Selasa, 03 September 2013

[My FF] Nightmares 2




Title : Nightmares 2
Author : Anita / @Anita_Febriany
Genre : Romance, Supranatural
Rate : NC-21
Lenght : Oneshot
Words : 4060        
Main Cast :
-          EXO’s Kris
-          F(X)’s Krystal
Support Cast :
-          U-Kiss’s Kevin
Note : tau drama korea Dream High? Dream High ada dua kan? Dream High sama Dream High 2. Keduanya model ceritanya kan sama tu... sama-sama menceritakan sekolah musik yang menerbitkan artis muda berbakat di dunia musik gitu. Tapi tetep ada bedanya kan? Tau lah, pasti yang udah nonton keduanya mah... Nah, makanya hadirlah FF saya ini. Bukan, FF saya ini ceritanya bukan kayak drama Dream High. cuma, FF saya ini inspirasi awal dari FF Ficlet @tikkixoxo_96 (Nightmares) tapi yang punya ide suruh bikin FF ini, dia >> @RiskaKAIIka :-D dia udah nulis dengan length Drabble (Nightmire). Jadi saya buat Oneshot. Ketiga FF model ceritanya sama tapi beda kok, karena beda author dan tentu saja beda main cast. Biarpun judulnya rada sama tapi tetep beda!
Oke!!! Langsung baca aja~
Selesai baca, komen ya. Kalo gak, saya pencet hidungnya!  << WARNING! Author kejam!

--------------------------


“Kevin! Aku harus letakan dimana ini?” teriak ku sambil membawa beberapa tumpukan kardus miliknya.
“Letakan saja di situ,”
Aku pun meletakan kardus yang aku bawa lalu melirik jam tangan ku, “Haah...”
Sekarang sudah jam sebelas siang. Aku sudah dari jam sembilan pagi membantunya membereskan kardus-kardus miliknya, tapi tak kunjung selesai. Sudah dua jam aku di apartment-nya, hanya untuk membantunya membereskan tumpukan kardus yang aku tidak tau apa isinya. Tapi kardus-kardus ini seperti kembali ketempatnya semula, karena tidak ada habis-habisnya! Tau seperti ini, seharusnya aku menolak saat dia meminta pertolonganku. Ingin rasanya aku membuang kardus-kardus yang aku bawa agar cepat selesai, dan tidak perlu meletakkannya dengan perlahan dan berhati-hati. Tapi kata Kevin isinya barang yang sangat penting, jadi saat aku membawanya dan meletakannya harus perlaha dan hati-hati.
“Kita nonton yuk?”
Tiba-tiba saja Kevin mengambil sebuah dvd dari dalam kardus yang ia pindahkan. Dan menunjukannya pada ku. Aku meletakkan terlebih dahulu kardus yang sedang aku bawa, baru menghampirinya. Saat aku melihat judul film di dvd itu, mataku membulat.
“Kevin! Kau mau mengajakku nonton film seperti ini!” bentakku.
Ia yang terkejut mendengar bentakkan ku dengan spontan menjauh dariku dan menutup kedua telinganya.
“Waeyo? Kita kan hanya nonton,”
Aku hanya berdecak kesal mendengar ucapannya. Bagaimana tidak kesal? Dia mengajakku menonton film porno! Biarpun sekarang masih siang tetap saja, hanya ada aku dan Kevin di apartment ini.
“Ini filmnya bagus lho,” ucapnya sambil memamerkan dvd itu di hadapan ku.
Aku yang sudah kesal, tidak mau mendengarkan ucapannya, “Aku pulang!” ucapku. Aku bangkit dan langsung bergegas pergi begitu saja.

***

Sepanjang perjalanan pulang, bibirku tak pernah berhenti mengatakan kata-kata kutukan untuk Kevin. “Pria itu polos atau memang bodoh? Aku tidak mau menonton film itu berdua dengannya. Kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, bagaimana?” Tiba-tiba di kepala ku kebayang hal yang tidak diinginkan itu, sontak aku berhenti berjalan dan mengacak-acak rambut ku kesal. Tidak peduli sepasang mata memperhatikan ku, dan aku berjalan lagi sambil tak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata kutukaan.
Sesampainya di apartment ku, aku melihat Kris sedang sibuk mengangkut kardus.
“Kau sedang apa?” tanya ku sambil menghampirinya.
Ia meletakan kardus itu, “Apa kau mau membantuku?”
Aku pun mengangguk.
Entah kenapa, hari ini aku disibukkan oleh kardus. Tapi kalau membantu suami sendiri, aku tidak keberatan. Aku malah senang. Karena terlihat seperti sepasang suami istri yang bahagia.
Kris adalah suami ku, kami sudah menikah 1 tahun yang lalu. Karena kami termasuk sepasang suami istri yang baru, jadi setiap di dekatnya aku selalu gugup. Jujur saja, sampai saat ini aku belum pernah bersetubuh dengannya. Kris selalu mengatakan belum siap. Sikapnya yang sok misterius, membuatku suka padanya. Saat SMA dulu aku selalu mengagumi sosoknya. Dan pada akhirnya, saat kami tamat SMA ia menyatakan cinta padaku dan tak lama kami pun menikah. Kami memang jarang bahkan hampir tidak pernah jalan bersama seperti pasangan kekasih lainnya, sampai-sampai aku sempat berpikir kalau ia menikahi ku karena terpaksa. Tapi saat aku tanya, ia mengatakan kalau ia tulus mencintaiku apa adanya dan ia tidak suka keluar rumah. Mau tak mau aku sendiri harus memahaminya, aku tidak mau ia beranggapan aku ini egois. Asalkan ia ada di sisiku, aku sudah bahagia.
“Kenapa kau melamun?” tanya Kris, membuyarkan lamunanku.
Aku hanya menggelengkan kepala.
“Kalau begitu, bisa kau letakan kardus yang ada di tangan mu itu di situ,” ucapnya sambil menunjuk ke suatu arah. Mata ku langsung tertuju ke arah yang di tunjuk oleh Kris.
“Iya,”
Aku berjalan ke arah yang Kris tunjuk. Namun saat sampai di tempat, aku mendongakkan kepala, “Kris? Lemari ini tinggi sekali,” kataku sambil melihat ke atas lemari. Aku tidak mungkin bisa meletakkan kardus yang sedang aku bawa ke atas lemari yang tingginya melebihi Kris satu jengkal jari tangannya.
Akhirnya Kris berjalan menghampiriku, dan mengambil kardus yang ada di tangan ku lalu meletakkannya di atas lemari. “Pendek!” ledeknya dan kembali berjalan menghampiri kardus-kardus yang belum ia bereskan. Aku berlari kecil mengejarnya lalu memukul pundaknya. Ia pun terkejut sambil memegangi lengannya dan aku hanya tertawa.
.
“Sore ini kita jalan-jalan yuk?”
Ia melihat sekilas ke arah ku, lalu melanjutkan memainkan games yang ada di smartphone-nya, “Tidak mau,”
Aku menghela napas, lalu bersandar di bangku taman dan memandang ke arah langit. Langit sore terlihat indah bagi ku, dan angin yang berhembus sangat menyejukan. Beda dengan udara pagi, biarpun tidak sesejuk saat pagi. Tapi bagi ku sama saja, hanya hawanya yang berbeda.
Aku melirik Kris yang berada di sebelah ku, ia tampak sangat fokus dengan games-nya, lalu aku kembali menatap langit, “Aku bosan,” gumamku pelan.
Seakan ia mendengarnya, ia langsung mematikan ponselnya. Berhenti bermain games.
Aku menatapnya bingung, lalu ia membalikkan tubuhnya dan menatapku. Mata kami saling bertemu, karena jarak kami sangat lah dekat. Ya, sekitar 1 meteran. Tidak, mungkin kurang. Jadi aku bisa melihat pantulan diriku dari kedua bola matanya.
“Kau ingin jalan-jalan?” tanyanya
Aku tidak percaya mendengarnya, tapi aku langsung menganggukkan kepala dengan penuh semangat. Saking semangatnya, aku merasakan kalau tulang leher ku seperti akan patah. Tapi seulas senyuman langsung mengembang di bibirku.

***

“Ini lucu kan?”
“Iya,”
Lalu kami mulai berjalan lagi untuk melihat-lihat. Aku sangat bahagia bisa jalan berdua dengan suami ku tercinta, Kris. Kami sekarang berada di sebual mall terbesar di korea, Times Square Shopping Center. Setiap kali kami melintasi toko yang menjual benda-benda lucu dan unik, aku selalu bertanya pada Kris. Biarpun setiap jawaban yang ia lontarkan singkat ‘Iya’. Tapi aku selalu tertawa bahagia, lalu berjalan lagi sambil menggandeng tangannya.
Di sela-sela saat kami berjalan, aku selalu memandang tangan Kris yang menggenggam erat tanganku. Aku benar-benar merasa bahagia, sampai-sampai membuatku tersenyum sendiri melihatnya.
Tapi, tiba-tiba Kris menghentikan langkahnya.
“Wae?” tanya ku. Tapi ia hanya diam sambil terus memandang lurus ke suatu tumpat. Aku melihat ke arah matanya tuju, tapi aku tidak melihat sosok seorang pun di depan sana. Hanya toko kosong yang belum di buka.
“Kris? Waeyo?” tanya ku lagi tapi kali ini aku sambil mengguncangkan bahunya. Sontak ia menatapku, tapi tatapannya seperti orang yang ketakutan.
“Kita pulang,”
“Pulang?” aku bingung dengan perubahan ekspresi Kris yang tiba-tiba. Aku jadi sedikit sedih. Jelas saja, kami belum lama berada di mall ini, tapi ia sudah meminta pulang. Aku tidak tau, sebenarnya apa yang ia lihat di sana. Aku tidak melihat apapun selain toko kosong. Bahkan aku belum beli apapun di mall ini. Tapi apa boleh buat? Kris ingin kami pulang.
Dengan hati yang berat, aku menganggukkan kepala. Lalu ia menarik tangan ku erat dan berjalan tergesa-gesa keluar mall.
.
“Sebenarnya ada apa Kris?” tanyaku pada Kris sesaat kami sudah tiba di apartment
Ia tidak menjawab pertanyaan ku malah terus berjalan menujun kalender. Saat aku menghampirinya, ia terlihat serius sekali memandangi tiap angka yang ada di kalender itu.
“Ada apa Kris?” tanya ku lagi, aku benar-benar tidak mengerti dengan kelakuan Kris hari ini. Ia sudah membuat ku bingung. Di tambah lagi, setiap lontaran pertanyaan ku selalu tidak jawabnya. Apa kah hari ini, hari penting baginya? Apa ada janji dengan seseorang? Kenapa ia memperhatikan kalender yang di hadapannya dengan serius sekali...?
“Kystal?” Akhirnya Kris membuka mulut.
“Apa?”
“Nanti malam bulan purnama,”
“Bulan purnama?”
Ia menatap ku dengan tajam, “Kau, jangan keluar malam ini!”
Ucapannya membuatku merinding, “Wa-wae?” tanya ku tergagap.
“Jangan keluar!” Tiba-tiba ia membentakku, dengan spontan aku menutup kedua telingaku. Lalu ia pergi meninggalkanku.
“Ada apa sebenarnya?” gumamku. Kini aku menatap kalender yang berada di hadapanku, “Apa nanti malam benar bulan purnama? Kenapa dia bisa tau?” tanya ku pada diri sendiri. Sebenarnya banyak pertanyan-pertanyan yang terlintas di pikiran ku. Tapi melihat Kris yang seperti itu, niat ku untuk bertanya padanya jadi sirna.
Tapi rasa penasaran ku tak terbendung lagi, lalu aku berlari kecil menghampiri tas ku yang berada di sofa. Karena sepulang dari mall tadi, aku langsung meletakkannya di sana.
Saat ponsel ku sudah berada di tangan ku, jari-jari ku dengan lihai menekan-nekan tombol yang ada di ponsel ku. Lalu saat pesan sudah ku tulis, nama Kevin lah yang terlintas di pikiran ku.
“Pada saat bulan purnama itu, indentik dengan sesuatu hal apa?”
To: Kevin Woo
-Send-
Pesan ku ke Kevin telah terkirim, tak lama ponsel ku bergetar. Itu menandakan kalau ada pesan masuk, dan itu ternyata balasan dari Kevin.
“Kalau di barat, aku lihat di film-filmnya. Manusia berubah menjadi serigala,” isi pesannya.
Entah kenapa, membaca isi pesan Kevin membuat jantung ku berdetak kencang. Tapi pasti bukan itu yang membuat ekspresi Kris tiba-tiba berubah. Apa hubungannya ‘manusia berubah menjadi serigala’ dengan Kris? Apa Kris manusia serigala? Tidak mungkin... Aku rasa otak Kevin yang sudah di racuni oleh film-film barat. Aku salah bertanya dengannya. Bodohnya diriku!
Lalu aku berjalan mencari Kris, “Kris? Kau di dalam?” teriakku memanggil Kris sambil membuka pintu kamar kami. Aku melihatnya ia sedang tiduran sambil sibuk dengan ponselnya. Apa ia lagi bermain games?
“Kris?” panggil ku sambil berjalan menghampiriku. Ia menatap lurus kemataku. Aku berjalan mendekat ke arahnya, dan sekarang duduk di sebelahnya.
“Kenapa memangnya kalau malam ini aku keluar?” tanya ku. Ia diam beberapa saat, tapi ia langsung bangkit dan mencium bibirku. Awalnya hanya kecupan manis, tapi kelamaan jadi ciuman penuh nafsu. Ia menciumku sambil menahan wajahku agar tidak bergerak dengan kedua tangannya, sehingga ponsel yang tadi berada di tangannya terjatuh ke atas tempat tidur.
Perlahan aku menutup kedua mataku, menikmati lumutan dari bibir Kris. Biarpun ciumannya terkesan kasar, tapi aku menikmatinya. Karena ini pertama kalinya Kris mencium ku seperti ini, biasanya ia hanya mengecup bibirku sekilas. Tapi sekarang berbeda, ia seperti vampire yang ke hausan darah. Bahkan ia sampai memutar kepalanya untuk mencium bibirku.
Dddrrrttt Dddrrrttt
Tiba-tiba ponsel Kris bergetar. Sontak membuat Kris melepaskan ciumannya. Kami sama-sama mengatur napas. Untuk beberapa saat, kami saling menatap. Tapi pandangannya langsung beralih ke ponselnya. Apa tadi Kris sedang mengirim pesan ke seseorang? Ke siapa? Apa itu balasan dari orang itu? berbagai pertanyaan langsung menghujani pikiranku. Namun aku hanya bisa menatap Kris yang kini sibuk menekan-nekan ponselnya.

***

“Malam ini kau mau makan apa?”
“Aku tidak lapar,”
Aku hanya menghela napas panjang mendengarnya. Sudah 30 menit aku duduk di meja makan bersama Kris. Pria itu duduk tepat di depanku. Aku bahkan bisa melihat dengan jelas wajahnya yang tampan, matanya yang bersinar, hidungnya yang mancung, dan tentu saja bibirnya yang pink merona.
Tanpa sadar aku terus memandangi wajahnya.
“Ada sesuatu di wajahku?” tanya Kris tiba-tiba. Aku yang kepergok sedang memandangi wajahnya, langsung menundukan kepalaku. Menutupi rasa malu. Mungkin wajahku sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus. Benar-benar memalukan!
Aku merasakan ada sebuah tangan membelai rambutku lembut, saat aku mengangkat wajahku... aku terkejut. Kris membelai rambutku? dan seulas senyuman mengembang di bibirnya.
Deg! Jantungku berdetak kencang. Baru kali ini aku melihat Kris tersenyum padaku.
“Kau tidak makan?”
Aku langsung menggeleng.
“Kau tidak lapar?”
Aku menggeleng lagi. Lalu ia tersenyum. Entah kenapa, ada perasaan aneh yang mengganjal di hati ku. Hari ini Kris benar-benar sangat aneh.
“Aku ingin mengambil sesuatu. Kamu tunggu di sini,” ucapnya sambil bangkit dari kursi menuju lemari. Entah apa yang ingin ia ambil.
Aku membalikan badan ku, lalu melihat ke arah jendela yang belum aku tutup. Dan menerawang keadaan di luar sana. Kenapa Kris melarang ku untuk keluar? Di luar... ada apa?
Aku bangkit, dan berjalan menghampiri jendela untuk menutupnya. Sebelum jendela aku tutup, aku sempat mengintip keluar, baru menutupnya rapat-rapat.
“Krystal?”
“Omo!” pekik ku, panggilan Kris membuatku terkejut. Hampir saja jantungku keluar! Tapi aneh, aku tidak mendengar langkah kakinya menghampiri ku. Tiba-tiba saja ia sudah berada di belakang ku, dan mengagetkan ku. Aku terus mengelus dadaku. Detakan jantung ku sangat cepat,karena Kris benar-benar membuatku terkejut!
“Kamu sedang apa?”
“Menutup jendela ini, wae?”
“Bantu aku mengangkat kerdus di sana,” ucapnya. Lalu menarik tanganku dengan kasar, ia seperti sedang memaksa ku. Aku berusaha melepas cengkraman tangannya, tapi tidak bisa.
“Kris lepaskan, aku bisa jalan sendiri,” saat sampai di depan lemari. Akhirnya ia melepaskan tanganku, aku meringis kesakitan. Ada apa dengannya!
“Mianhae,”
“Kardus yang mana, yang harus aku angkat?” tanyaku sambil berusaha tersenyum padanya.
.
Perlahan aku membuka kedua kelopak mataku yang terasa berat. Saat kedua mataku benar-benar sudah terbuka. Pusing... aku memegangi kepala ku, seraya bangkit. Dan aku merasakan sakit di kepala ku, membuat kepalaku menjadi pusing. Sepertinya kepalaku habis tertimpa kardus yang jatuh! Tapi tunggu? Aku melihat sekelilingku, “ini... dimana?” gumamku.
Aku berdiri sambil melihat-lihat sekitar ku. “Aku di hutan?” aku tersentak kaget melihat sekitar ku, “Kenapa aku bisa berada di sini?” aku berjalan mengitari hutan ini, tapi tak ada seorang pun yang aku temui. Aku benar-benar merasa takut, hampir saja aku menangis.
SRAAKKK SRAAKKK
Suara apa itu? Aku menoleh ke sumber suara. Suara itu... dari arah semak-semak!
SRAAKKK SRAAKKK
Suara itu terdengar lagi. Rasanya ingin kabur saja!
Saat aku membalikan tubuhku, ada seekor serigala yang sedang menatap ku tajam. Saking terkejutnya, aku sampai terduduk lemas. Bahkan aku merasakan kalau kedua kakiku seperti tidak bisa menopang tubuhku. Aku ingin lari, tapi tidak bisa...
“Ayo lari!” aku memukul kedua kaki ku, tapi bagaikan tak bertulang. Kaki ku tidak bisa di gerak kan!
Serigala itu berjalan menghampiriku dengan tatapan menyeramkan. Aku yang ketakutan, berkali-kali memukul kedua kaki ku tapi tetap tidak bisa bergerak. Aku sampai nangis karenanya. Aku tidak mau mati di tempat ini!
Serigala itu tiba-tiba berhenti, lalu ia berlari menghampiriku. Keringat dingin langsung mengucur ke seluruh tubuhku, dan tubuhku bergetar hebat karena ketakutan. Saat serigala itu akan meloncat ke arah ku, “Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” teriakku sambil menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.
Hening. Untuk beberapa saat, aku merasakan tidak terjadi apapun. Aku membuka kedua telapak tangan ku yang menutupi wajahku, lalu meraba tubuhku sendiri. Aku masih utuh! Aku lalu melihat sekitar ku, “Aku dimana?” Aku bangkit lalu melihat-lihat seisi ruangan yang aku tidak tau ini ruangan siapa, dan aku berada di mana. Ini bukan rumah ku! Seisi ruangan penuh dengan barang-barang bermerk dan terkesan mewah. Saat sedang melihat-lihat dari balik tirai besar, lebih tepatnya dari balik jendela besar yang berada di sudut ruangan ini aku melihat sosok seorang pria. dari belakang ia seperti orang yang sangat aku kenal selama ini, “Kris?” panggil ku hati-hati. Lalu pria itu membalikan badannya dan menatapku tajam.
“Ka-kau, bukan Kris!” ucapku tak percaya. Pria yang berdiri di depan jedela besar itu menyerupai Kris, tapi aku yakin bukan Kris. Matanya... matanya seperti serigala yang aku lihat di tengah hutan tadi! Tapi kenapa tiba-tiba aku bisa berada di tempat ini? Dan, apa dia...
“Jangan takut,” ucapnya sambil berjalan menghampiriku. Aku mencoba menjauh darinya. Ia melangkah maju, dan aku melangkah mundur. Tapi langkahku sudah habis. Di belakang ku ada tembok yang menghalangi langkah ku. Dengan tatapan tajam makhluk yang berwujud Kris itu terus melangkah menghampiriku, dan saat sudah berada di hadapanku aku bisa melihat wajahnya. Ia mirip sekali dengan Kris, hanya warna lensa matanya yang berbeda. Dan... aku melihat tangannya, kukunya seperti kuku hewan buas.
“Kau... siapa?” tanya ku. Suaraku terdengar bergetar.
“Ini aku, Kris. Suami mu,”
Kris? Tidak mungkin!
“Pergi! Kau bukan Kris!” usirku sambil memukul dadanya yang bidang dengan keras. Tapi ia tetap kukuh di tempat, tidak bergerak satu langkah pun. Aku terus memukulnya agar ia menjauh dariku, tapi tiba-tiba ia menarik kedua tangan ku dan mengecup bibirku dan dengan gerakan cepat ia langsung membenturkan kedua tangan ku pada tembok. Ia benar-benar sudah mengunci gerakanku.
“Maaf, tapi aku selalu berusaha ingin membahagiakan mu. Walaupun wujud sebenar ku seperti ini,”
Aku tidak mengerti dengan ucapannya.
“Tapi aku sungguh-sungguh mencintaimu,”
Aku belum menjawab satu pun dari ucapannya, tapi kecupan lembut dari Kris mendarat mulus ke bibir ku. Dari ciumannya, aku bisa merasakan kalau ia adalah Kris. Tapi itu tidak mungkin...
Ia melepaskan ciumannya, “Kris...” gumamku sambil menutup mata.
Aku merasakan ada hembusan napas di leher ku. Kris mencoba menghirup aroma tubuhku! Lalu ia melepaskan kedua tangan ku. Aku pun membuka kedua mataku dan menatapnya.
“Aku mencintaimu,” ia meraih wajahku dan mendekatkan ke wajahnya. Aku sangat gugup.
Wajah kami sudah sangat dekat sekarang. Perlahan bibirnya mendekat ke bibir ku. Ia mau mencium ku lagi? Ia memiringkan kepalanya agar mudah di jangkau, “Naega jeongmal saranghae,” ucapnya sebelum bibirnya benar-benar menyentuh bibirku.
“Mmmhh..” desah ku tertahan. Ia melumut bibirku dengan kasar sambil memegangi wajahku dengan kedua tangannya agar aku tidak bergerak. Tapi aku tidak berusaha melawannya. Entah kenapa, aku menikmatinya. Ia Kris atau bukan, aku tidak peduli. Yang jelas, ia terlihat seperti Kris. Suami yang aku cintai. Ciumannya ini mengingatkan ku kejadian di dalam kamar. Apa kah sekarang aku sedang bermimpi?
Lama kami berciuman, akhirnya ia melepaskan ciumannya. Ia menatapku teduh, bola matanya yang merah menyala kini menjadi hitam. Tanpa sadar tanganku mengelus pipinya, sontak ia menarik tangan ku. Dan...
BRUUKKK
Ia menghempaskan tubuh ku di atas tempat tidur.
Napas ku mulai tak beraturan. Apakah ini kekuatan manusia serigala? Ia membuatku terkejut.  Jarak tempat aku dan Kris berdiri tadi dengan tempat tidur ini sangat jauh. Tapi dalam sekejap, Kris dapat menarikku sampai ke tempat tidur ini.
Kini ia berada di atas ku. Kris, ia menatap ku dengan tatapan yang teduh. Bola matanya yang sudah menjadi hitam itu pun membuatnya terlihat seperti Kris.
“Kris... aku mencintaimu,”
Mendengar ucapanku, Kris mencium bibir ku lagi. Aku pun membalas ciumannya. Saat kami sedang berciuman, aku merasakan tangan Kris meraba tubuhku. Aku memejamkan mata. Dan tangan Kris meremas pelan payudara ku yang masih terbungkus oleh pakaian ku, “Mmmhhh...”
Tiba-tiba ia melepas ciumannya, dan beralih ke leher ku. Ia mencium dan menghisap kulit leher ku. Aku memiringkan kepala ku, agar Kris lebih mudah melakukannya.
“Ahhh...” aku mendongak sambil menjambak pelan rambutnya. Ia terus mencium dan menghisap seluruh kulit leher ku, membuat Kissmark. Lalu ia mencoba merobek baju yang aku kenakan, “Kris...” aku mencoba menghalangnya tapi ia langsung mencium bibirku dengan buas. Bahkan bibirku terasa sakit karena di gigit olehnya.
BREEAKKK
Akhirnya baju ku pun robek. Kris merobeknya dengan kasar. Lalu ia membuangnya, dan kembali lagi mencium bibirku.
Aku mencengram punggungnya pelan, “Mmmmhhh...” di lumutnya bibir atas dan bawah ku bergantian. Lalu tangannya menelusuri bagian bawah tubuhku. Ia mencoba melepas celana jins yang aku pakai.
Ia melepas ciumannya dan tangannya dengan gesit membuka resleting celana ku, lalu membukanya paksa dan membuangnya ke sembarang arah. Kini aku hanya mengenakan bra dan celana dalam dengan warna dan motif yang sama.
Aku merasakan jari-jari Kris mengelitik vagina ku dari balik celana dalam yang aku kenakan, “Kris... Ahhh...” desah ku. Jari Kris masuk dan menusuk lubang vaginaku. Lalu ia menggerakan jarinya perlahan. Aku mendesah sambil mencengram pundaknya. Tak lama jarinya pun keluar. Cairanku memenuhi jarinya, ia pun menjilatnya dan langsung membuka celana dalam ku paksa. Saat sudah terbuka, ia mengelus lagi vagina ku. “Ssshh... ahhh...” Kris menusukkan jarinya ke dalam lubang vaginaku, dan menggerakannya dengan cepat sehingga aku mendesah dan tubuhku mengikuti gerakannya.
Dari satu jari, sekarang menjadi tiga jari. Rasa perih langsung ku rasakan saat tiga jari Kris masuk ke dalam vaginaku. Aku meremas seprai tempat tidurku, dan mendesah kuat. Decakan dari dinding vaginaku terdengar sampai terdengar olehku. Kris pun mengeluarkan jarinya, dan aku lihat jarinya di penuhi cairan ku. Ia menjilatnya sampai bersih lalu ia membuka pakaiannya sendiri dengan terburu-buru. Dalam hitungan detik, Kris pun sudah naked.
“Nnghhh...” Kris mencium bibirku, menjilatnya lalu tangannya menuntunku agar aku membuka mulutku untuknya. Aku membuka mulutku, dan lidah Kris langsung masuk ke dalam. Lidahnya menjilat lidahku, gerakannya terkesan terburu-buru sehingga saliva kami sampai menetes di sudut bibirku. Tapi dengan cepat tangan Kris membersihkannya.
Saat ciuman kami terlepas, “Hhh... hhhh...” kami sama-sama mengatur napas. Napas kami mulai tak beraturan, masing-maring dada kami naik-turun karena berusaha menghirup dan mengeluarkan udara. Kami sudah seperti ikan yang terlempar di darat. Kekurangan oksigen.
Tangan Kris menelusuri belakang punggunggu, mencari pengait bra ku. Pengait bra ku berhasil di lepas, Kris pun langsung membuangnya. Mungkin sekarang semua pakaian ku terpencar dan tersangkut di suatu tempat karena ulah Kris!
Masih dengan gerakan terburu-buru, ia lantas mencium leher ku sambil meremas kedua payudaraku. Ini pertama kalinya bagiku Kris melakukan ini padaku. Kami sudah sama-sama naked sekarang.
“Kris... ahhh...” ia meremas kedua payudara ku kasar, membuatku mendesah keras. Lalu tangannya turun ke bawah. Ia mengelus kedua paha ku dengan kedua tangannya, dan membuka pahaku lebar-lebar.
Perlahan ia menuntun juniornya menuju vagina ku dan memasukannya. Dan dengan sekali hentakan, juniornya masuk seluruhnya dengan sempurna di lubang vagina ku, “Aaahhh...” desah ku. Aku meremas seprai tempat tidur ku, menahan perih dan sakit di sana. Selangkangan ku seperti di robek oleh junior milik Kris.
Lalu ia mencoba menggerakan miliknya.
“Ahhh... Ahhh... Ahhh...” ia menggenjot juniornya ke dalam lubangku dengan tempo cepat.
“Ssshhh... ahhh.... ssshhh.... ahhh...”
“Kris... ahhh.... pel...an... pel...an... ahhh,”
Gerakan cepat Kris membuatku sulit berbicara. Tapi ia terus menggenjotkan miliknya sambil mendesah. Aku hanya bisa diam, mengikuti permainannya. Selang beberapa menit, akhirnya ia berhenti. Tapi juniornya masih berada di dalam lubang vaginaku.
“Kau ingin melanjutkannya?” tanyanya dengan susah payah. Napasnya tersengal-sengal.
Aku diam menatapnya, tiba-tiba kedua matanya berubah lagi menjadi merah. Aku terkejut, rasanya ingin mendorong tubuh pria yang ada di hadapan ku sekarang ini. Tapi seperti bisa baca pikiran ku,  ia langsung menggerakan kembali miliknya yang masih tertancap. Genjotannya bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Sampai kedua payudara ku bergerak mengikuti gerakanan Kris.
“Kris... ahhh.... ahhh....” tubuh kami bergerak hebat, keringat langsung membasahi tubuh kami. Hentakan milik Kris membuatku terus berorganism. Aku benar-benar sudah becek!
Tak lama akhirnya Kris berhanti, aku hanya diam karena tubuhku terasa lemas sambil mengatur napas ku yang tersengal-sengal. “Ahhh...” Kris mengeluarkan juniornya dari vagina ku. Lalu wajahnya mendekat ke arah vaginaku, dan menjilat cairan yang keluar.
Saat ia sedang menjilat cairan yang keluar dari vagina ku, aku tersentak kaget melihat ada ekor hewan buas seperti serigala yang muncul dari tulang ekornya. Menyadari kalau aku tadi tadi melihat ekornya, ia langsung menatap ku tajam. Aku sontak mendorong tubuhnya agar menjauh, tapi ia langsung menahan kedua pahaku yang masih terbuka lebar.
Matanya kembali tertuju pada vagina ku, lalu ia menjilati lagi cairan ku. Aku memukul pundaknya sambil terus berteriak, “Lepaskan!!!”
.
“Krystal? Sadar lah,”
Aku merasakan ada sebuah tangan menepuk-nepuk pipi ku pelan. Aku pun tersentak dan bangun.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya. Saat Kris akan memelukku, aku langsung bergeser menjauh darinya. Lalu aku melihat sekitarku. Ini... di rumah ku?
“Aku dimana?”
“Dimana? Kau ini!” ia menjitak kepala ku pelan, “Apa karena kardus itu menumpa kepala mu, kau jadi begini?” tanyanya seraya bangkit dari tempat tidur. Aku baru menyadari kalau aku sekarang berada di atas tempat tidur.
Aku bangkit dan langsung menghampiri cermin besar yang ada di depan tempat tidur ku.
“Kau sedang apa?” tanya Kris yang masih berdiri di tempatnya. Tapi aku tidak menjawab pertanyaannya karena sibuk melihat leherku. Tidak ada Kissmark. Lalu aku melihat pakaian ku. Masih utuh, tidak robek.
Aku berbalik dan menatap Kris, “Apa tadi aku pingsan?”
Kris mengangguk.
“Apa tadi aku bermimpi?”
“Mimpi? Mimpi apa?”
Aku ragu ingin menceritakannya pada Kris. Kalau memang itu hanya mimpi, aku tidak ingin menceritakannya. Aku takut, ia mengira kalau aku habis nonton film porno di apartment Kevin tadi siang makanya bisa bermimpi seperti itu.
“Kau habis mimpi buruk?”
Aku mengangguk, “Aku takut...” ucapku lirih sambil memeluk Kris dengan erat.
“Tenang lah, itu hanya mimpi. Lebih baik kau tidur sekarang, ini sudah malam.” Kris mencoba menenangkanku.
Aku pun menurut, dan segera menghampiri tempat tidur untuk tidur. “Jangan khawatir,” bisiknya sambil mengecup puncuk kepalaku. Aku merasa aman sekarang, aku percaya kalau itu... hanya mimpi. Aku pun memejamkan mata dan mulai tertidur.
-Author POV-
Setelah merasa Krystal benar-benar sudah tertidur pulas, Kris meninggalkannya dan dengan perlahan ia menutup pintu kamar mereka.
“Haah...” Kris menghela napas berat, “Maaf Krystal, anggaplah itu hanya mimpi buruk mu,” ucap pria itu lirih. Lalu Kris berjalan menuju dapur untuk membuang baju yang telah ia robek. Tanpa ia sadari, ekor serigalanya muncul.

-THE END-

Akhirnya selesai juga~ *tepar*
Gimana? Aneh ya? NC’nya gak HOT ya? aaarrrggghhh! *banting laptop*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar