Rabu, 18 September 2013

[My FF] My Husband is a DUCK!



Title :
My Husband is a DUCK!
Author : Anita || Twitter : @Anita_Febriany
Genre : Romance, Fantasy
Rate : NC -21
Cast :
1) Kim Shin Yeong (OC)
2) Chen (EXO-M)
3) Kai (EXO-K)
4) Baekhyun (EXO-K)
5) Dani (T-Ara)
Length : Oneshot (Words : 3525)
Disclaimer :
akhirnya sequel FF NC saya 'My Boyfriend is a DUCK!' jadi juga saya ketik. Ini pertama kalinya saya ngetik sequel dari FF NC saya. ahaha Entah lah, FF ini bisa dikatakan sequel atau tidak.  ("_ _) di baca aja ya.

Ok! Happy reading...


---------------

"Kai...!!!" teriakku memanggil pria itu.
Aku terus mencarinya, tapi batang hidungnya sampai saat ini tak muncul juga. Sudah hampir seharian aku mencarinya! Kemana dia?
"Kwek! Kwek! Kwek!"
Tiba-tiba terdengar suara bebek di halaman belakang rumah ku. Itu pasti Kai! Ya, Kai adalah seekor bebek. Sebulan yang lalu aku menemukannya diselokan. Sebenarnya aku menemukan dua ekor bebek. Tapi yang satu, sudah menjadi pacarku. Chen namanya. Siang ini ia sedang berbelanja ke pasar, tentu saja dengan wujud manusianya. Chen sudah menjadi manusia, karena saat kami melakukannya ia menyatakan cintanya pada ku, dan aku menerimanya. Aku ingat sekali kata-katanya, Sebenarnya, jika di antara kita berdua bisa menjadi pacarmu. Kita bisa kembali menjadi manusia dan gak harus berubah menjadi bebek lagi jika orang lain melihat kita,
"Haaah, aku menghela napas sambil duduk di bangku yang ada di halaman ku. Kalau mengingat semua itu terasa seperti mimpi. Sampai saat ini aku tidak tau, Kai dan Chen itu sebenarnya manusia yang di kutuk menjadi bebek, atau apa. Karena dari penjelasan Chen waktu itu, benar-benar menggambarkan kalau mereka itu sebenarnya manusia yang di kutuk menjadi bebek. Makanya aku memanggil mereka dengan sebutan 'siluman'. Tentu saja siluman bebek! Karena mereka seekor bebek.
"Kai? Apa itu kau? Keluar lah," teriakku. Aku sudah lelah mencarinya. Tapi pria itu tidak keluar dari tempat persembunyiannya. Sebenarnya sedang apa dia?
"Kai?" panggilku pelan, lalu berjalan menghampirinya. Suara bebek tadi jelas-jelas dari semak-semak itu!
Aku berjalan perlahan menghampiri semak-semak, "Kai? Apa kau di situ?"
Saat aku akan membuka semak-semak itu, agar Kai muncul, "Omo!" aku terkejut melihat seekor bebek berwarna putih dengan corak bintik-bintik hitam. Dia bukan Kai! Warna Kai serupa dengan Chen, warna kuning. Jadi bebek ini... bebek siapa?
"Kau... siapa?" tanya ku pada bebek itu sambil mencoba mengeluarkannya dari semak-semak.
Tapi bebek itu tidak mengeluarkan suara bebeknya, hanya diam terpaku melihatku. Mungkin karena bebek sungguhan, jadi tidak mengerti perkataan ku. Tidak seperti Kai dan Chen!
Aku lalu membawa bebek putih dengan corak bintik-bintik hitam ini masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah...
"Ngapain kamu di sini?!" bentak Kai dari arah belakang, sontak membuatku terkejut.
"Ini rumah ku, kau ini kenapa!" bentakku balik.
"Aku tidak sedang bicara pada mu, tapi dia!" ucapnya kesal sambil menunjuk ke bebek putih yang aku bawa.
Tiba-tiba bebek yang aku bawa itu meloncat dari gendongan ku, "Kyaaaaaaaaaa," teriakku terkejut.
Bebek itu berjalan menghampiri Kai, dan....
"Apa kabar, Kim Jongin?" ucapnya. Lalu bebek itu berubah menjadi manusia.
Bebek? Manusia? Aku tidak bisa berkata-kata lagi melihat kedua pria itu tengah berdiri berhadapan dengan tatapan penuh rasa persaingan.
"Apa lagi ini...? Aku menemukan seekor siluman lagi?!" Aku mengacak-acak rambut ku kesal.
Kedua pria yang ada di depan ku sekarang ini sedang saling menatap satu sama lain. Siapa sebenarnya dia?
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan dari pintu depan rumah ku. Aku pun berjalan menghampiri pintu depan. Dan membuka pintu itu.
"Chen?"
Ia tersenyum pada ku, lalu memberikan aku sekantong belanjaan. Aku dan Chen berjalan menuju dapur.
"Apa ada tamu?" tanya Chen padaku. Tapi aku tidak menjawab pertanyaannya. Selesai merapikan belanjaan, aku langsung menarik tangan Chen menuju tempat Kai dan siluman bebek yang aku temukan itu berdiri.
Chen sempat bingung dengan sikap ku hari ini, tapi sesampainya di tempat. Chen pun terkejut, "Baekhyun?" panggilnya memastikan pada pria yang bersama Kai itu.
Pria yang bernama Baekhyun itu pun menoleh ke arah Chen.
.
"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Chen pada pria yang duduk di sebelahnya, Baekhyun.
Kini kami semua sedang duduk di atas sofa yang berada di ruang depan rumahku, aku duduk tepat di tengah-tengah Chen dan Kai berada. Mereka sedang membicarakan sesuatu hal yang tidak aku mengerti sama sekali.
Pria yang bernama Baekhyun itu lantas menatap ke arah Kai yang duduk di sebelah kiri ku, "Aku ingin menjemputnya," jawabnya.
"Menjemput ku?" tanya Kai sambil menunjuk dirinya sendiri.
Baekhyun pun menganggukkan kepalanya.
"Tidak mau!"
"Di sini bukan tempat mu, kau sudah gagal mendapatkan seorang pacar!"
Kai mendengus kesal, "Chen telah merebut kekasihku!" ucap Kai sambil menunjuk ke arah Chen.
Chen tersentak kaget. Keningnya berkerut, dan matanya langsung tertuju pada jari tangan Kai yang menunjuk tepat di depan wajahnya.
"Tapi tetap saja, kau sudah gagal!" bentak Baekhyun kesal karena Kai bersi keras tidak mau kembali.
Aku ingin sekali bertanya pada Baekhyun, apa maksud ucapannya Kai harus kembali? Apa mereka dari alam lain? Alam dimana para siluman bebek berkumpul, dan datang ke dunia manusia untuk mencari pacar agar bisa menjadi manusia juga. Tapi bukan saatnya aku bertanya pada Baekhyun.
"Aku bilang aku tidak mau! Aku pasti mendapatkan seorang pacar!" bentak balik Kai pada Baekhyun.
Mereka saling menatap dengan penuh rasa kebencian. Jika di gambarkan seperti yang ada di komik-komik, mungkin ada sambaran petir saling beradu yang muncul dari tatapan mata mereka.
"Lebih baik kau memang harus kembali Kai," ucap Chen, mencoba melerai Kai dan Baekhyun.
"Kau sengaja kan ingin menjauhkan aku dengan Shin Yeong?!" ucap Kai dengan suara keras, aku yang duduk di sebelahnya pun spontan menutup kedua telingaku.
Chen memeluk pundak ku, "Shin Yeong pacar ku, Kai..."
Kai melihat tangan Chen yang memeluk pundakku itu langsung berdecak kesal, "Ya sudah," jawabnya dengan nada terpaksa.
.
Kai mencium kening ku, "Sampai jumpa," ia melambaikan tangan ke arah ku, aku pun membalasnya.
Kini kami berempat tengah berada di depan gerbang rumah ku, aku dan Chen sedang mengantar Kai dan Baekhyun sampai depan gerbang. Sebenarnya aku masih tidak tau, kenapa tiba-tiba Baekhyun bisa berada di semak-semak belakang rumah ku? Masuk dari mana dia? Banyak yang ingin ku tanyakan, tapi sekarang Kai dan Baekhyun akan pergi.
"Baiklah, kami pergi dulu," ucap Baekhyun sambil tersenyum ke arah ku dan Chen. Lalu mereka pergi meninggalkan aku dan Chen. Tapi aku dan Chen masih berdiri di depan pintu gerbang untuk melihat kepergian mereka. Sampai akhirnya sosok mereka itu menghilang dari pandangan kami.
"Orang tua mu pulang jam berapa hari ini," tanya Chen tiba-tiba.
Aku melirik jam tangan ku, sekarang masih jam lima sore.
"Mungkin nanti malam," jawabku sambil tersenyum pada Chen.
Chen ikut tersenyum, "Apa kamu sudah makan?"
"Belum," jawabku sambil menggelengkan kepala.
"Ayo, masuk. Akan ku masakkan sesuatu," ia mengacak rambutku lembut, lalu menggenggam erat tanganku masuk ke dalam rumah.

***

"Shin Yeong! Kim Shin Yeong!" panggil seseorang dari arah belakang. Aku pun menoleh.
Ia berlari terburu-buru menghampiriku, "Apa kemarin siang kau bertemu seseorang?" tanyanya.
"Bertemu seseorang?" aku mengkerutkan keningku, bingung.
"Iya... Kemarin aku melihat ada seseorang memanjat tembok belakang rumah mu,"
Memanjat tembok belakang rumah ku? Seseorang yang Dani maksud itu pasti Baekhyun! Jadi pria itu memanjat melalui tembok belakang rumah ku, makanya ia bisa berada di dalam semak-semak belakang rumah ku.
Tapi...
"Dani, jadi kau bisa melihatnya?" tanya ku terkejut.
"Ne?"
Dani terlihat bingung mendengar pertanyaan ku. Aku jadi keikutan bingung sendiri.
Tidak mungkin Dani bisa melihat Baekhyun, tapi kenapa ia bisa melihatnya? Apa Dani pernah bertemu Baekhyun dengan sosok bebek? Makanya ia bisa melihat sosoknya saat jadi manusia? Dulu, Kai dan Chen setiap bertemu seseorang kecuali aku mereka pasti berubah menjadi bebek. Mereka akan menjadi manusia hanya di depan ku, karena aku yang menemukan mereka diselokan.
"Haaah," aku menghela napas panjang.
Kepala ku menjadi pusing memikirkan ini semua. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala ku.
"Aku ke kelas dulu ya," pamit ku pada Dani.
Aku pun meninggalkannya, dan berjalan seorang diri menuju ruang kelas ku.
Pelajaran sekolah sebentar lagi baru akan di mulai, rasanya aku ingin pelajaran hari ini cepat berakhir. Pulang, dan aku akan mengeluarkan semua pertanyaan yang ada di kepala ku ini pada Chen.

***

"Aku pulang," teriakku sambil membuka pintu rumah ku.
"Chen?" panggil ku pelan sambil mencari sosok pria itu.
Aku benar-benar sudah tidak sabaran. Sepulang dari sekolah, aku ingin cepat-cepat bertemu dengan Chen karena ada yang mau aku tanyakan padanya.
"Chen? Kau dimana?" panggil ku lagi sambil terus mencarinya, mengitari tiap sudut rumah ku. Tapi pria itu tak muncul juga. Apa dia sedang pergi?
Siang-siang begini Chen memang selalu pergi tanpa sepengetahuan ku. Aku tidak tau apa yang sedang ia kerjakan di luar sana semenjak menjadi manusia.
Saat aku akan masuk ke dalam kamar ku untuk mengganti pakaian seragam ku, terdengar suara pintu depan rumah ku seperti ada yang membukanya.
Aku pun berlari kecil menghampirinya, "Chen?"
"Oh, Shin Yeong. Kau sudah pulang," ucapnya sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Dari mana saja?"
Ia terdiam sejenak menatapku, "Aku ada urusan," jawabnya tenang.
"Urusan?"
Ia hanya mengangguk, lalu berjalan meninggalkan aku.
Aku berjalan mengikutinya, "Chen? Ada yang ingin ku tanyakan,"
Langkahnya langsung terhenti, ia membalikkan badannya dan menatapku. Menunggu pertanyaan yang akan ku lontarkan.
"Baekhyun itu... sama seperti mu dan Kai? Apa maksud Baekhyun kemarin, Kai gagal dan harus kembali? Apa kalian dari alam lain? Ah, maksud ku..."
"Iya, aku mengerti," potongnya. Lalu ia tersenyum padaku, "Baekhyun itu sebenarnya puppy, anak anjing bukan bebek," jelas Chen.
"Tapi kemarin..."
"Ya mungkin karena harus menjemput Kai, makanya jadi bebek," katanya sambil tertawa.
"Oh, tapi apa kalian dari alam lain? Dan, Dani teman ku kenapa bisa melihat Baekhyun?" tanyaku penasaran.
Chen menyentil kening ku pelan, "Alam lain? Jangan menganggap kami ini makhluk halus yang turun ke bumi ya!"
Aku pun cemberut sambil memegangi keningku yang di sentil Chen, "Araseo! Tapi kenapa Dani bisa melihat Baekhyun?"
Chen tidak menjawabnya, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan aku.
"Chen!!!" teriak ku sambil berlari menghampirinya. Lalu aku menahan lengannya, "Aku belum selesai!"
"Mau tanya apa lagi?"
"Semenjak jadi manusia, kenapa setiap aku pulang sekolah kau selalu tidak ada di rumah? Kau pergi kemana? Ada urusan apa?"
Chen melepas tangan ku dari lengannya, "Aku bekerja," jawabnya sambil tersenyum pada ku.
"Kerja?"
"Iya, aku bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe. Gajinya tidak begitu besar, tapi cukup lah untuk kita menikah nanti. Aku akan menabung,"
Mendengar ucapannya aku tersentak kaget, "Menikah?"
Jantung ku berdetak kencang.
"Kau tidak mau menikah dengan ku?" tanyanya kecewa.
"Ah, tidak... Bukan begitu. Hanya saja..."
Aku terdiam. Aku tidak bisa membayangkan jika menikah dengan Chen.
"Aku akan menunggu mu sampai lulus sekolah," jawabnya tiba-tiba, "Sudah, jangan banyak bertanya lagi."
Ia mengelus pipi ku lembut, lalu ia masuk ke dalam kamar ku. Lebih tepatnya kamar kami bersama. Karena selama Chen menjadi manusia ia tidur bersama ku di dalam kamar ku. Kedua orang tua ku sangat sibuk, dan mereka tidak pernah ada waktu di rumah. Jadi sampai saat ini, mereka tidak pernah tau kalau ada seorang pria yang tinggal di rumah ini. Tapi Kai yang masih bisa berubah menjadi bebek, terpaksa harus tinggal di rumah bebek yang dibuatkan oleh ayah ku.
"Shin Yeong, kemari lah," panggil Chen dari dalam kamar, sontak menyadarkan lamunanku.
"Ne?"
"Sini!"
Aku pun masuk ke dalam kamar.
"Ada apa?" tanya ku sambil berjalan menghampiri Chen yang tengah duduk di atas tempat tidur ku.
Saat aku sudah berada di hadapannya, "Ada apa?" tanya ku lagi.
Tapi Chen hanya tersenyum penuh arti melihatku.
"Kalau tidak ada yang mau di bicarakan, aku mau ganti baju dulu!"
Baru aku akan mengambil langkah untuk meninggalkannya, tiba-tiba tangan ku di tarik olehnya.
"Kyaaaaaa,"
BRUKKKK
Aku terjatuh tepat di atas tempat tidur.
"Aku sangat mencintai mu Kim Shin Yeong," bisik Chen di telinga ku. Aku bisa merasakan hembusan napasnya dari tiap kata yang ia bisik. Membuat jantung ku berdetak kencang.
"Aku juga,"
Aku memeluk leher Chen. Membuat Chen yang ada di atas ku, membenamkan wajahnya ke leherku.
.
"Makannya pelan-pelan,"
"Ne," jawabku singkat, lalu melahap makanan ku lagi.
Aku dan Chen kini sedang menikmati makan sore kami di sebuah kedai makanan pinggir jalan. Karena tadi siang sepulang sekolah aku belum makan, jadi Chen mentraktir ku makan di kedai sederhana ini.
"Orang tua mu pulang jam berapa?" tanya Chen.
"Seperti biasa," jawabku tenang.
Lalu kami melanjutkan makan kami. Selama kami makan, orang yang berlalu lalang melewati kedai kami makan sangat lah ramai. Banyak suara yang terdengar dari sini, dari orang yang sedang mengobrol sambil tertawa bersama sampai dari seorang ibu yang memarahi anaknya yang terus menangis. Ini pertama kalinya aku makan di tempat seperti ini. Apa Chen selalu ke tempat ini?
"Chen..." panggil ku pelan.
Chen yang selesai makan itu pun menoleh ke arah ku, "Wae?"
"Apa...kau sering ke sini?" tanya ku hati-hati.
Ia berpikir sejenak, "Tidak sering, jarang kok. Tapi kalau aku lapar, aku selalu ke sini," jawabnya santai, lalu ia meminum minumannya sampai habis.
Aku tidak bertanya apa pun lagi padanya, jawabannya sudah jelas bagi ku. Tidak apa-apa kalau memang Chen selalu ke tempat ini. Karena tadi siang ia mengatakan kalau gajinya tidak begitu besar, jadi sekedar makan di kedai sederhana ini kan tidak masalah. Di sini makanannya enak dan harganya juga murah.
"Shin Yeong? Kau baik-baik saja?" tanya Chen, yang seketika membuyarkan lamunan ku.
"Ah, i-iya..."
"Kenapa dari tadi melamun terus? Ada masalah?"
"Ti-tidak..."
"Kalau gitu, ayo kita pulang."
Chen dan aku bangkit dari tempat kami duduk. Karena kami sudah selesai makan. Sebelum kami keluar dari kedai ini, Chen membayar terlebih dahulu ke ibu penjual. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih, dan ibu pemilik kedai itu menerimanya dengan ramah. Ibu itu terlihat sangat dekat dengan Chen.
Setelah kami keluar dari kedai itu. Aku dan Chen berjalan berdua menuju rumah ku. Sepanjang perjalanan kami bergandengan tangan. Aku merasa sangat senang, karena bisa jalan berdua dengan pacar ku. Kami terlihat seperti sepasang kekasih normal lainnya. Bahkan Chen terlihat seperti laki-laki yang biasa saja. Maksud ku, Chen tidak terlihat kalau ia adalah seekor bebek yang berubah menjadi manusia dengan cara bercinta dengannya.
"Ayo masuk,"
Sesampainya di rumah, Chen membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk dengan gayanya seperti seorang pelayan yang mempersilahkan tuan putrinya memasuki ke dalam istana.
Aku terkekeh pelan, "Gomawo,"
Dan aku pun masuk ke dalam, di ikuti oleh Chen yang berjalan di belakang ku.
.
Malam ini aku tidak bisa tidur. Aku melirik Chen yang tengah tidur di atas sofa tidak jauh dari tempat tidur ku sudah tertidur pulas.
"Menikah?"
Kata-kata itu selalu terngiang di kepala ku, sampai-sampai membuatku tidak bisa tidur. Aku sangat gugup jika membayangkan hal itu terjadi. Bukan berarti aku tidak ingin menikah dengannya. Hanya saja, Chen tidak ada wali orang tua. Dan kedua orang tua ku sampai saat ini tidak tau kalau aku memiliki pacar. Apa lagi Chen tinggal di rumah ku. Tapi aku berharap, saat aku lulus sekolah nanti Chen sudah tidak tinggal di rumah ku.
"Kau belum tidur?" tanya seseorang yang suaranya aku sangat kenal.
"Belum, kau sendiri belum tidur?" tanya ku balik sambil menatapnya.
Kami saling menatap satu sama lain dari tempat kami berasa. Chen memiringkan tubuhnya ke arah ku, aku juga memiringkan tubuhku menghadap ke arah Chen.
"Aku terbangun,"
"Apa aku yang membuatmu terbangun?"
"Tidak, kenapa kamu belum tidur?"
Aku terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang aku akan lontarkan. Tapi, Deg! Deg! Jantung ku berdetak begitu cepat, bahkan suara detakannya aku rasa terdengar sampai ke telinga Chen.
"So-soal itu... Ehm, menikah..." kataku terbata-bata.
Chen bangkit dari atas sofa, lalu berjalan menghampiriku. Jantung ku berdetak makin cepat. Dengan sigap aku langsung mengambil selimutku, dan aku selimuti tubuhku sampai hanya mataku saja yang terlihat.
Chen duduk di pinggiran tempat tidur ku, lalu membelai poni ku lembut.
"Seminggu lagi kau akan menghadapi ujian kelulusan kan? Aku akan menunggu mu, tenang saja... Tabungan ku pasti cukup untuk menyewa apartment murah di daerah Dongdaemun, dan gajiku pasti cukup membiayai kita hidup. Kalau kita memiliki seorang anak, aku akan cari pekerjaan yang lain,"
Mendengar ucapan Chen membuatku bahagia, spontan aku bangkit lalu memeluknya erat. Aku tidak mau kehilangannya. Masa depan ku pasti akan bahagia jika bersamanya.
"Shin Yeong..." bisik Chen di telinga ku.
Aku pun melepas pelukanku ke Chen, lalu menatapnya. Chen juga menatapku. Tatapan matanya yang lembut membuatku nyaman.
Beberapa saat kami saling menatap, wajah Chen dengan perlahan mendekat ke wajahku. Kecupan manis pun mendarat mulus di bibirku. Aku menutup kedua mataku, menikmati kecupan manis dari bibir Chen.
Tak lama, kecupan itu menjadi lumutan ringan di bibir ku. Chen melumut bibir ku dengan lembut. Minghisap, dan menjilatinya perlahan tanpa ada penekanan atau paksaan.
"Euugh,"
Aku merasakan kegelian, karena tangannya mengelus-elus pingganggku.
Chen terus melumut bibir ku, biarpun sesekali ia melepas ciumannya sekedar untuk mengambil napas. Namun dengan cepat ia melumut lagi bibirku.
"Ahhh," desah ku pelan. Dengan spontan aku melepas ciuman Chen, karena aku merasakan tangan Chen meremas payudara ku yang masih terbungkus rapat oleh baju tidur dan bra ku.
"Saranghae,"
Chen hanya mengatakan satu kalimat itu, tubuhku menjadi panas. Aku langsung memeluknya, lalu melumut bibirnya gemas. Chen menyeimbangi gerakkan lumutan bibir ku, sampai decakan dari bibir kami pun terdengar.
Ia mendorong tubuhku pelan tanpa melepas lumutan di bibir kami. Aku juga menahan wajah Chen, agar ciumannya tidak lepas dari bibirku.
Kini aku berada di bawahnya, dan Chen berada di atas ku. Kami terus berciuman, sampai akhirnya tangan Chen mulai mencoba meraba tubuh ku.
"Ehmmm," desah ku tertahan.
Chen mencoba membuka baju tidur ku tanpa melepas lumutan kami. Lalu membuang baju dan bra ku yang sudah berhasil di lepasnya ke sembarang arah.
"Chen... Ahhh,"
Aku melepas lumutan kami, dan mendesah keras. Chen meremas payudara ku dengan kasar. Lalu Chen mencium bibir ku lagi. Aku menutup kedua mataku, dan melingkarkan kedua tangan ku di pundaknya, membalas ciumannya. Aku juga membuka mulut ku kecil agar Chen dengan mudah menjelajahi setiap rongga di dalam mulut ku. Saat lidah kami bertaut, aku benar-benar menikmati ciumannya.
Lama kami berciuman, tangan Chen mencoba membuka celana yang aku pakai. Baju dan celana tidur yang aku pakai satu stelan.
Saat berhasil membuka celana tidur dan celana dalam yang aku pakai, sekarang aku benar-benar sudah naked. Tidak ada sehelai pakaian yang melekat di tubuh ku. Dengan terburu-buru Chen membuka pakaiannya sendiri, kini kami berdua sudah naked.
Kami saling menatap satu sama lain untuk sesaat, lalu kami mulai berciuman lagi. Ciuman lembut Chen terus turun, ke dagu, leher, sampai akhirnya turun ke perut rata ku.
"Ssshh... Ahhh," desah ku menikmati sensai yang aku rasakan. Chen mengelus kedua pahaku, sambil terus mencium perutku. Geli. Itu lah yang aku rasakan saat Chen menjilati perutku, rasanya perut ku seperti di kelitik oleh benda lunak dan basah itu.
Tak lama, tangan Chen pun mengelus vagina ku dan membersihkan cairan yang keluar dari sana. Vagina ku yang sudah berada di depan wajahnya itu langsung di hirupnya, tercium aroma kewanitaan ku yang membuatnya semakin ingin melakukannya.
"Chen...hhh,"
Aku tidak bisa menahan desahan ku agar tidak keluar. Chen benar-benar sudah membuat ku kehilangan akal sehat. Gerakannya yang lambat, membuatku tidak sabaran.
"Chen... Cepat lah,"
Chen yang sedang menjilati vagina ku itu, akhirnya mengemut dan sesekali menggigit gemas klitoris, daging kecil yang terdapat di vagina ku.
Aku meremas pundak Chen, tak tahan. Akhirnya Chen pun bangkit dan membalikan tubuh ku. Tidur dengan posisi tengkurap. Lalu sedikit menunggingkan pantatku. Dengan satu hentakan, juniornya masuk seluruhnya dengan sempurna di lubang ku.
"Aahhh," aku meremas seprai tempat tidur ku. Biarpun kali ini tidak begitu sakit seperti saat pertama kali melakukannya dengan Kai dan Chen, tapi hentakan junior Chen yang langsung masuk tanpa memberi aba-aba itu membuat lubang ku yang masih sempit itu berdenyut hebat.
Juniornya yang sudah membengkak itu dengan berlahan di geseknya.
"Aaahhh... Ahhh,"
"Ssshhh... Aahhh... Hhh,"
"Ahhh... Le..lebih cepat, Chhhen..."
"Ohhh... Sshh... Ahhh.."
Chen memasukkan juniornya dengan tempo cepat.
Ia terus menghentakkan miliknya, sampai akhirnya cairan kental miliknya keluar dan aku bisa merasakan cairan hangat (sperma) miliknya masuk ke dalam rahim ku.
Aku dan Chen pun tumbang. Kami sama-sama kelelahan, dan napas kami mulai tidak beraturan. Keringat juga terus mengalir dari masing-masing tubuh kami, suhu kamar ku tiba-tiba saja menjadi panas karena aktivitas kami.
Chen mengambil selimut, lalu memakaikannya untuk menutup tubuh ku, "Tidur lah, kau pasti sudah lelah," bisiknya.
Saat ia akan bangkit, mengambil pakaiannya. Aku menahan tangannya, "Temani aku... Untuk malam ini," pintaku.
Ia kembali mencium bibir ku. Aku pun mendorong tubuhnya tanpa melepas ciuman kami, dan membuatnya berada di bawah ku. Gantian aku yang berada di atasnya. Kami terus berciuman.
Tubuhku yang masih panas, dengan terburu-buru langsung menyentuh juniornya kasar. Dan membuatnya mendesah.
Aku mengocok dan meremas juniornya kasar, sambil terus mencium-melumut bibir atas dan bawahnya bergantian.
Malam ini benar-benar akan menjadi malam yang panjang. Rasanya aku ingin cepat-cepat lulus sekolah, dan menikah dengan Chen. "Suamiku..." Aku ingin memanggilnya dengan sebutan itu. Dan menggendong makhluk kecil bernyawa yang lahir dari rahim ku ini.
Pada suatu hari nanti, saat-saat itu pasti akan terjadi...

-THE END-

Akhirnya selesai jugaaa...!!! ><
Bener gak ini sequel namanya? Jelek gak? Ngerti gak sama jalan ceritanya? Nyambung gak sama yang pertama?
Maaf, kalo ada kata-kata yang buat kalian bingung. Mana gak ada hot-hotnya lagi! Ya kan? Huffft~
Oh iya, rencananya saya mau bikin Epilog dari FF ini. Itu juga baru rencana. Tergantung kalian pembaca FF ku. ehehe Epilog'nya menceritakan Chen dan Shin Yeong sudah memiliki anak gitu... Soalnya waktu itu udah ngetik sampe nikah, tapi file'nya tiba-tiba error :(
Ok! Terima kasih sudah mau membaca dan berkomentar ^^ Annyeong!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar