Title: Mystery of the empty villa.
Author: Anita
Genre: Horror (maybe), Friendship
Length: Oneshoot
Main Cast:
1) Jiyeon
(T-Ara) as Han Ji Eul
2)
Yoona (SNSD) as Lee Yong Hee
3)
Suzy (Miss A) as Park Hye Na
4)
HeeChul (Super Junior)
5)
Jae Joong (JYJ)
Please
comment and happy reading...
====================================================================
“Sekarang
kita harus bagaimana?”
“Aku tidak
tau,”
“Aisssh! Dasar!
Seharusnya mobilmu ini kamu bawa dulu ke bengkel!”
“Bisa diam
tidak? Kenapa jadi aku terus yang kamu salahkan!” bentak Hye Na, Yong Hee yang
dari tadi memarahi Hye Na akhirnya terdiam.
Aku hanya
bisa diam melihat kedua temanku itu bertengkar. Karena semua ini sudah terjadi,
apa yang perlu diributkan? Kami pergi bersama bukan untuk bertengkar, tapi
untuk liburan. Tapi...
“Kenapa
mesin mobil harus mati di tengah hutan begini?” gumamku pelan.
“Ya! Han Ji
Eul!” panggil Yong Hee yang menatap lurus ke depan tanpa melihat ke arahku.
“Apa?”
“Tidak
jadi,” jawabnya dengan nada yang kesal.
Aku
mengerutkan keningku, bingung. Tapi aku tau Yong Hee masih marah pada Hye Na.
Karena kalau dia sedang marah dengan seseorang, dia tidak pernah mau menatap
seseorang yang diajaknya bicara.
Hye Na yang
disampingnya hanya bisa menghela napas panjang, dan terus mencoba menyalakan
mesin mobil tapi tidak kunjung menyala.
Aku lalu melihat
keluar dari balik kaca jendela. Benar-benar sudah gelap. Apakah aku, Yong Hee,
dan Hye Na malam ini akan menginap di dalam mobil?
“Han Ji
Eul,” sekarang Hye Na memanggilku, tapi suaranya terdengar ragu-ragu.
“Apa?”
tanyaku sambil melihat ke arahnya.
“Bisakah
kalian mendorong mobil ini? Aku akan mencoba menghidupkannya,” katanya sambil
melihat ke arahku dan Yong Hee.
“Apa? Kau sudah gila! Tidak mau!
Mentang-mentang kamu yang bisa membawa mobil, jangan seenaknya suruh orang untuk
mendorong malam-malam begini!” Yong Hee yang masih marah langsung berteriak di
depan Hye Na saat mendengar ucapannya.
“Sudahlah
Yong Hee...” kataku sambil menepuk pundak Yong Hee pelan untuk menenangkannya.
Tapi Yong
Hee tidak memperdulikan ucapanku dan langsung turun dari mobil, berpindah
tempat duduk di belakang, duduk di sampingku. Hye Na yang melihat amarah Yong
Hee yang meledak-ledak hanya bisa terdiam.
Sekarang Hye
Na duduk di depan sendiri, sudah seperti sopir yang membawa dua majikannya.
Dan, Yong Hee yang berada di sampingku terus menggumam kesal tidak jelas sambil
menatap ke luar jendela, dan Hye Na hanya diam seribu bahasa sambil menatap
lurus kedepan.
Aku paling
tidak suka suasana seperti ini. Sepi... yang terdengar hanya suara burung hantu
dari luar. Jadi terkesan menyeramkan kalau terus diam. Tapi aku juga bingung
mau ngomong apa untuk melepas rasa sepi ini.
Tapi aku
yakin, besok pagi mereka pasti akan baikan. Karena biarpun Yong Hee mudah
sekali marah tapi dia orangnya juga mudah sekali memaafkan orang lain. Apalagi,
kami sudah berteman sangat lama. Hampir 6 tahun.
“Sepertinya
di luar sana ada villa,” akhirnya Hye Na membuka suaranya, menghilangkan
kesunyian di antara kami.
Tapi
mendengar ucapanannya, membuat aku dan Yong Hee melihat ke arah yang di tunjuk.
Dan, benar! Tidak jauh dari kami berada, ada villa.
Aneh, kenapa
ada villa di tengah hutan seperti ini?
“Apa kita
akan ke sana?” tanya Yong Hee tiba-tiba. Mendengar pertanyaan Yong Hee
membuatku berpikir sebentar.
“Lebih baik
kita kesana, tidak aman kalau kita di dalam mobil,” jawabku asal.
Yong Hee dan
Hye Na langsung menatapku.
“A...ada
apa?”
“Kamu pintar
Ji Eul!” kata mereka bersamaan. Kalau sudah kompak begitu, namanya mereka sudah
baikan.
Aku lalu
tersenyum membalas ucapan mereka.
**********
Sudah 20
menit kami berjalan, dan akhirnya kami sampai juga di depan pintu gerbang
villa.
Aku
mendongakkan kepalaku untuk melihat villa. Ternyata villa ini kalau di lihat
dari dekat sangat besar. Tapi terkesan menyeramkan karena banyak tumbuhan liar di
setiap sudutnya, dan lampu depan tidak di hidupkan. Tapi terlihat dari lantai
atas kamar villa ini hidup, itu berarti ada orang di villa ini.
“Ayo masuk,”
Suara Yong
Hee menyadarkan lamunanku.
Aku
menggandeng tangan dengan Hye Na, dan masuk bersamaan. Yong Hee yang memimpin
jalan, membuka gerbang dengan perlahan.
Sesampainya
di depan pintu, Yong Hee mengetuk pintu itu tapi tidak ada respon dari dalam.
“Apa tidak
ada orang?” tanya Hye Na.
“Kalau tidak
ada, ruangan di lantai atas tidak mungkin menyala,” jawabku.
“Maksudmu?”
“Tadi aku
liat di lantai atas lampunya menyala,”
“Apa
orangnya tidak mendengar?” tanya Yong Hee.
Tok! Tok!
Tok!
Yong Hee
mengetuk pintu itu lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari dalam.
“Bagaimana
kalau benar tidak ada orang?” kata Hye Na sambil memijit pergelangan kakinya.
Sepertinya
dia kelelahan karena berjalan selama 20 menit.
“Aku akan
coba,” kataku, lalu Yong Hee mundur sedikit untuk memberi ku jalan.
Saat aku mau
mengetuk pintu itu, tiba-tiba pintu terbuka, “Permisi...” ucap kami bersamaan
sambil membungkukan badan, tapi saat kami melihat ke arah pintu. Tidak ada
orang di depan kami.
Lalu Yong
Hee mencoba membuka pintu itu lebar-lebar, “Apa pintu ini dari tadi tidak di
kunci?” tanya Yong Hee bingung.
“Permisi... apa
ada orang?” teriak Yong Hee sambil berjalan masuk.
Aku dan Hye
Na berjalan di belakang Yong Hee dengan ragu-ragu. Aku takut, tapi Hye Na yang
di sebelahku malah melihat-lihat seisi villa dengan raut wajah yang biasa saja.
“Apa ada
orang?” teriak Yong Hee lagi, tapi tetap tidak ada jawaban.
Karena
gelap, aku berjalan mencari saklar. Saat lampu menyala, terlihat jelas seisi
villa yang mewah. Padahal dari luar villa terlihat menyeramkan.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,”
teriak Yong Hee tiba-tiba sontak membuatku dan Hye Na terkejut.
Saat aku dan
Hye Na melihat ke arah Yong Hee, tepat di depan Yong Hee berdiri seorang pria.
Dia mengenakan jas, kemeja, celana bahan, dan sepatu warna putih. Hanya dasi
dan topinya yang hitam.
“Selamat
malam,” kata Hye Na sambil membungkukan badan, aku yang terbengong melihat pria
itu langsung membungkukan badan mengukuti Hye Na. Tapi Yong Hee masih terdiam,
mungkin dia terlalu terkejut saat lampu aku nyalakan, tiba-tiba ada seorang
pria yang berdiri tepat di depannya.
“Maaf, kami
tidak sopan sudah masuk ke dalam,” kata Hye Na sambil berjalan menghampiri
mereka.
Pria itu
tersenyum mendengar ucapan Hye Na, lalu Hye Na menarik tangan Yong Hee agar
sedikit mundur dari pria itu.
“Apa kami
boleh menginap di villa ini untuk semalam? Mobil kami di tengah hutan tiba-tiba
saja mogok,” kataku sambil berjalan menghampiri kedua sahabatku itu.
Tapi pria
itu hanya mengangguk dan tersenyum.
“Terima
kasih...”
“...”
Aneh, pria
ini dari tadi tidak berbicara satu kata pun. Apa dia bisu?
**********
“Hye Na,”
panggilku pelan pada Hye Na.
“Apa?”
jawabnya singkat, dia masih fokus mengetik tugas kuliahnya di laptop.
“Ada yang
aneh sama villa ini,”
“Aneh
kenapa?”
“Kenapa di
tengah hutan begini ada villa?”
Belum sempat
Hye Na menjawab pertanyaanku, tiba-tiba saja laptop Hye Na mati. Dia hanya
terbengong menatap layar laptopnya. Terlihat bahwa dia sangat terkejut.
“Ya! Jangan
matikan lampunya!!!” teriak Yong Hee dari kamar mandi. Lalu aku berjalan
menghampiri kamar mandi. Aku melihat saklarnya menyala, berarti lampu kamar
mandinya yang putus.
“Yong Hee...
sepertinya lampunya mati, tapi bukan kami yang mematikannya,” teriakku dari
balik pintu.
“Akh! Sial!
Jadi gelap kan,” gerutunya dari dalam kamar mandi.
Lalu aku
kembali ketempat semula, dan melihat Hye Na masih terdiam mematung menatap
layar laptopnya.
“Ada apa?”
tanyaku.
“Aneh,”
jawabnya pelan yang membuatku tidak mendengarnya.
“Ne?”
“Aneh!”
teriaknya, sontak membuatku terkejut.
“Aneh
kenapa?” tanyaku bingung.
“Ya aneh,
kamu tidak lihat laptopku sedang aku charger? Tidak mungkin bisa mati...!!!”
“Mungkin
laptopmu sedang error,” aku mencoba menenangkannya, tapi Hye Na tampak kesal
mungkin tugas-tugas yang ada di laptopnya belum sempat dia save karena
tiba-tiba saja laptopnya mati tanpa sebab.
“Ahhh~
Eottokhe?” Hye Na mengacak-acak rambutnya kesal, lalu memukul kepalanya pelan
dengan boneka yang selalu menemaninya saat akan mengetik di depan laptop.
Aku hanya
diam menatap Hye Na yang mulai terlihat seperti orang gila.
Akhirnya
Yong Hee keluar dari kamar mandi, “Masih ada sabun di wajahmu,” kataku saat
melihat wajah Yong Hee dengan tubuhnya yang di balut oleh handuk.
Mendengar
ucapanku, Yong Hee masuk kembali ke dalam kamar mandi.
Aku menghela
napas panjang, “Besok pagi kita harus pergi dari villa ini,” gumamku pelan.
**********
Tok! Tok!
Tok!
Terdengar
suara ketukan dari luar pintu.
Aku lalu
melirik jam dinding, jam duabelas malam. “Siapa sih malam-malam begini mengetuk
pintu?”
Aku lalu
berjalan menghampiri pintu dengan tubuh yang masih belum stabil. Aku berjalan
seperti orang yang mabuk, jelas saja karena aku baru mau melayang ke alam mimpi
tiba-tiba di bangunkan oleh suara ketukan pintu.
Sesampainya
di depan pintu, aku membuka pintu itu dengan perlahan.
“Siapa?”
tanyaku saat pintu kubuka. Ternyata pria pemilik villa ini. Dia berdiri tepat
di depan pintuku sambil tersenyum, lalu memberikan ku surat.
“Surat apa
ini?” tanyaku, tapi pria itu tetap diam dan tidak berbicara. Dia hanya
tersenyum, dan segera bergegas pergi.
“Tu...tunggu!”
teriakku memanggilnya, tapi dia terus berjalan tidak mendengarku. Aneh, dia
baru jalan sebentar tapi sudah jauh.
Saat akan
membuka surat yang di berikan pria pemilik villa ini, tiba-tiba ada hembusan
angin yang membuat surat di tanganku terjatuh. Aku mencoba membungkukan badanku
untuk mengambil surat itu, tapi tiba-tiba aku melihat ada sepasang kaki di
depanku. Dan terasa ada tetesan air jatuh di atas kepalaku, aku meraba kepalaku
dengan jari-jariku. Saat melihatnya, ternyata darah! Aku mendongakkan kepalaku, dan...
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,”
teriakku sampai aku terduduk lemas di lantai.
“Ada apa?”
tanya Yong Hee, dia yang sudah berdiri di belakangku melihatku dengan ekspresi
bingung.
Keringat
dingin keluar dari sekujur tubuhku, kepanikan dan rasa takut juga muncul. Apa
yang barusan aku lihat benar-benar membuatku terkejut dan gemetaran.
“Ada apa??”
tanya Yong Hee lagi. Tapi aku tidak bisa bicara padanya. Panik, takut,
terkejut, semuanya jadi satu.
Melihatku
yang seperti itu, membuat Yong Hee merasa khawatir. Dia membantuku untuk
berdiri, dan menuntunku kembali ke tempat tidur.
“Ada apa Ji
Eul?” tanya Yong Hee lagi, tapi nadanya terdengar sangat khawatir.
Aku berusaha
membuka mulut untuk berbicara, tapi aku melihat gadis kecil itu lagi. Dia tepat
berdiri di depan Yong Hee, dan itu membuatku pingsan.
**********
Pantulan
sinar mata hari pagi dari balik jendela kamarku sangat menyilaukan. Aku
terbangun dari pingsanku semalam. Kepalaku jadi pusing dibuatnya.
Lalu aku
melihat Yong Hee yang tertidur pulas di sampingku. Aku berniat bangkit dari
tempat tidur, tapi tiba-tiba teringat dengan surat yang semalam di berikan oleh
pria pemilik villa.
Aku
mencari-cari surat itu di tiap sudut kamar ku, tapi tetap tidak ketemu.
“Kamu
mencari ini?” tanya Hye Min, sambil berjalan menghampiriku.
“Ah, ye~ Kok
bisa ada sama kamu?” aku mengambil surat itu dari tangan Hye Min.
“Aku
menemukannya di bawah tempat tidurmu, tadinya aku berniat membangunkan kalian.
Tapi kalian tidur sangat pulas. Lihat, sekarang sudah jam sebelas!” ocehnya.
Aku melirik
jam dinding. Benar, sekarang sudah jam sebelas. Aku tertidur sangat lama, lalu
aku melirik Yong Hee. Mungkin Yong Hee belum bangun sampai sekarang karena
semalam menjagaku.
Aku melihat
tiap sudut kamarku, hawa menyeramkan tidak terasa dari kamar ini. Tapi, yang semalam
aku lihat... apa?
“Ji Eul?
Wae?” suara Hye Mi menyadarkan lamunanku.
“Ani,” aku
buru-buru tersenyum padanya, “Ah, apa kita akan ke villa Jae Joong sekarang?”
tanyaku pada Hye Mi. Aku tidak suka berlama-lama di villa ini, karena menurutku
ada yang aneh sama villa ini. Apa lagi, aku teringat sama yang semalam ku
lihat. Hah~ Lagipula kami berlibur kan, ingin berlibur di villa Jae Joong
pacarku!
“HeeChul
mengatakan kalau mobilku belum dapat di perbaiki...”
“HeeChul?”
tanyaku bingung, aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
“Iya,
pemilik villa ini... baru saja aku berkenalan dengannya. Dia pria yang baik.”
Setelah Hye
Mi mengucapkan itu, tiba-tiba saja HeeChul muncul dari balik pintu kamar ku,
dan membuat aku dan Hye Mi terkejut.
HeeChul
membungkukkan badannya, tapi aku tidak mengerti apa maksudnya. Dia begitu
karena mau memberi salam pada kami atau karena mau mohon maaf pada kami.
Lalu HeeChul
menarik tangan Hye Min.
“Ayo Ji
Eul!” teriak Hye Mi padaku saat HeeChul menarik tangannya.
Aku pun
berjalan di belakang Hye Mi, tapi mataku terus tertuju pada tangan HeeChul yang
menarik paksa Hye Mi. Tengannya terlihat pucat, seperti mayat. Dan aku bingung,
kenapa Hye Mi tidak memarahinya saat HeeChul menarik tangannya?
Sekarang
aku, Hye Mi dan HeeChul tiba di dapur. Ternyata HeeChul menuntun kami untuk ke
dapur. Ku lihat meja sudah dipenuhi dengan makanan, apa HeeChul yang menyiapkan
ini semua? Tapi kenapa HeeChul harus manarik tangan Hye Mi agar kami
mengikutinya ke dapur? Apa dia tidak bisa berbicara?
“Ji Eul...”
panggil Hye Mi pelan, aku langsung menoleh ke arahnya.
“Jangan
bingung ya, HeeChul memang tidak bisa berbicara...” bisik Hye Mi, membuatku
terkejut dan langsung memperhatikan HeeChul yang sedang tersenyum padaku sambil
menuangkan teh ke cangkirnya. Kenapa Hye Mi bisa tau kalau HeeChul tidak bisa
berbicara?
Aku terus
memperhatikan HeeChul, dan baru tersadar kalau dia mengenakan jas, kemeja,
celana bahan dan sepatu warna putih. Dasi dan topinya yang hitam, sama seperti
saat pertama kali bertemu dengannya. Apa dia tidak menggantinya? Jorok! Tapi
semua ini membuat perasaanku tidak tenang, rasanya aku ingin kabur saja.
“Hye Mi, aku
mau membangunkan Yong Hee dulu...” pamitku pada Hye Mi, lalu aku membungkukkan
badanku untuk meminta maaf pada HeeChul.
Aku segera
bergegas pergi ke kamar, untuk menemui Yong Hee. Saat tiba di dalam kamar, aku
melihat gadis kecil berlumuran darah itu sedang berdiri si samping Yong Hee
dengan membawa pisau yang siap di tancapkan ke tubuh Yong Hee.
“Yong Hee!!!”
teriakku histeris, Yong Hee sontak terbangun karena terkejut. Dan gadis kecil
di sebelahnya pun tiba-tiba menghilang.
Aku terduduk
lemas di lantai, ada perasaan lega di diriku. Air mata mengalir di pipiku, dan
tubuhku gemetaran. Aku takut.
“Ada apa Ji
Eul?” tanya Hee Mi sambil berlari menghampiriku.
“Tadi... ada
gadis kecil berlumuran darah mau membunuh Yong Hee,” kataku dalam isak
tangisku.
Mendengar
ucapanku, Yong Hee menoleh ke kanan-kirinya dengan wajah ketakutan dan
kebingungan.
“Ini masih
pagi Ji Eul, jang...” Hye Mi belum menyelesaikan kalimatnya, aku sudah
memotongnya, “Kita harus pergi dari sini!” bentakku pada Hye Mi. Hye Mi terdiam
menatapku.
“Tenanglah
Ji Eul...” Hye Mi mencoba menenangkanku, tapi aku tidak bisa tenang.
Aku bangkit,
dan langsung membereskan barang-barangku dengan tergesa-gesa.
“Ji Eul,
tenanglah... mungkin kamu salah lihat...” Hye Mi mencoba mencegahku. Tapi aku
tidak memperdulikannya.
“Kalau kamu
mau tetap di sini, di sini saja! Tapi aku mau pergi!” bentakku pada Hye Mi. Hye
Mi terdiam lagi. Yong Hee yang terbangun karena teriakkanku masih terbengong di
atas tempat tidur.
“Yong Hee! Ayo
kita pergi dari sini!” bentakku pada Yong Hee karena dia masih terus bengong
seperti orang bodoh.
“Sebenarnya
ada apa?” tanya Yong Hee pada Hye Mi dengan ekspresi bingung. Tapi Hye Mi tidak
menjawabnya, dia terus menatapku.
Lalu aku
mengambil ponselku untuk menelpon Jae Joong.
“Oppa...”
panggilku saat teleponku terhubung olehnya.
“Waeyo?”
tanyanya dari seberang sana.
“Jemput
aku...”
“Kamu dimana?”
“Villa-nya
HeeChul...”
“Villa
HeeChul?” terdengar bahwa dia bingung mendengar jawabanku.
“Iya,
Villa-nya HeeChul! Villa-nya tidak jauh dari mobil Hye Na berada! Udah ya, Jemput
aku, sekarang!”
Aku di buat
tidak sabar oleh Jae Joong. Aku mematikan teleponnya, dan menarik koperku
keluar. “Kamu tidak ikut?” tanyaku pada Yong Hee. Yong Hee langsung bangkit
dari tempat tidur dan membereskan barang-barangnya. “Aku tunggu di luar,”
kataku lalu terus berjalan meninggalkan mereka.
“Yong Hee...
mobilku kan belum di perbaiki... kamu yakin akan pergi?” tanya Hye Mi pada Yong
Hee.
“Ji Eul
bersikap aneh seperti itu, gak mungkin begitu kalau gak ada sebabnya. Semalam
apa kamu tau, kalau dia pingsan? Dia berteriak dan terduduk lemas di lantai...
menurutmu dia begitu kenapa? Karena pasti dia habis melihat sesuatu yang
membuatnya terguncang dan tidak mau tinggal lebih lama lagi di villa ini,” kata
Yong Hee panjang lebar sambil terus membereskan barang-barangnya ke dalam
koper. Hye Na yang mendengar ucapan Yong Hee juga langsung buru-buru
membereskan barang-barangnya.
Yong Hee dan
Hye Na sekarang keluar villa sambil membawa barang mereka masing-masing. Aku
tersenyum melihatnya.
Kami bertiga
lantas bergegas pergi dari villa ini. Tapi tanpa kami bertiga sadari, sosok
gadis kecil itu terlihat di jendela kamar kami tempati dan HeeChul terdiri di
sampingnya.
“Akhirnya
kalian kutemukan,” terdengar suara Jae Joong saat kami bertiga sudah berada di
luar villa. Lalu Jae Joong menghampiri kami bertiga yang masih berdiri di pintu
gerbang villa, dan langsung memelukku. “Maaf lama, aku tidak menemukan
villa-nya HeeChul,” katanya.
Aku lalu
melepas pelukan Jae Joong, dan menatapnya bingung, “Apa maksudmu? Bukannya kamu
sudah menemukannya?”
“Menemukan
apa?” dia malah berbalik nanya, aku dan Jae Joong saling menatap dengan penuh
ke bingungan.
“Kami
sekarang berdiri di depan gerbang villa-nya HeeChul, itu berarti kamu kan sudah
menemukan villa-nya,” sambung Hye Mi untuk membantuku menjelaskan pada Jae
Joong.
“Villa apa?
Mana?” tanyanya sambil melihat sekelilingnya.
“It...” saat
Yong Hee akan menunjukan villa yang berada di belakang kami, tiba-tiba saja
ucapannya terhenti. “Villa-nya... menghilang,”
~~ THE END ~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar