Title: OMG! / Oh My God!
Author: Anita
Genre: Romance
Length: Oneshot
Main cast:
Byun Ji Young
Park Jung Min (SS501)
Rating: NC-21
Attention! Fanfiction is not for child. And, this
is my fanfiction. Please comment and follow my twitter: @Anita_Febriany
Happy reading...
******
“Bisakah kamu berhenti menyanyi? Kupingku sakit mendengarnya,”
kataku sambil melempar bantal ke wajahnya. Sudah berapa lama dia bernyanyi? Aku
melirik jam dinding, sudah hampir 1 jam.
Aku segera berbaring dan menarik selimutku.
“Ji Young...” panggilnya dengan suara manja dan ikutan
berbaring di sebelahku.
“Kita lakukan yuk...” katanya sambil memeluk pinggangku.
Kumiringkan tubuhku dan menatapnya, “Jung Min, aku lelah.
Sekarang sudah jam 11 malam. Aku mau tidur...”
“Ji Young... Ayolah...” dia mengeratkan cengkramannya pada pinggangku.
Apakah isi kepalanya cuma sex? Aku bingung dengannya, mungkin
di matanya aku ini sangat menarik. Padahal saat SMP dan SMA aku belum pernah
berpacaran sama sekali, anak laki-laki pada sering mengejekku si gadis berkacamata
yang jelek. Padahal aku sudah memoles wajahku dengan make up. Kalau mengingat
itu, aku rasanya ingin menangis.
Pertemuanku dengan Jung Min saja sangat aneh. Waktu itu aku
lagi terburu-buru pergi kekuliah, saat lagi di dalam taksi, tiba-tiba dia
muncul dan bernyanyi di balik kaca mobil taksi. Pengamen jalanan yang tampan,
pikirku saat melihatnya pertama kali.
Bagaimana kita bisa bersama seperti saat ini? Karena saat itu
aku memanggilnya, dan memintanya menikah denganku. Mungkin kedengarannya sangat
lucu. Tapi dia langsung menerimaku tanpa bertanya tentang diriku.
Kami berpacaran 3 bulan lalu menikah. Selama berpacaran, baru
aku dan dia saling menceritakan tentang diri masing-masing.
Tak ku sangka cowok yang bersamaku ini adalah orang kaya.
Padahal saat pertama kali bertemu dengannya pekerjaannya adalah sebagai
pengamen.
“Kenapa kamu jadi pengamen?” tanyaku dulu saat masih
berpacaran dengannya.
“Aku tidak suka di atur-atur oleh orang tuaku, aku mau
bebas,” katanya sambil tersenyum lebar.
Mengingat ucapannya waktu itu membuatku ingin terus
bersamanya. Makanya, aku memutuskan untuk menikah dengannya.
“Ji Young? Kenapa bengong?” suara Jung Min menyadarkan
lamunanku.
“Gak apa-apa kok,” kataku sambil tersenyum.
“Oppa... Tunggu aku selesai S1 ku dulu ya, baru kita lakukan.”
Mendengar ucapanku, dia langsung melepas cengkramannya di
pinggangku. Terlihat kekecewaan di wajahnya.
“Oppa, mengertilah... Ne?” aku mencolek-colek dagunya.
Biasanya kalau aku melakukan itu, marahnya langsung mereda.
******
Hari ini aku bangun lebih pagi. Aku ingin membuat sarapan
untuknya. Semalam dia sempat mengatakan kalau hari ini dia akan pergi ke kantor
ayahnya.
Ku buka pintu kamar kemudian menghampirinya. Sesaat aku
terdiam menatapnya, dan tersenyum bahagia saat melihat Jung Min memakai jas
hitam. Dia terlihat sangat tampan.
“Apa kamu yakin akan kerja di kantor ayahmu?” tanyaku
padanya.
“Iya, aku kan meneruskan perusahaannya.”
“Benarkah? Tapi... apa itu?”
“Ini? Kaca mata,” jawabnya polos.
“Ani, maksudku, kenapa pakai kaca mata?”
“Biar sama sepertimu,” katanya sambil tersenyum lebar.
Rasanya aku ingin tertawa mendengar ucapannya itu.
“Baiklah tuan Park, selamat bekerja...” kataku sambil
merapikan dasinya.
Keluar dari kamar, dia mengatakan kalau dia hari ini tidak
bisa sarapan di rumah. Padahal aku sudah bangun pagi untuk memasakan makanan
kesukaannya. Tapi aku senang dia mau berhenti jadi pengamen dan mau bekerja di
perusahaan ayahnya.
“Aku akan bekerja di kantor ayahku, aku ingin membahagiakanmu
dan anak kita kelak,” ucapnya tadi malam.
Karena aku terlalu senang mengingat ucapannya, sampai-sampai
tidak sadar kalau dari tadi Jung Min menatapku terus.
“Kamu tidak pergi?” tanyaku bingung karena dia tetap berdiri
di depanku.
“Morning Kiss-nya mana?”
Chu~
Aku mencium bibirnya sekilas.
“Sudah berangkat sana...” aku menarik lengannya sampai keluar
rumah.
“Kamu tidak kuliah?” tanyanya sesaat kita sudah berada di
pintu depan rumah.
“Tidak, hari ini aku masuk siang...”
“Baiklah...” dia mengacak-acak rambutku, “Annyeong!”
pamitnya.
Aku tersenyum dan melambaikan tangan pada Jung Min yang sudah
berjalan menjauhi rumah.
Lalu aku kembali ke kamarku dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi, aku bersiap-siap untuk pergi ke toko buku dekat
kampusku. Lagi ada potongan harga untuk semua novel di sana, hal itu jarang
sekali ada jadi mumpung jam kuliahku siang, aku mau mampir ke sana terlebih dahulu.
******
Aku menatap botol minuman ku yang sudah kosong. Akhirnya aku
mengambil ponselku yang ku letakan di atas meja untuk melihat jam. Ternyata sudah
1 jam aku duduk di kantin kampus ini, menunggu seseorang seperti orang bodoh.
Untuk melepas kobosanan, aku membaca novel yang baru saja aku
beli.
“Ji Young!” panggil seseorang.
Aku membalikan badanku untuk melihat siapa yang datang.
“Apa aku lama?” tanyanya, lalu duduk di sebelahku.
Aku mengangguk, “Kau lama sekali Na Eun!”
Dia tertawa sambil mengambil buku yang sedang aku baca, “Novel
fan fiction?”
“Iya, memangnya kenapa?”
“Seru gak?”
“Baca saja...”
Lalu dia membuka, dan melihat-lihat tiap lembarnya.
“Kenapa kau bisa lama sekali?”
Mendengar pertanyaanku, Na Eun langsung menutup novel ku yang
sedang dia lihat-lihat. “Mian, Ji Young... ini semua gara-gara Taemin oppa! Dia
menyuruhku foto kopi semua tugas-tugasnya. Jam kuliahku selesai, aku
menghampirinya terlebih dahulu dan lupa memberitahumu. Temen-temennya gak ada
yang bisa di minta membantuan, jadi dia minta tolong bantuanku.” Jelasnya
panjang lebar.
“Araseo...” jawabku seadanya.
Aku sudah paham dengan sikap Na Eun yang lebih mementingkan
Taemin, cowok yang sudah di pacarinnya 1 tahun ini. Dari pada aku, yang sudah
menjadi temannya selama 5 tahun ini.
“Oiya! Bagaimana hubunganmu dengan Jung Min oppa? Apa
sudah...” dengan cepat aku membungkam mulutnya dengan tanganku.
“Ya! Apa kau sudah gila! Jangan bicarakan itu di sini!”
kataku berbisik-bisik.
Na Eun hanya tertawa dan mengangguk mengiyakan kata-kataku.
“Tapi kamu beruntung loh, kedua orang tua mu sudah meninggal.
Dan kamu bertemu dengan pengamen yang tampan, dan langsung mengajaknya menikah.
Ow~ So sweet...”
Mendengar ucapannya itu, aku langsung menjitak kepalanya
dengan keras. Membuatnya ke sakitan, dan terus mengusap-usap kepalanya yang aku
jitak.
“Tapi kamu memang beruntung Ji Young, pengamen tampan itu
ternyata orang kaya...” lanjutnya.
Saat aku akan menjitak lagi kepalanya, dengan sigap dia
menggeser kursinya menjauh dariku.
“Kau ini kenapa? Aku kan benar!” ucapnya kesal sambil
mengusap-usap lagi kepalanya yang masih sakit karena jitakkanku.
“Lebih baik kita langsung ke toko kaset,” kataku tanpa
memperdulikan Na Eun yang terus mengusap-usap kepalanya. Aku merapikan semuanya
agar tidak ada yang tertinggal. Ponsel dan novelku, aku masukan ke dalam tas.
Botol minuman ku yang kosong, aku buang ke tempat sampah.
******
Aku dan Na Eun betah mengitari toko kaset ini. Aku mengamati
tiap kaset yang di pajang. Kaset yang di jual berbagai macam. Ad film, drama,
musik, dan itu semua dari dalam dan luar negeri.
Setelah selesai melihat-lihat. Aku menemukan album EXO – XOXO
(Kiss&Hug) yang aku ingin beli. Sat album ini keluar, aku memang sudah
ingin membelinya. Tapi baru dapat membelinya sekarang.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil album itu dan
membawanya bersamaku ke kasir.
“Kamu beli apa?” tanya Na Eun yang ikutan mengantri di
belakangku.
“Beli ini!” jawabku sambil memamerkan kaset yang aku beli ke
arahnya, “Kalau kamu beli apa?” aku berbalik nanya padanya.
“Aku beli kaset album AKB48 – So Long. Aku sudah lama ingin
membeli ini. Tapi baru sempet sekarang...”
Pantas saja, saat aku mengirimnya SMS untuk mengajaknya ke
toko kaset dia membalas SMS ku dengan cepat. Ternyata dia juga mengincar
sesuatu di toko kaset ini. Biasanya jika sudah berurusan dengan Taemin, aku
ajak kemana pun dia tidak pernah mau. Dan selalu mencari banyak alasan.
******
“Apa itu wortel?” tanyanya.
“Iya, kamu mau?” tawarku.
Lalu dia memajukan tubuhnya sambil membuka mulut, “Aaa~”
Dengan ragu aku menyuapkan wortel itu ke dalam mulutnya.
“Enak,” katanya sambil mengunyah kemudian tersenyum. Aku
hanya bisa tersenyum melihatnya. Wortel adalah sayuran kesukaannya. Setiap hari
makan wortel saja, dia tidak akan mengeluh bosan.
Makan malam hari ini sangat menyenangkan. Menurutku! Karena
aku senang bisa makan malam bersamanya. Aku pikir dia tidak akan makan di rumah
seperti tadi pagi.
Selesai makan, aku langsung merapikan meja dan mencuci semua
piring yang kotor. Sedangkan Jung Min? Seperti biasa, dia langsung menyalakan
mp3-nya dan bernyanyi-nyanyi sesukanya.
“So, i can believe..I’m
not alone ijen not alone deoneun seulpeuji anhge.. and, i can feel it, i’m not
alone jeoldae not alone dashin himdeulji anhge..
Ijen dashin down down
down down no! no! no! no! shigani deo heulreodo i’m not alone.. neo hana
ddaemune i can believe..” (Reff: Park Jung Min – Not Alone)
“Oppa! Bisakah kamu mengecilkan volume suaramu?” teriakku
dari dapur, tapi tidak ada jawaban darinya. Sepertinya dia tidak mendengar. Dia
masih saja terus bernyanyi. Dan itu membuatku tidak nyaman untuk mencuci
piring. Ingin rasanya aku menyetel kaset yang baru saja aku beli tadi sore
bersama Na Eun, biar volume suara Jung Min tidak terdengar. Jadi yang terdengar
adalah lagu EXO Wolf yang keren itu.
Selesai mencuci piring, aku langsung menghampirinya dan
melihatnya masih asik bernyanyi. Lalu aku matikan mp3-nya.
“Ya! Wae?” tanyanya terkejut saat aku mematikan mp3-nya
tiba-tiba.
Aku mengerutkan keningku, “Berisik oppa...”
“Kenapa? Suaraku kan merdu. Dulu, saat aku mengamen di jalan,
para gadis pada berkumpul dan memintaku untuk menyanyikan lagu itu.”
Para gadis? Aku sebal saat mendengar ucapannya itu. Pasti
gadis-gadis itu hanya mau merayunya saja. Dasar wanita murahan!
“Baiklah, terus saja bernyanyi, biar para gadis mendekatimu,”
ucapku sebal. Mungkin nada bicaraku terdengar kalau aku cemburu padanya.
******
Entah sudah berapa lama aku mengetik fan fiction untuk aku
post di blog pribadiku. Tubuh dan jariku terasa pegal.
Kurenggangkan tubuhku sambil melirik jam dinding. Ternyata
sudah pukul sepuluh malam.
“Omo!” aku terkejut karena dari belakang Jung Min memeluku.
“Oppa, lepaskan...” kataku tanpa menoleh ke arahnya.
“Apa kamu masih marah?”
“Tidurlah,” aku tidak mau menjawab pertanyanya itu, aku sudah
tidak mau membahasnya lagi. Rasanya hatiku seperti di cabik-cabik jika
membayangkan Jung Min dihampiri para gadis, apalagi kalau para gadis itu
cantik-cantik. Biarpun itu dulu saat dia masih menjadi pengamen, tapi aku tetap
tidak suka mendengar cerita tentang perempuan lain. Mungkin benar, aku cemburu
padanya.
“Tidak mau, aku akan tidur jika kamu ada di sampingku.”
Aku terdiam sesaat. Lalu bangkit dari kursiku, dan berjalan
menghampiri tempat tidur. Dia tersenyum dan ikut berjalan lambat menghampiriku,
membuatku gugup.
“Apa kamu mau melakukannya?”
Aku membeku mendengar ucapannya.
“Menunggu mu menyelesaikan S1 mu itu terlalu lama...”
Aku hanya bisa menelan ludahku. Aku tidak tau harus menjawab
apa. Sebelum memutuskan menikah dengannya, aku memang ingin sekali menyelesaikan
S1 ku. Oh, Tuhan ku... Apa aku salah telah mengajaknya menikah? Aku sudah
menahannya, dan tidak berpikiran akan melakukan ‘itu’. Tapi dia terus-terus
mengajakku untuk melakukannya.
“Bersabarlah... Ne?”
Dia mendorongku dengan kasar sampai aku terjatuh ke tempat
tidur, menyingkirkan bantal dan kemudian duduk di atas pahaku.
“Aku tidak bisa bersabar lebih lama lagi! Aku ini suamimu,
aku punya hak atas dirimu.”
Wajahnya mendekat ke wajahku, sambil menghimpit tubuhku.
“Tenang saja, aku memakai pengaman. Jadi kita bisa lakukan 24
jam non-stop” bisiknya, membuat tubuhku menegang mendengarnya.
Tidak kebayang dipikiran ku ’24 jam non-stop’? Dia pasti
bercanda!
“Kalau oppa berani menyentuhku, aku tidak akan masakin wortel
lagi!” ancamku.
“Tidak masalah!” jawabnya tegas sambil menatap mataku.
Aku memalingkan wajahku ke samping. Aku tidak mau menatap
matanya. Entah kenapa, jantungku jadi berdegup kencang.
“Aaahhh..”
desahku pelan saat dia mencium leherku. Ternyata memalingkan wajah adalah
kecerobohan terbesarku, sehingga dia dengan mudah mencium leherku.
Aku
menggigit bibir bawahku pelan untuk menahan agar desahanku tidak keluar. Dan tanganku
mecengkram kaos belakang punggungnya.
Lalu Jung
Min menggigit kulit leherku dengan lembut
kemudian menghisapnya kuat. Decakan-decakan bibirnya terdengar begitu
menggairahkan.
“Mmmhhh... hhh...” desahnya. Bibirnya
terus mencium leherku, gerakannya merambat sampai ketengah leherku dan itu membuatku mendongak.
Detak jantungku mulai tidak beraturan dibuatnya. Napasku mulai tersegal.
“Aaaahhh...” desahku keras saat tangannya
meremas dadaku lembut.
Dia meremas dada kiri dan kananku
bergantian, sementara bibirnya masih terus menyusuri leherku.
“Hhh... Ngghhh...” desahnya lembut
disela-sela suara decakannya.
Lalu dia melepas kaos yang kupakai,
kemudian tangannya bergerak kebelakang bersama dengan bibirnya yang mengecupi bahuku.
Tiba-tiba saja dia bangun sambil menarikku. Kini aku yang terduduk di pahanya.
“Ngghhh...hhh...” desahku pelan.
Kucium aroma tubuhnya yang lembut, dan
kukecup lehernya pelan. Lalu kugigit dengan lembut dan menghisapnya.
“Aaaagghhh...” erangnya tertahan.
Tangannya bergerak membuka kait braku
kemudian membuangnya sembarangan. Dan dengan cepat aku melepaskan kaosnya, kemudian
dia mendorongku untuk kembali tertidur.
Dia mencium bibirku. Ditekannya lembut
bibirku. Aku merasa jantungku berdetak secara tidak beraturan merasakan
lidahnya menjilati bibirku. Dia melumat bibirku sambil menekannya semakin
dalam. Aku pun membalasnya.
“Mmmhhh...” desah kami, bersamaan dengan
decakan bibir kami.
Kubuka mulutku membiarkan lidahnya
masuk untuk bertemu lidahku. Saling bertukar saliva. Bibirnya terasa sangat
manis, membuatku ingin terus mengulumnya. Tapi, dia sesekali memberi jeda untuk
kami mengambil napas.
Tanganku ku angkat untuk mengusap
punggung telanjangnya yang basah karena keringat.
“Oppa...hhh...” diremasnya payudara sebelah
kiriku dengan lembut, “Aaahhh...” aku menggeliat dalam himpitan tubuhnya.
Bibir Jung Min turun kebawah. Dia
mengecup belahan dadaku, dan menjilati punting dada kananku. Lalu dikulumnya
punting payudaraku, mainkannya dengan lidahnya.
Dia yang masih meremas payudara kiriku,
terus memilin-milin puntingnya dan memutarnya sambil menekan-nekannya.
Jung Min menyedot nippleku, kemudian
menggigitnya dan mengunyahnya renggang-renggang membuat buah dadaku mengeras.
Lalu dia berpindah kesebelah kiri dan melakukan hal yang sama.
Aku meremas rambutnya yang halus. Bagian
bawah pada tubuhku terasa berkedut-kedut dengan cepat. Kakiku tidak bisa diam
dan terus bergerak menggesek kakinya.
Tiba-tiba dia melepaskan hisapannya,
dan kemudian bangun untuk melepas celananya sendiri dan rokku. Aku memejamkan
mataku karena aku tidak ingin melihat tubuh kami yang telanjang.
“Nngghhh... Jung Min... aaahhh” tanganku meremas
seprei. Bibirnya mencium leherku dan tangannya meremas dengan kasar kedua
payudaraku dan memilin nippleku lagi, “Aasshhh...” aku mendesis tertahan.
“Mmmhh ..hhh...” desahan Jung Min terdengar
jelas ditelingaku.
Dia menggigit pelan daun telingaku dan
mengecupi bahuku. Aku bisa merasakan ujung miliknya sudah basah.
Puas menciumku, kini tangannya
menarikku untuk berbalik menghadapnya lagi. Lalu melumat bibir atas dan bawah secara
bergantian.
“Ngghhh...” aku mendesah, aku merasakan
juniornya menggesek-gesek pahaku. Kurenggangkan kakiku, kemudian menjepit
juniornya dengan pahaku.
“Aaaaarrrghhh...” dia melepaskan
ciumannya dan mengerang hebat.
Jung Min beranjak dari tempat tidur,
kemudian menarikku untuk bangun. Dia yang berdiri di depanku, dan aku yang
masih duduk di atas tempat tidur, tiba-tiba dia meletakkan tanganku
dijuniornya. Aku hanya diam. Dia menggenggam tanganku dan menuntunku untuk
mengocok miliknya.
Kuremas perlahan juniornya, “Aaahhh...
terus... aaahhh” desahnya sambil memejamkan mata.
Juniornya terasa sangat keras,
urat-urat syarafnya yang menegang terlihat jelas. Dan ada cairan bening yang
keluar dari ujung penisnya.
“Aaahhh... terus... Ji Young... aaahhh”
desahnya.
Tiba-tiba tangannya memegang kepalaku
dan mendorongnya ke arah juniornya. Kukulum ujung juniornya yang basah. Dia
mendesah semakin keras.
Kujilati ujungnya, kemudian turun
kebawah. Kumainkan twinsballnya dengan lidahku, kemudian kukulum dan kusedot
kuat-kuat.
“Ji Young... Aaarrrgghhh... aaahhh”
desahnya sambil meremas kuat rambutku.
Kujilat ujung juniornya dengan lembut
seperti sedang menjilat ice cream, kemudian kumasukkan juniornya kedalam
mulutku. Kubelah lubang miliknya yang berkerut itu dan kumasukkan ujung
lidahku.
Kuemut terus juniornya naik turun, dan
kuhisap kuat-kuat. “Ji... Young... aaahhh... terus... ssshhh”
Kemudian aku merasa miliknya berdenyut
kuat, dan “Aaaaaarrrrgghhhhhh……” Jung Min melenguh bersama dengan cairan yang
menyemprot keluar dari juniornya.
Cairan putih kental miliknya langsung
memenuhi ruang mulutku, lalu aku menelannya. Dia menarik tubuhku keatasnya, dan
melumat bibirku untuk membersihkan cairannya yang tersisa dibibirku.
Kemudian dia naik ke atas tempat tidur
lagi. Dia meraih daguku dan mencium bibirku. Aku yang masih terduduk, sekarang
menjadi berada di atasnya. Lalu dia mencium leherku, dan kedua tangannya
memilin kedua nippleku.
Tiba-tiba dia mendorong tubuhku ke
samping, dan sekarang gantian dia yang berada di atasku.
“Oppa... ssshhh... aaahhh” aku
meggeliat pelan. Ciumannya terus turun kebawah.
Kuusap lembut kepalanya, kemudian dia
duduk sambil merenggangkan kakiku. Membuka pahaku. Lalu dia mengecup pahaku
bagian bawah.
“Aaahhh... ssshhh... aaahhh“ tubuhku
menggelinjang merasakan lidahnya yang basah, merayap menelusuri pahaku.
“Jung Min oppa... aaahhh... hhh” desahku
pelan saat jilatannya sampai diselangkanganku.
Jantungku berdetak cepat. Dan vaginaku
berdenyut-denyut cepat merasakan sensasi jilatannya. “Aaahhh...” Dia menjilat
daging vaginaku, dikecupinya kemudian disedotnya kuat-kuat.
“Mmmhhh...” lidahnya menyapu lubang vaginaku
yang basah dan becek.
“Jung Min... uuughhh...”aku meremas
rambutnya sambil menjepit kepalanya dengan pahaku. Kemudian lidahnya menyeruak
masuk kedalam lubang vaginaku. “Aaakkhh...” aku menjerit tertahan.
Kurasakan sesuatu ingin keluar dari
dalam tubuhku, “Aaahhh.... ssshhh... aaahhh” Aku mengeluarkan cairan dari
vaginaku. Jung Min yang masih menjilati vaginaku, langsung merasakan cairan
yang baru saja keluar.
Lalu kami berciuman sambil bermain
lidah. Tanganku memeluk lehernya, dan kurasakan ujung juniornya sedang menggesek-gesek
permukaan vaginaku.
“Mmmhhh...” decekan bibir kami
terdengar begitu menggairahkan.
“Aaakkhh... Mmmhhh...” aku menjerit
tertahan, tapi Jung Min langsung membungkam mulutku dengan ciumannya. Aku merasakan
juniornya menerobos masuk kedalam lubang vaginaku.
“Hhh...ngghhh...” aku meringis menahan
rasa perih sambil menggigit pelan bibir Jung Min.
“Aaahhh...” Jung Min mendesah sambil
berusaha memasukan juniornya. Tanpa kusadari, air mataku mengalir. Rasanya benar-benar
perih. Tanganku sampai menjambak rambutnya dengan kasar.
Jung Min terus mendorong juniornya
hingga masuk sepenuhnya kedalam vaginaku. Rasanya penuh sesak dan perih.
Dia melepaskan ciumannya dan menghapus
air mataku. Kemudian, dengan perlahan dia gerakkan pinggulnya naik-turun.
“Aaahhh... Jung Min...” desahku. Juniornya menggesek dengan tempo lambat. “Oppa... aaahhh... ppali...” pintaku. Aku sudah tidak bisa menahannya.
“Aaahhh... Jung Min...” desahku. Juniornya menggesek dengan tempo lambat. “Oppa... aaahhh... ppali...” pintaku. Aku sudah tidak bisa menahannya.
Dia mempercepat tempo gerakannya, “ooogghhh..
aahh... Ji Young... aahh”desahnya. Juniornya menggesek dinding vagianaku dan
menghentak kuat didinding rahimku, dan menyentuh Gspot ku.
“Aaahhh... ssshhh... aahh”
“ooohh... aaahh... mmmhh” dihisapinya kulit
leherku.
Dia semakin mempercepat gerakannya,
dan pinggulku bergoyang mengikuti gerakannya. Suara benturan alat kemaluan kami
sampai terdengar.
“Ji Young... ooohhh”
“Lebih da...lam... ssshh... aaah aaah”
Dia semakin kuat menghentak kedalam
vaginaku. Ujung penisnya membentur keras dinding rahimku. Vaginaku terasa
semakin sesak karna juniornya yang semakin membengkak.
“Aaahhh... aaahhh... aaaaaaaaarrrgghh.
…”
Tubuh kami berdua mengejang. Vaginaku
berdenyut begitu kuat saat melepaskan cairan orgasmeku. Begitu juga dengan Jung
Min. Spermanya mengalir deras didalam perutku. Vaginaku masih terasa
berdenyut-denyut.
Jung Min melepaskan juniornya,
kemudian tidur terlentang disebelahku. Lalu dia menarik selimut, memakaikannya
pada tubuhku dan tubuhnya untuk menutupi tubuh kami.
Kemudian memiringkan tubuhku,
membelakanginya. Dengan napas yang belum stabil, aku memejamkan mata.
Tiba-tiba kurasakan tangan Jung Min
melingkar di perutku, memelukku dari belakang dengan erat hingga punggungku
menempel pada dadanya.
Seketika aku tersentak bangun saat
mengingat apa yang sudah terjadi. Aku menarik selimut untuk menutupi bagian
depan tubuhku.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kita melakukannya...” gumamku.
“Ne?”
Hening...
Lalu Jung Min bangun dan bergerak mendekatiku.
Dia menyandarkan dagunya dibahuku, “Aku senang, akhirnya kamu mau melakukannya
denganku. Padahal aku tidak menggunakan pengaman.” bisiknya pelan.
“MWORAGO?!”
Kenapa aku baru menyadarinya? Oh, my
God!!!
-The End-
Note: untuk setiap umat islam yang
menjalankan puasa, selamat menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan.
Thanks for reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar