarik tangannya?
Sekarang aku, Hye Mi dan HeeChul tiba di dapur. Ternyata HeeChul menuntun kami untuk ke dapur. Ku lihat meja sudah dipenuhi dengan makanan, apa HeeChul yang menyiapkan ini semua? Tapi kenapa HeeChul harus manarik tangan Hye Mi agar kami mengikutinya ke dapur? Apa dia tidak bisa berbicara?
“Ji Eul...” panggil Hye Mi pelan, aku langsung menoleh ke arahnya.
“Jangan bingung ya, HeeChul memang tidak bisa berbicara...” bisik Hye Mi, membuatku terkejut dan langsung memperhatikan HeeChul yang sedang tersenyum padaku sambil menuangkan teh ke cangkirnya. Kenapa Hye Mi bisa tau kalau HeeChul tidak bisa berbicara?
Aku terus memperhatikan HeeChul, dan baru tersadar kalau dia mengenakan jas, kemeja, celana bahan dan sepatu warna putih. Dasi dan topinya yang hitam, sama seperti saat pertama kali bertemu dengannya. Apa dia tidak menggantinya? Jorok! Tapi semua ini membuat perasaanku tidak tenang, rasanya aku ingin kabur saja.
“Hye Mi, aku mau membangunkan Yong Hee dulu...” pamitku pada Hye Mi, lalu aku membungkukkan badanku untuk meminta maaf pada HeeChul.
Aku segera bergegas pergi ke kamar, untuk menemui Yong Hee. Saat tiba di dalam kamar, aku melihat gadis kecil berlumuran darah itu sedang berdiri si samping Yong Hee dengan membawa pisau yang siap di tancapkan ke tubuh Yong Hee.
“Yong Hee!!!” teriakku histeris, Yong Hee sontak terbangun karena terkejut. Dan gadis kecil di sebelahnya pun tiba-tiba menghilang.
Aku terduduk lemas di lantai, ada perasaan lega di diriku. Air mata mengalir di pipiku, dan tubuhku gemetaran. Aku takut.
“Ada apa Ji Eul?” tanya Hee Mi sambil berlari menghampiriku.
“Tadi... ada gadis kecil berlumuran darah mau membunuh Yong Hee,” kataku dalam isak tangisku.
Mendengar ucapanku, Yong Hee menoleh ke kanan-kirinya dengan wajah ketakutan dan kebingungan.
“Ini masih pagi Ji Eul, jang...” Hye Mi belum menyelesaikan kalimatnya, aku sudah memotongnya, “Kita harus pergi dari sini!” bentakku pada Hye Mi. Hye Mi terdiam menatapku.
“Tenanglah Ji Eul...” Hye Mi mencoba menenangkanku, tapi aku tidak bisa tenang.
Aku bangkit, dan langsung membereskan barang-barangku dengan tergesa-gesa.
“Ji Eul, tenanglah... mungkin kamu salah lihat...” Hye Mi mencoba mencegahku. Tapi aku tidak memperdulikannya.
“Kalau kamu mau tetap di sini, di sini saja! Tapi aku mau pergi!” bentakku pada Hye Mi. Hye Mi terdiam lagi. Yong Hee yang terbangun karena teriakkanku masih terbengong di atas tempat tidur.
“Yong Hee! Ayo kita pergi dari sini!” bentakku pada Yong Hee karena dia masih terus bengong seperti orang bodoh.
“Sebenarnya ada apa?” tanya Yong Hee pada Hye Mi dengan ekspresi bingung. Tapi Hye Mi tidak menjawabnya, dia terus menatapku.
Lalu aku mengambil ponselku untuk menelpon Jae Joong.
“Oppa...” panggilku saat teleponku terhubung olehnya.
“Waeyo?” tanyanya dari seberang sana.
“Jemput aku...”
“Kamu dimana?”
“Villa-nya HeeChul...”
“Villa HeeChul?” terdengar bahwa dia bingung mendengar jawabanku.
“Iya, Villa-nya HeeChul! Villa-nya tidak jauh dari mobil Hye Na berada! Udah ya, Jemput aku, sekarang!”
Aku di buat tidak sabar oleh Jae Joong. Aku mematikan teleponnya, dan menarik koperku keluar. “Kamu tidak ikut?” tanyaku pada Yong Hee. Yong Hee langsung bangkit dari tempat tidur dan membereskan barang-barangnya. “Aku tunggu di luar,” kataku lalu terus berjalan meninggalkan mereka.
“Yong Hee... mobilku kan belum di perbaiki... kamu yakin akan pergi?” tanya Hye Mi pada Yong Hee.
“Ji Eul bersikap aneh seperti itu, gak mungkin begitu kalau gak ada sebabnya. Semalam apa kamu tau, kalau dia pingsan? Dia berteriak dan terduduk lemas di lantai... menurutmu dia begitu kenapa? Karena pasti dia habis melihat sesuatu yang membuatnya terguncang dan tidak mau tinggal lebih lama lagi di villa ini,” kata Yong Hee panjang lebar sambil terus membereskan barang-barangnya ke dalam koper. Hye Na yang mendengar ucapan Yong Hee juga langsung buru-buru membereskan barang-barangnya.
Yong Hee dan Hye Na sekarang keluar villa sambil membawa barang mereka masing-masing. Aku tersenyum melihatnya.
Kami bertiga lantas bergegas pergi dari villa ini. Tapi tanpa kami bertiga sadari, sosok gadis kecil itu terlihat di jendela kamar kami tempati dan HeeChul terdiri di sampingnya.
“Akhirnya kalian kutemukan,” terdengar suara Jae Joong saat kami bertiga sudah berada di luar villa. Lalu Jae Joong menghampiri kami bertiga yang masih berdiri di pintu gerbang villa, dan langsung memelukku. “Maaf lama, aku tidak menemukan villa-nya HeeChul,” katanya.
Aku lalu melepas pelukan Jae Joong, dan menatapnya bingung, “Apa maksudmu? Bukannya kamu sudah menemukannya?”
“Menemukan apa?” dia malah berbalik nanya, aku dan Jae Joong saling menatap dengan penuh ke bingungan.
“Kami sekarang berdiri di depan gerbang villa-nya HeeChul, itu berarti kamu kan sudah menemukan villa-nya,” sambung Hye Mi untuk membantuku menjelaskan pada Jae Joong.
“Villa apa? Mana?” tanyanya sambil melihat sekelilingnya.
“It...” saat Yong Hee akan menunjukan villa yang berada di belakang kami, tiba-tiba saja ucapannya terhenti. “Villa-nya... menghilang,”

~~ THE END ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar