Title: Oh, My Darling, I Love You (Chapter 3) END
Author: Anita
Genre: Romance, School life, Tragedy
Length: Chapter
Main Cast:
Suzy (Miss A)
Kim Hyung Jun (SS501)
Kevin (U-Kiss)
Support Cast:
Lay (EXO-M)
Sunny (SNSD)
Attention! This is JUST FAN-FICTION. Please comment!
And, happy reading~ You can follow my
official Twitter: @Anita_Febriany and Language support: @KRL_Easy Thanks <3
Aku naik bis seorang
diri untuk mencari tempat aku akan tinggal semetara. Hyung Jun sudah mencariku
sampai ke sini, dan sekarang dia pasti sudah melihat pesanku di pohon itu.
“Pemberhentian
terakhir.” suara petugas halte terdengar.
Aku melihat di
sekelilingku, ternyata penumpang yang tersisa hanya aku. Aku pun turun, dan
berjalan ke padang rumput yang ada di depanku.
Sesampainya di sana,
aku melihat langit biru yang cerah. Aku diam memandangi. Tiba-tiba perutku
terasa sakit, apa karena aku belum makan sama sekali dari aku datang ke sini
sampai sekarang?
Aku terus berdiri
diam dan tertidur di rumputan. Sewaktu sadar, aku berada di dalam selimut yang
hangat. Aku bangkit dari kasur, dan saat itu aku melihat sosok laki-laki sedang
menatapku.
“Kamu sudah bangun?”
tanyanya sambil tersenyum lembut padaku.
“Nuguseyo (kamu siapa?) Aku ada dimana?”
“Namaku Lay, kamu
sekarang berada di rumah penginapanku. Tadi aku menemukanmu pingsan.” Dia
berjalan mendekatiku “Istirahatlah.”
“Iya.”
Akhirnya aku tinggal
dengannya untuk waktu yang lama.
“Kamu kenapa bisa
datang ke jepang seorang diri?” tanyanya sambil meletakan dan menata makanan
yang baru saja dia masak di atas meja.
“Aku...” dengan
sekuat tenaga aku memutar otak untuk mencari alasan, “Aku diputuskan oleh
pacarku, jadi aku ke sini untuk mencari pacar baru.”
Dia tertawa kecil
mendengar ceritaku. Lalu memberiku buku harian.
“Ini apa?”
“Ini buku harian yang
di tulis setiap pengunjung yang datang ke sini.”
Buku itu adalah
tempat para pengunjung untuk menceritakan kesan dan pesan saat menginap di
sini.
“Apa aku harus
menulis juga?”
Dia tersenyum lembut.
“Aku mau menulis
apa?” gumamku.
“Apa aku boleh
melihat isi kesan-pesan mereka yang menulis di sini?”
“Boleh...”
Aku lalu
membolak-balik tiap halaman untuk melihat-lihat. Tapi aku berhenti di halaman
yang tulisannya sangat akrab di mataku.”
“Ada apa?”
Aku terdiam.
“Suzy?”
Hyung Jun pernah menginap
di tempat ini. Aku jadi menangis membaca tulisannya.
“Suzy? Gwaenchana?”
Aku berusaha menutupi
kesedihanku, dan menghapus air mataku.
“Bukan apa-apa, hanya
saja ini ditulis oleh laki-laki yang aku cintai.”
Isi:
Tanggal 14 Februari,
Aku datang ke sini untuk merenungkan pekerjaan apa yang aku akan cari di
korea, sebenarnya aku ingin menjadi guru demi seorang gadis. Si cengeng Bae
Suzy. Gadis yang selalu bersamaku itu sadar gak ya kalau aku selama ini
memikirkannya? Suatu hari, aku akan mengajaknya menikah dan membawanya berbulan
madu ke sini. hahaha
“Kenapa kamu tidak
mencoba untuk memintanya kembali padamu?”
“Tidak segampang
itu...”
“Coba dulu, kamu
belum mencobanya kan?” katanya sambil memberikan telepon yang ada di dekat meja
makan.
Apa yang dikatakan
Lay benar. Aku harus menelponnya, terutama ke rumah. Kakek sama nenek pasti
sangat mengkhawatirkan aku.
“Baiklah...” aku
meraih telepon itu dan menekan tombol nomer telepon rumah.
“Yeoboseyo?”
terdengar suara kakek mengangkat teleponku.
“Yeoboseyo?”
Aku diam.
“Suzy? Apa ini Suzy?”
Mataku panas.
Terdengar suara kakek yang sepertinya mengkhawatirkan aku.
“Kakek...” akhirnya
aku membuka suara.
“Apa kamu bersama
Hyung Jun sekarang?”
“Hmmm”
“Dia datang ke sana
untuk mencarimu.”
Aku hanya diam
mendengar ucapan kakek.
“Pulanglah, Hyung Jun
rela ditugaskan ke Tokyo-Jepang oleh nenekmu demi pernikahan kalian... dia mau
dipisahkan dengan syarat nenekmu mau mengakui pernikahan kalian.”
“Apa?” jantungku
berdetak kencang.
“Pulanglah Suzy...”
Tanpa menjawab ucapan
kakek, aku menutup telepon. Akhirnya aku tau, betapa besarnya cinta Hyung Jun
padaku selama ini.
“Suzy, apa kata orang
rumah?” tanya Lay cemas.
Aku hanya bisa
menangis, “Tenanglah...” Lay memelukku, membuat tangisku menjadi-jadi di
pelukannya.
Tiba-tiba terdengar
suara ketukan pintu.
“Tunggu di sini,”
kata Lay tersenyum dan menghapus air mataku.
Aku mengintip dari
balik pintu dapur.
Itu Hyung Jun!
Dia sedang mengobrol
dengan Hyung Jun di depan pintu.
Tanpa minta izin pada
Lay, aku cepat-cepat kembali ke kamar untuk mengambil koperku lalu meletakan
amplop yang berisikan uang. Aku lalu berlari keluar lewat pintu belakang dan
langsung naik taksi yang melintas.
“Loh? Anak itu
kemana?” gumam Lay.
“Ada apa?”
“Ada seorang gadis
yang menginap di sini, aku menemukannya pingsan tempo hari.”
Hyung Jun lalu
berjalan masuk ke kamar, dan melihat ada amplop yang di letakan di atas meja.
Setelah masuk ke
dalam taksi, taksi itu pun bergerak. Lalu aku menempelkan mukaku di jendela dan
memandang rumah penginapan itu yang makin mengecil. Aku menghindar jauh dari
Hyung Jun.air mataku terus mengalir, sepertinya aku tidak akan bertemu Hyung
Jun lagi...
******
Tadinya aku kira aku
akan mati di negara ini, tapi aku di tolong oleh seorang perawat bernama Sunny.
Entah sudah berapa lama aku tertidur di kamarnya dan membuatnya susah.
Hari ini Sunny pergi
bekerja. Waktu aku sedang memasak untuk aku makan, dari luar terdengar suara
langkah kaki memasuki dapur.
“Aku pulang...” Sunny
pulang dengan membawa banyak belanjaan.
“Sudah pulang?”
“Iya, kamu masak
apa?”
“Ramen, kamu mau?
Akan aku masakan untukmu.”
“Boleh, kebetulan aku
juga sedang lapar.” katanya sambil membereskan barang belanjaannya.
“Apa kamu sudah baik
kan?”
“Sudah...”
“Syukurlah, aku
sangat mengkhawatirkan mu. Apa kamu benar-benar tidak memiliki saudara di sini?
Supir taksi waktu itu sangat panik karena penumpangnya pingsan dan membawa mu,
untung saja dia membawamu ke rumah sakit tempat ku bekerja.”
Aku tidak ingat
kejadian waktu itu.
“Jalan-jalan
sendirian memang menyenangkan, tapi tidak ku sangka kamu akan jalan-jalan
sampai ke sini (jepang)” Sunny menasehati aku.
******
“Sungmin itu pacarmu
ya?” tanyaku saat aku melihat album fotonya.
Sunny yang sedang
merapikan buku-buku di mejanya langsung kaget mendengar pertanyaanku.
“Bukan...” mukanya
mulai memerah.
“Tapi ini, kenapa
fotonya di beri bentuk ‘love’?”
“Ya! Jangan di
lihat!!!” Sunny merebut album yang aku pegang.
“Kenapa? Apa kamu
sudah menyatakannya?”
“Tidak, aku tidak
bisa menyatakannya duluan.”
Aku diam mendengar
ucapannya. Sunny benar, jaman sekarang cewek tidak mungkin menyatakan cinta
duluan. Padahal kalau itu dilakukan, tidak akan jadi beban nantinya.
Keesokan harinya
hujan turun dengan deras. Badanku terasa sehatan sekarang. Sewaktu Sunny
berangkat kerja, aku diam-diam pergi keluar rumah.
Supaya tidak membuat
Sunny khawatir, aku pulang sebelum dia pulang. waktu aku akan membuka pintu,
terdengar suara Sunny sedang berbicara pada seorang laki-laki. Apa itu Sungmin?
Lalu dengan perlahan aku membuka pintu.
“Suzy?” panggil
Sunny, laki-laki itu pun menengok.
“Suzy!” orang itu
ternyata Kevin, tanpa banyak bicara aku segera lari.
“Suzy, tunggu.”
“Pergi sana! Kenapa
bisa kamu di sini?”
“Aku mencarimu, aku
mau minta maaf atas kejadian di hotel waktu itu...”
“Tidak segampang itu
minta maaf, kejadian malam itu tidak bisa aku maafkan!”
“Suzy, tunggu.”
Kevin terus
mengejarku. Tapi langkahku terhenti saat melihat Hyung Jun di depanku.
“Suzy...” panggilnya
pelan.
Rasanya jantungku
akan copot, Hyung Jun pasti mendengar ucapanku barusan.
******
Aku diam menatap
Hyung Jun.
“Suzy, aku mau minta
maaf...” Kevin yang ada di sampingku terus berbicara.
Wajah Hyung Jun
berubah dingin waktu melihat Kevin.
“Apa maksud ucapan mu
itu?” tanya Hyung Jun geram. Lalu Hyung Jun berjalan mendekati kami.
“Ada apa di antara
kalian?” Hyung Jun mengguncang bahuku, “Suzy! Jawab!”
“Cukup! Suzy tidak
salah, aku yang salah. Aku membuatnya mabuk dan membawanya ke hotel!”
“Mwo?” mata Hyung Jun
terbelalak besar, “Terus kamu apakan dia?”
“Aku...”
“Sudah hentikan!”
teriakku.
Hyung Jun yang sudah
naik darah langsung meninju Kevin.
“Oppa, hentikan!”
teriakku lagi tapi Hyung Jun terus memukul Kevin sampai babak belur.
“Berdiri!” perintah
Hyung Jun pada Kevin yang sudah lemas.
Kevin dengan
sempoyongan berdiri lalu melap darah di bibirnya.
“Semua ini terjadi
karena salahmu. Aku hanya menghibur Suzy yang sedang bersedih.”
Hyung Jun nyengir
kesal mendengar ucapan Kevin.
“Kamu ini tau apa
hah!” Hyung Jun meninju Kevin lagi.
“Sudah cukup!”
jeritku sekuat tenaga, lalu aku pergi meninggalkan mereka.
“Suzy!” teriak Hyung
Jun.
Aku yang kehilangan
akal terus berlari dan tidak melihat ada jurang di depanku.
“Suzy!”
“Pergi!” usirku
sewaktu Hyung Jun akan mendekatiku, “Kalau Oppa mendekat, aku akan loncat!”
“Jangan bodoh kamu!”
“Aku sudah
mengecewakanmu... Malam itu, aku dan Kevin...” aku kehabisan napas, “Aku tidak
pernah bermaksud mengakitimu Oppa...”
Badanku sempoyongan.
“Oppa, mianhae...”
Hyung Jun diam
sejenak, lalu melangkah mendekatiku.
“Tenanglah... Kita
bicarakan baik-baik di rumah.” Hyung Jun menjulurkan tangannya.
“Aku bilang jangan
mendekat!” jeritku, aku benar-benar seperti orang yang kehilangan akal sehat.
“Oppa pasti akan
menceraikan aku...”
“Tidak, ayo kita
pulang...”
Baru saja aku
melangkah maju, kakiku terpeleset
“Akh!” aku terjatuh.
“Suzy!!!” Hyung Jun
menggenggam tanganku.
Aku memegang erat
tangan Hyung Jun, tapi karena terlalu licin aku tidak dapat menahan lagi.
“Aaakh!” Hyung Jun
ikut terjatuh.
Tubuh kami menyangkut
di dahan pohon. Tapi dahan pohon yang menompang tubuh kami kecil.
“Kamu naik duluan!”
Aku berusaha naik. Saat
aku berhasil naik, dahan pohon itu retak.
“Oppa!!!” jeritku
histeris.
Hyung Jun jatuh ke
jurang itu, tak lama Kevin datang lalu turun ke bawah dengan perlahan untuk
mencari Hyung Jun.
Hyung Jun berhasil di
temukan. Dia segera di larikan ke rumah sakit tempat Sunny bekerja. Aku dan
Kevin menyusul belakangan. Sunny terus membujuk Kevin untuk di obati luka-luka
yang ada di wajahnya, tapi dia tetap tidak mau.
Tak lama pintu UGD
terbuka. Hyung Jun tampak terbaring lemah. Kepalanya dibalut perban, dan masker
oksigen melekat dimukanya.
“Oppa...” panggilku
pelan di samping tempat tidurnya. Tangan Hyung Jun kugenggam erat, “Oppa,
mianhae...” mukaku kurebahkan ke dadanya. Air mataku tiada henti mengalir.
******
Hujan terus turun dengan deras di luar dan aku
terus berada di sisi Hyung Jun.
“Suzy... kamu makan
dulu ya. Kevin sudah bawa makanan untuk mu. Nanti kamu sakit...” Sunny terus
memaksaku untuk makan, tapi aku tidak mau. Melihat Hyung Jun yang berbaring
lemah membuatku hanya mau ada disisinya. Aku takut... Hyung Jun akan mati.
Seorang suster masuk
dan memeriksa Hyung Jun.
“Tolong, tunggu di
luar,” pinta suster itu.
“Ada apa?”
Tak lama dokter masuk
juga.
“Nanti akan kami
jelaskan. Jadi tolong, kalian berdua tunggu di luar sekarang.”
Mendengar ucapan
dokter itu membuatku semakin takut.
“Oppa...” aku panik.
“Sudah... Ayo, Suzy!”
Sunny mengajakku keluar ruangan.
Hatiku tidak tenang.
Aku hanya bisa berdoa. Tak lama dokter itu pun keluar.
“Kalian sudah
diperbolehkan masuk.”
“Ada apa sebenarnya”
tanya Kevin pada dokter.
Dokter itu terdiam
sejenak, “Kami sudah berusaha sebisa mungkin. Selanjutnya, hanya tuhan yang
tau.”
“Oppa...” Cuma itu
yang bisa kukatakan saat mendengar ucapan dokter, aku melihat wajah Hyung Jun
yang memutih seperti mayat, “Jangan tinggalkan aku...” air mataku mengalir.
“Dokter harus
menyelamatkannya!” protes Kevin ke dokter, “Ya! Kim Hyung Jun! Kau harus hidup!
Kalau kau mati, siapa yang melindungi dan menjaga Suzy!” Kevin masuk dan
langsung mengguncang-guncangkan tubuh Hyung Jun.
“Hentikan!” aku
mencoba menghentikan perbuatan Kevin, aku yakin kalau Hyung Jun mendengar
ucapan Kevin.
“Kamu! Keluar!”
dokter mengusir Kevin, lalu menyeretnya keluar.
“Aku belum selesai!!!
Lepaskan! Suzy...! waktu itu aku tidak menyentuhmu sedikitpun!!!” teriak Kevin
saat dokter menyeret paksa.
Aku terdiam
mendengarnya. Dan...
“Su...zy...”
terdengar suara Hyung Jun.
“Oppa?”
“Sajangnim! (dokter!) Dia sadar...” Sunny berteriak
keluar memanggil dokter.
“Oppa, bicaralah...”
Dia terdiam lagi.
Dengan berlinang air mata aku terus berharap.
Karena lelah terus
menangis dan berdoa, aku tertidur. Sampai pagi tiba, aku merasakan ada jari
lentik Hyung Jun di depan mataku. Lalu aku menatap ke arah Hyung Jun, entah sejak
kapan dia sudah sadar dan menatapku.
“Oppa?”
“Suzy...” panggilnya
dengan suara lirih. Aku menggenggam tangannya dan memeluk dadanya.
******
Kesehatan Hyung Jun
berangsur-angsur pulih, dan pada akhirnya tiba saatnya untuk pulang. Sewaktu
sedang pamit dengan Sunny, Kevin datang.
“Mau pulang
sekarang?” Kevin terkejut.
“Iya, kakek ku sudah
menyuruhku sekolah lagi. Kamu tidak mau sekolah?”
“Oh iya...”
“Baiklah, aku juga
akan pulang,” pamit Kevin pada Sunny.
Sebelum aku dan Kevin
pergi, kami tak lupa mengucapkan terima kasih padanya. Lalu aku memberikan
surat pada Sunny.
“Ini apa?” tanyanya.
“Tolong berikan pada
Hyung Jun oppa.”
“Annyeong!” aku
bersama Kevin meninggalkan rumah sakit, Hyung Jun yang sedang tertidur makanya
aku menulis surat untuk ucapan perpisahanku.
******
Di dalam taksi aku
diam seribu bahasa.
Sesampainya di
bandara, aku dan Kevin hendak membeli tiket tiba-tiba terdengar seseorang yang
memanggilku.
“Suzy!” Hyung Jun
berlari menghampiriku. Napasnya tersengal-sengal.
Aku lalu berlari menghampiri
Hyung Jun, “Oppa? Kenapa kamu ke sini?”
“Kalau kau pergi, aku
akan berhenti jadi guru. Aku tidak mau kita berpisah lagi.”
“Suzy!” Kevin
memanggilku, “Aku sudah beli tiketnya, tapi hanya 1. Sepertinya kamu harus
tinggal di sini.” katanya sambil melambaikan tangan dan berlari masuk ke
bandara.
“Kita mulai dari awal
ya...”
“Ne...”
Aku memeluk Hyung Jun
dan menatapnya. Bibir Hyung Jun mendekat ke bibirku, pelan-pelan aku menutup
mata.
The End.
[inspiration of the novel “Oh, My
Darling”]
Mungkin ini akan jadi
FF ber-chapter terakhir Author :’( hiks hiks saya pusing buatnya. Ini ciyus loh. Tapi terima
kasih sudah mau membacaaa...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar