Sabtu, 07 September 2013

[My FF] Forever Love



Title : Forever Love
Author : Anita || Twitter : @Anita_Febriany
Genre : Romance, Family
Rate : PG-15
Cast :
Miss A's Suzy
Infinite's L  or  Kim Myungsoo
Han Hyo Joo
JYJ's Jae Joong
Lenght : Oneshot (3757 words)
Note : Selesai baca, tolong komentar kalian ya mengenai FF saya ini. Sama sebutin nama idola kalian!!! Korea yaaa~ Ehehe soalnya saya kalau mau nulis FF tu cuma bingung yang jadi Cast'nya siapa. Kalo jalan cerita mah sesuai mood sama inspirasi aja. ("_ _) idola saya cuma SS501 sama EXO doang sih... Jadi bingung! Ehehe tolong yaaa~ ^^ gomawo~

-------------

"Dari mana?"
"Dari rumah Myungsoo bu," jawabku sambil berjalan menghampiri ibu ku yang sedang memasak di dapur. "Ibu sedang masak apa?" Tanya ku sambil menghirup aroma masakan ibu. Aroma masakannya sangat menggugah selera. Aku paling suka masakan ibu ku. Bagi ku dia koki terhebat di dunia!
"Aigoo~ ganti baju dulu sana!" Ibu memukul pundak ku pelan. Aku hanya terkekeh lalu pergi menuju kamar ku untuk mengganti baju.
Saat akan menaiki tangga, ayah memanggil ku. "Suzy? Sini kamu," panggil ayah ku dari ruang tengah. Aku pun menghampirinya.
"Bisa tidak nanti malam kamu ke rumah Myungsoo?"
"Untuk apa ayah menyuruh ku ke rumahnya?"
"File ayah ketinggalan di rumahnya,"
"Kenapa tidak telepon dan menyuruh Myungsoo saja untuk mengantarkan file ayah?"
"Kamu saja yang ke sana,"
"Sepulang sekolah aku sudah ke sana,"
"Sebentar saja..."
Aku menghela napas panjang, "Baiklah..."
Ayah tersenyum.
.
Aku meletakan tas ku di atas meja, lalu berjalan menghampri lemari pakaian ku. Saat aku sedang mengacak-acak lemari pakaian ku untuk mencari baju santai ke sayangan ku, tiba-tiba tersengar nada dering lagu EXO - Growl yang bertanda ada panggilan masuk dari ponsel ku.
"Yeoboseyo?"
"File ayah mu ketinggalan di rumah ku,"
"Iya aku tau,"
"Kau tau? Apa aku perlu mengantarnya? Ayah ku bilang file ini sangat penting,"
"Tidak perlu, aku di suruh ayah ku untuk datang ke rumah mu,"
"Benarkah?"
"Hm,"
"Baiklah,"
Telepon pun terputus. Aku meletakkan ponsel ku di atas meja, "Mana baju ku?" Gumam ku lalu kembali mencari pakaian ku.
"Suzy? Ayo makan siang dulu," teriak ibu ku dari luar kamar ku.
"Sebantar bu," teriakku, "Ya sudah lah, yang mana saja juga sama!" Aku lalu mengambil baju santai berwarna putih dengan motif bintik-bintik warna warni. Padahal yang aku cari-cari adalah baju santai ku yang bergambar panda lucu. Tapi baju itu tidak ada di lemari. Mungkin belum di cuci ibu!
Sebelum keluar kamar, aku merapikan pakaian ku di lemari. Setelah rapi, aku langsung bergegas ke ruang makan.
Sesampainya di ruang makan...
"Bu, tadi Myungsoo menelpon ku,"
"Terus? Dia bilang apa?" Tanya ibu ku.
"Tadinya dia ingin mengantarkan file ayah ke sini,"
"Kapan dia akan mengantarkan file ayah?" Tanya ayah ku.
"Ayah bilang aku harus ke rumahnya nanti malam... Jadi aku bilang sama Myungsoo kalau aku ingin ke rumahnya nanti malam untuk mengambil file ayah!"
"Anak ini! Kalau dia ingin mengantarkannya ke sini sekarang kan itu bagus! Kenapa kamu malah bilang akan ke sana nanti malam!" Ucap ayah ku sambil menjitak kepala ku.
Aku memegangi kepala ku yang sakit karena jitakkan ayah, "Ayah sendiri yang suruh..."
Saat ayah akan menjitak kepala ku lagi, ibu langsung memukul ayah, "Sudah! Jangan bertengkar di meja makan!" Bentak ibu pada ayah. Ia terlihat sangat marah.
Akhirnya kami bertiga makan bersama dalam diam.
.
Aku melirik jam di dinding kamar ku, "Haaah," aku menghela napas. Lalu mengambil ponsel ku yang berada di atas meja untuk mengecek siapa tau ada pesan atau telepon yang masuk. Namun tidak ada pesan atau telepon yang masuk. Aku pun menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur.
"Masih sore," gumamku sambil melihat langit-langit dinding kamar ku. Entah kenapa, tiba-tiba terbayang wajah Myungsoo. Apa aku sedang memikirkan Myungsoo? Ya, jujur saja aku tidak sabar ingin bertemu dengan Myungsoo. Tapi aku tidak ingin Myungsoo datang ke rumah ku. Karena ruang waktu ku untuk berdua dengannya pasti sedikit. Ibu dan ayah ku pasti mengajak Myungsoo mengobrol! Kami sudah berteman dari kecil, jadi keluarga kami sangat dekat. Kalau aku ke rumahnya, aku bisa berduaan dengannya.  Ibu dan ayahnya sedang dinas ke luar negeri. Myungsoo sama dengan ku, sama-sama anak tunggal. Jadi hanya ia sendiri di rumah.
'Yo! Okay!
Na hoksi molla gyeonggohaneunde (Jaldeureo) Jigeum wiheomhae (so dangerous)
Jakku nareul jageukhajima (geunilla) Nado nal molla'
Tiba-tiba terdengar nada dering dari ponsel ku. Aku bangkit, lalu meraih ponsel ku. "Myungsoo?" Aku tersentak kaget melihat nama seseorang yang menelpon ku. Ada apa dia menelpon ku?
Aku mengangkat telepon dari Myungsoo, "Yeoboseyo?"
"..."
"Waeyo?"
"..."
"Mwo?"
"..."
"Ne, arraseo! Jamkanmanyo,"
Aku pun mematikan ponsel ku, lalu berlari keluar kamar.
"Kamu mau kemana Suzy?" Teriak ibu ku, saat melihat aku berlari dengan terburu-buru.
"Aku ingin ke rumah Myungsoo bu," teriakku sambil mencari-cari sepatu ku.
"Jangan lupa file ayah," teriak ayah.
Setelah menemukan sepatu ku, aku langsung memakainya. Dan berlari keluar rumah, tanpa membalas ucapan ayah.
Ibu meletakkan secangkir kopi yang ia buatkan untuk ayah di meja, "Sebenarnya ada apa ya, yah?" Tanya Hyo Joo, ibu ku.
Ayah menutup koran yang sedang ia baca, "Aku tidak tau," jawab Jae Joong, ayah ku. Lalu ayah meminum kopi yang di buatkan oleh ibu.
.
Tok! Tok! Tok!
Aku mengetuk pintu rumah Myungsoo dengan keras. Aku sudah berkali-kali mengetuk pintunya tapi tak kunjung ia buka.
Tok! Tok! Tok!
Aku mengetuk pintu rumahnya lagi.
"Myungsoo!" Panggilku sambil terus mengetuk pintu. Perasaan ku jadi tak karuan. Segelintir rasa khawatir memenuhi ruang hati ku.
"Myungsoo!" Panggil ku lagi. Sudah dua puluh menit aku berdiri di depan rumahnya sambil berteriak memanggilnya. Dan tangan ku sudah terasa sakit karena mengetuk pintu rumahnya dengan keras. Aku pun terduduk lemas di depan pintu rumahnya, "Bodoh!" Desisku sambil menahan tangis ku yang ingin keluar. Aku tidak menyangka ia akan menelpon ku karena kompornya meledak saat ingin merebus Ramen!
"Suzy? Sedang apa kamu di depan pintu rumah ku?" Tanya seseorang yang kini tengah berdiri di depan ku.
Aku tau itu suara siapa! Dengan cepat aku langsung menghapus air mata yang sudah terlanjur menetes di pipi ku. Dan kembali berdiri, "Kau sendiri yang menelpon ku!" Bentakku kesal, "Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku sambil menatapnya cemas.
Ia mengangguk, "Hm! Aku baik-baik saja,"
"Lalu... Kompornya..."
"Aku sudah menelpon seseorang untuk memperbaikinya," ucapnya santai sambil mengambil kunci rumahnya dari saku celananya. Lalu ia berjalan menghampiri pintu, dan membukanya. Saat pintu rumahnya sudah terbuka, ia mempersilahkan aku masuk. Kami pun masuk ke dalam rumahnya bersamaan.
"Untung saja rumah ku tidak terbakar. Hahaha," ucapnya sambil tertawa.
Ia masih sempat tertawa? Padahal aku sangat mengkhawatirkannya setengah mati!
"Kau ingin minum apa?" Tawarnya.
"Tidak usah repot-repot,"
"Oh, apa aku membuatmu khawatir? Mian, hanya kau yang bisa ku hubungi. Aku sangat panik tadi," sesalnya.
"Tidak apa-apa," aku menepuk pundaknya pelan, "File ayah ku mana?"
"Oh iya, aku sampai lupa," ia lalu berjalan mengambil file ayah ku di dalam ruang kerja ayahnya, "Ini,"
"Gomawo," ucapku sambil mengambil file ayah ku dari tangannya.
"Aku lapar," gumamnya pelan.
Aku tertawa kecil mendengarnya, "Makan malam di rumah ku saja, mau?"
Ia tersenyum sambil mengangguk.
.
"Makan yang banyak ya Myungsoo," ucap ibu ku sambil tersenyum. Lalu meletakkan berbagai macam masakan di atas meja makan. Ibu ku memasak makanan sangat banyak, karena Myungsoo datang untuk makan malam bersama di rumah ku.
Saat aku menceritakan pada ibu kalau Myungsoo habis terkena musibah kecil (kompornya meledak), wajahnya langsung berubah menjadi khawatir. Ibu ku memang sudah menganggap Myungsoo seperti anaknya sendiri. Jadi ia memasak makanan yang banyak untuk menyambut kedatangan Myungsoo.
"File ayah sudah kamu letakkan di ruang kerja ayah kan, Suzy?" Tanya ayah pada ku.
Aku mengangguk, lalu melahap lagi makanan ku.
Malam ini suasana makan malam sangat berbeda. Tentu saja karena kedatangan Myungsoo di rumah ku. Ibu ku tak henti-hentinya mengajak Myungsoo mengobrol. Dan Myungsoo hanya menjawab seadanya sambil tersenyum. Ayah ku juga selalu bertanya tentang keadaan orang tua Myungsoo. Aku cuma bisa diam mendengar percakapan mereka. Hah~ Hal ini lah yang membuatku tidak bisa berada di dekat Myungsoo. Tapi aku senang bisa melihat pria yang aku sukai di dekat ku seperti saat ini. Aku merasa, kami sudah seperti keluarga saja...

***

"Kalian tidak jalan-jalan?" Tanya ibu ku.
Pagi ini aku dan Myungsoo secara tidak sengaja bisa terbangun bersamaan. Lalu kami berdua duduk di depan tv. Myungsoo semalam menginap di rumah ku, ia tidur di kamar ayah. Ayah yang mengalah jadi tidur di kamar ibu, setelah aku besar ibu dan ayah kan tidak pernah tidur satu kamar. Tapi karena ada Myungsoo, mereka jadi tidur bersama. Dan aku? Aku tidur di kamar ku sendiri! Myungsoo hanya menginap untuk semalam, itu juga gara-gara desakan ibu yang terus memaksa Myungsoo untuk menginap. Ibu ku khawatir kalau nanti Myungsoo mengalami kecelakaan kecil lagi di rumahnya. Tapi ia mengatakan kalau nanti siang akan kembali ke rumahnya. Itu membuat ku sedih.
"Tidak bu, aku..."
Aku belum menyelesaikan ucapanku, Myungsoo langsung manarik tanganku seraya bangkit, "Kami akan jalan-jalan," ucapnya cepat. Lalu ia menarik tanganku keluar rumah.
Saat sudah berada di luar rumah...
"Kenapa kau mengajak ku jalan-jalan!" Protesku, "Hari minggu kan hari bebas ku. Mana pagi begini udaranya sangat dingin..." Ucapku sambil menusap-usap kedua telapak tanganku karena kedinginan. Tapi tiba-tiba saja aku merasakan ada seseorang yang meletakkan sesuatu di punggungku. Ya, Myungsoo melepas jaketnya dan memakaikannya ke punggungku. Deg! Jantungku berdetak kencang. Rasa bahagia langsung menyelimutiku. Rasa hangat karena perhatian Myungsoo dan jaketnya membuatku melupakan rasa dingin udara pagi ini.
Kami lalu kembali berjalan-jalan.
.
"Tolong kau antarkan makanan ini untuk Myungsoo ya, Suzy?" Ucap ibu ku sambil mengemas makanan yang ia masak ke dalam kotak makan milikku.
"Ne,"
Selesai makanan itu di kimas oleh ibu ku, aku pun membawanya ke rumah Myungsoo.
Sesampainya di sana...
"Ya ampun, jadi merepotkan..."
"Tidak, ibu ku dengan senang hati memasakannya untuk mu,"
"Boleh ku makan?"
"Ya, silahkan."
Ia membuka kotak makanan yang aku bawa, "Wah, ibu mu memang paling tau makanan ke sukaan ku," ucapnya senang. Lalu mengambil sumpit untuk memakannya.
Kini kami berada di ruang tengah rumah Myungsoo. Dan siang ini aku menemani Myungsoo makan. Suasana berduaan seperti ini seperti seorang istri yang menemani suaminya makan. Aku lalu memperhatikan wajah Myungsoo saat sedang makan secara ditail. Dia sangat tampan!!! Rasanya aku ingin berteriak histeris, tapi itu sama saja aku mempermalukan diriku sendiri di hadapannya.
"Kau tidak makan?" Tanyanya.
"Sebelum ke sini membawakan mu makanan, aku sudah makan."
"Oh..." Jawabnya singkat.
Ia kembali menyantap makanan dengan lahap.
.
"Aku pulang..."
"Kenapa sore begini baru pulang, Suzy!" Ucap ibu cemas.
Aku berjalan menuju dapur lalu meletakkan kotak makanan yang telah kosong.
"Aku dari rumah Myungsoo bu,"
"Kenapa lama sekali!"
"Kita main dulu tadi,"
Ibu hanya diam. Aku lantas pergi meninggalkan ibu. Aku berjalan menuju kamar ku.
"Haaah," aku menghempaskan tubuhku sendiri ke atas tempat tidur.
"Capeknya..." Gumamku pelan. Lalu aku menutup kedua mata ku. Dan tak lama, aku pun tertidur pulas.

***

Dddrrrttt Dddrrrttt
Ponsel ku bergetar tanda ada pesan masuk.
"Eughh," aku mencoba membuka kedua kelopak mata ku yang berat. Lalu aku mengambil ponsel ku, dan melihat jam yang tertera di sana. Jam enam pagi? Aku tersentak kaget. "Sekolah!!!" Aku langsung bangkit, dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Setelah aku siap, aku mengambil roti di atas meja makan, "Bu, aku berangkat!!!" Teriakku terburu-buru.
Saat aku sudah berada di ambang pintu, ibu ku memanggil ku, "Suzy?"
"Aku sudah terlambat bu,"
"Bukannya sekarang tanggal merah?"
Tanggal merah? Aku menghampiri kalender yang berada di ruang tengah. Benar! Sekarang tanggal merah. Bodohnya aku, senin ini ada hari raya penting di seluruh Korea.
Ibu menghampiriku, "Cepat ganti baju mu, lalu sarapan," ucapnya sambil menuntunku kembali ke kamar ku.
Kini aku sudah berada di dalam kamar ku, dan ibu ku sudah kembali ke dalam dapur. Menemani ayah ku sarapan pagi.
Aku mengambil ponsel ku yang aku letakkan begitu saja di atas tempat tidur karena tadi aku sedang terburu-buru. Lalu melihat pesan yang masuk, Myungsoo? Ternyata pria itu yang mengirim ku pesan.
"Suzy, bisa kah kau ke rumah ku pagi ini? Aku butuh sedikit bantuan mu," isi pesannya.
Selesai membaca pesan dari Myungsoo, aku mengganti seragam ku dengan baju santai ku. Dan bergegas pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi, karena ayah dan ibu ku sudah menunggu.
.
"Apa ini lucu?"
"Iya lucu,"
"Ayo, selanjutnya kita cari di sebelah sana," Myungsoo menarik tanganku. Lalu kami berjalan ketempat yang ia tunjuk, dan kami melihat-lihat aksesoris wanita yang lucu di tempat itu. Ya, kami sekarang berada di sebuah mall. Dari pagi sampai saat ini, aku membantu Myungsoo menyiapkan sesuatu. Dan Myungsoo mengajakku ke mall untuk memilihkan aksesoris wanita. Aku sempat bingung, tapi ia langsung menjelaskan kalau saudaranya yang di luar negeri akan datang bersama kedua orang tuanya ke Korea. Jadi ia ingin menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut saudaranya yang akan tiba dua hari lagi.
Setelah selesai memilih aksesoris, Myungsoo mengajakku makan ke tempat ia biasa makan bersama teman-temannya di mall ini.
"Kau mau makan apa?" Tanyanya sambil melihat menu makananan yang ada di restoran yang kami datangi sekarang.
"Aku sama seperti mu saja,"
"Baiklah," ucapnya sambil menulis di kertas pesanan, "Ini," ia menyerahkan kertas pada pelayan yang sudah berdiri di sebelah Myungsoo menunggu pesanan kami. Pelayan itu menerima kertas pesanan yang di serahkan Myungsoo, pelayan itu pun membungkukkan badannya dan lantas pergi.
"Terima kasih ya, kau sudah mau menemaniku mencari aksesoris ini,"
"Iya," jawabku singkat, "Oh iya, saudara mu itu memangnya sudah berumur berapa? Kenapa kau membelikan aksesoris sebagai hadiah ulang tahunnya?" Tanya ku.
Myungsoo memang membeli aksesoris sebagai kado ulang tahun untuk saudara perempuannya.
"Dia seumuran dengan kita," jawab Myungsoo sambil tertawa kecil.
"Apa di sana tidak ada yang jual aksesoris?"
"Pasti ada... Tapi kan tetap saja berbeda. Karena ini dari Korea,"
"Hahaha iya,"
Akhirnya, sudah 10 menit kami menunggu pesanan kami pun datang. Aku sempat terkejut melihat jumlah makanan yang di bawa oleh pelayan itu. Makanan yang di pesan Myungsoo lumayan banyak. Mungkin bisa untuk lima orang! Tapi Myungsoo hanya terkekeh saat melihat reaksi terkejutku.
.
"Kau dari mana?"
"Aku dari rumah Myungsoo yah,"
"Dari pagi sampai sore begini kamu main ke rumah Myungsoo?!" Tanya ayah ku curiga.
"Aku membantunya mempersiapkan segala sesuatu Myungsoo yah. Saudaranya akan datang ke rumahnya bersama kedua orang tuanya,"
"Oh, begitu..."
"Sudah dulu ya, yah. Aku ingin mandi," ucapku. Lalu aku pergi meninggalkan ayah ku. Setibanya di depan pintu kamar ku, aku mendengar suara jeritan ibu ku dari dapur. Sontak ayah dan aku berlari menghampiri ibu.
"Ada apa?" Aku dan ayah bertanya bersamaan.
"Yah, kita bicara sebentar," ucap ibu ku sambil menarik ayah masuk ke dalam ruang kerjanya. Wajah ibu ku terlihat sangat panik.
"Ada apa sebenarnya?" Gumam ku sambil melihat pintu ruang kerja ayah ku yang di tutup oleh ibu dari dalam.
Aku ingin tau, sebenarnya apa yang membuat ibu seperti itu. Ada apa di dapur?
Aku pun melangkah menghampiri pintu, dan mencoba mendengarkan obrolan ibu pada ayah di dalam.
"Ada apa bu?"
"Ini, aku menemukannya di bawah meja."
"Surat?"
"Aku lupa memberitahu mu, kalau dua hari lagi keluarga Myungsoo akan pindah,"
Pindah? Dua hari lagi? Bukannya dua hari lagi orang tua dan saudara Myungsoo datang?
Aku tidak mau lagi mendengarkan obrolan ibu di dalam, dadaku tiba-tiba terasa sesak. Tangis yang ku tahan sampai dalam kamar, akhirnya tumpah membasahi kedua pipi ku.
Aku tidak ingin Myungsoo pindah. Tapi mengapa pria itu tidak menceritakan padaku soal kepindahannya! Apa karena aku hanya di anggap temannya saja? Hati ku sakit. Aku tidak mengira Myungsoo akan pindah.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu kamar ku dari luar.
"Suzy... Ibu mau bicara," teriak ibu dari luar sambil mengetuk pintuku pelan.
Aku mencoba membuat suara ku terdengar baik-baik saja, "Aku mandi dulu bu," teriak ku dari dalam. Lalu berlari kecil memasuki kamar mandi ku. Di dalam kamar mandi aku menangis sejadi-jadinya sambil memukul dadaku yang terasa sesak.
Puas menangis di dalam kamar mandi, aku pun berbaring di atas tempat tidur ku. Aku tidak ingin orang tua ku melihat mata ku yang sembab karena menangis, dan aku tau mereka pasti akan bertanya hal yang macam-macam. Apa lagi aku tidak ingin mendengarkan pembicaraan ibu, ia pasti mau membahas kepindahan Myungsoo.

***

Pagi ini aku sarapan dengan malas-malasan. Ayah dan ibu yang memperhatikan ku dengan cemas, selalu menanyakan keadaan ku. Bahkan ibu sempat menyuruh ku untuk tidak sekolah hari ini. Tapi aku berusaha meyakinkan kedua orang tua ku kalau aku baik-baik saja. Biarpun sebenarnya aku memang sedang tidak napsu makan.
Selesai sarapan, aku pun pergi ke sekolah. Sepanjang perjalanan sekolah aku melamun. Melamunin siapa lagi kalau bukan Myungsoo! Pikiran ku di penuhi oleh Myungsoo. Aku selalu menganggap Myungsoo itu lebih dari sekedar teman maupun keluarga. Aku sangat menyukainya. Tapi tau ia akan pindah, membuat hati ku hancur. Apa lagi pria itu tidak menceritakan apapun pada ku. 'Dua hari lagi' kemarin di obrolan ibu, ibu mengatakan begitu pada ayah. Berarti, Myungsoo akan pindah besok...
"Suzy?"
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggilku dari belakang, sontak aku menoleh ke arahnya.
"Myungsoo?"
Ia berlari menghampiriku sambil tersenyum, "Kita berangkat sekolah bareng ya?"
Aku mengangguk.
Lalu kami berjalan bersama menuju sekolah. Selama perjalanan menuju sekolah kami lebih banyak diam, tidak banyak mengobrol. Dan aku sama sekali tidak membahas soal kepindahannya. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya, sekedar untuk memastikan. Karena pada saat itu aku menguping pembicaraan ibu tidak sampai selesai.
Tak terasa akhirnya kami tiba di sekolah.
"Sampai ketemu," ucap Myungsoo, saat akan masuk ke dalam kelasnya. Tapi aku langsung menahan lengannya.
"Bisa... kita bicara sebentar... sepulang sekolah nanti?" Tanya ku gugup. Aku berusaha keras menahan debaran jantungku.
Myungsoo pun mengangguk sambil tersenyum menjawab pertanyaan ku. Membuat jantung ku semakin berdetak kencang.
.
"Sebenarnya kau ingin membicarakan apa?"
Aku terdiam sesaat untuk memikirkan mulai dari mana aku akan bicara.
"Suzy? Sebenarnya kau ingin membicarakan apa?" Tanya Myungsoo lagi.
Aku sebenarnya ingin bertanya soal kepindahannya. Tapi aku ragu, kalau ia bertanya 'Bagaimana kau tau?' Itu membuatku tambah bingung untuk menjawabnya. Tidak mungkin aku bilang, 'Aku menguping pembicaraan ibu ku di ruang kerja ayah'. Mau di kata gadis macam apa aku ini, menguping pembicaraan orang tua! 
Sudah 10 menit kami berdiri di depan rumah Myungsoo. Sepulang sekolah tadi sebenarnya Myungsoo sudah menunggu apa yang mau aku bicarakan, tapi aku memintanya bicara saat tiba di depan rumahnya. Dan sekarang kami sudah berada di depan rumah Myungsoo, tapi aku tak kunjung berbicara. Aku benar-benar ragu.
"Kalau tidak jadi bicara, bilang saja!" Ucap Myungsoo kesal.
"Ba-baiklah,"
Aku menghela napas, "Kau... Akan pindah?" Tanya ku hati-hati.
Ia membulatkan matanya terkejut, "Kau tau dari mana?"
Benar kan!
"Aku..."
Aku belum selesai bicara, Myungsoo langsung memotong, "Pasti dari ibu mu,"
"Mwo?"
"Ibu ku bilang, ia sudah mengirim surat ke rumah mu,"
Aku masih ingat pembicaraan ibu, dan obrolan ibu memang membahas soal surat yang ia temukan di bawah meja.
"Dan, keluarga ku akan pindah," lanjutnya.
"Kenapa kau tidak menceritakannya padaku! Biarpun kau hanya anggap aku sebagai teman! Tapi tidak bisa bagi mu bercerita pada ku, kalau kau akan pindah?! Kita sudah berteman dari kecil Myungsoo..." Cerocos ku sambil memukul pundaknya pelan. Tak ku sangka air mata ku pun sampai keluar.
"Kau ini kenapa, Suzy?" Myungsoo tampak bingung, dan berusaha menghentikan tangan ku yang terus memukul pundaknya sambil menangis. Karena tidak tahan dengan sikap ku, Myungsoo menarik tangan ku lalu mengecup bibirku sekilas. Aku sontak terkejut, dan menatapnya.
"Dengar, yang pindah itu keluarga ku. Aku tidak. Apa ibu mu belum bicara pada mu? Aku akan menginap di rumah mu, Suzy. Kita akan terus bersama. Dan saudara ku yang akan menempatkan rumah ku, sedangkan ibu dan ayah ku pindah ke rumah saudara ku itu di luar negeri. Mengurus pekerjaan, mereka bertukar urusan bisnis. Jadi orang tua ku menitipkan aku pada orang tua mu untuk sementara. Mengerti? Sekarang, berhenti memukul pundak ku!"
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan Myungsoo. Namun di hati ku ada rasa bahagia, karena baru saja Myungsoo mencium bibir ku. Dan itu ciuman pertama ku!
"Kalau kau tak percaya, kau lebih baik dengar sendiri dari ibu mu,"
"Tidak, aku percaya pada mu," ucapku sambil tersenyum.
"Kalau begitu, jangan menangis dan merasa takut kehilangan ku lagi. Karena aku akan selalu di sampingmu," ia lalu menghapus sisa-sisa air mata yang ada di pipiku.

***

"Myungsoo, Suzy, ibu sama ayah pergi dulu ya,"
"Ne," jawab aku dan Myungsoo bersamaan. Kemudian ibu dan ayah ku pun pergi.
Kini hanya aku dan Myungsoo hanya tinggal berdua. Aku sangat senang karena Myungsoo tinggal di rumah ku. Kami jadi lebih sering bertemu.
"Aku mau meletakkan ini dulu," ucapnya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar ayah untuk meletakan tasnya.
"Apa aku bantu merapikan?" Tanya ku. Karena sepulang sekolah tadi, aku membantunya merapikan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah ku. Dan tadi, di rumah Myungsoo ada saudara dan kedua orang tua Myungsoo yang menyambut ku ramah. Saudaranya yang dari luar negeri itu ternyata memiliki anak yang seumuran dengan ku. Jadi mulai hari ini dan seterusnya, Myungsoo akan tinggal bersama di rumah ku.
"Myungsoo?" Panggil ku sambil masuk ke dalam kamar ayah yang sekarang sampe seterusnya selama ia tinggal di rumah ku akan menjadi kamarnya, "Apa mau aku bantu merapikan?"
Myungsoo yang sedang sibuk merapikan pakaiannya ke dalam lemari ayah yang telah kosong, hanya menganggukan kepalanya.
Aku berjalan menghampiri tasnya yang ia letakan di atas tempat tidur, lalu mengambil beberapa pakaian Myungsoo yang masih ada di dalam tasnya. Saat aku mengangkat beberapa pakaian Myungsoo, tiba-tiba saja ada sesuatu yang terjatuh. Aku meletakkan kembali pakaian itu ke dalam tas, dan mengambil sesuatu yang jatuh itu. Foto? Ternyata yang terjatuh itu foto. Dan foto itu... Foto ku!
Myungsoo yang tersadar kalau aku sedang melihat foto yang ada di dalam tasnya langsung merebutnya dari tangan ku.
"Itu..."
Aku tidak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa menatap Myungsoo gugup. Tampak kalau Myungsoo juga gugup.
Kami sama-sama diam untuk beberapa saat, sampai akhirnya Myungsoo menarik tangan ku keluar dari kamar.
"Su-suzy, ada yang ingin aku sampaikan padamu," ucapnya gugup.
Aku yang gugup hanya diam menatapnya, dan menunggu apa yang mau Myungsoo kata kan.
"Aku dari dulu menyukaimu,"
Deg! Jantung ku berdetak kencang. Wajahku terasa akan memerah sekarang. Malu, senang, bahagia, semuanya jadi satu.
"Suzy?" Ia menggenggam erat tangan ku, "Aku mencintaimu. Aku ingin terus mencintaimu untuk selamanya, jadi lah pacar ku. Ya?"
Jantung ku berdetak kencang, aku tidak menyangka selama ini Myungsoo juga menyukaiku dan hari ini menyatakan cintanya pada ku. Aku sangat gugup, bahkan tangan ku terasa sudah berkeringat dingin. Tapi ia terus menggenggam tangan ku sambil terus menatapku, menunggu jawaban dari ku. Aku tidak bisa bicara apapun, jadi aku menganggukkan kepala menjawab ucapan Myungsoo.
Ia tertawa kecil, lalu memelukku erat, "Gomawo," bisiknya.
Aku membalas pelukkannya. Rasa bahagia langsung memenuhi ruang hati ku. Pria yang selama ini aku sukai, kini menjadi pacar ku. Dan kami akan saling mencintai untuk selamanya...

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar