Rabu, 28 Agustus 2013

[My FF] YoonA and the Ghost


Main Cast : YoonA (SNSD), & Jonghyun (CN.BLUE)
Support Cast : Krystal (F(X)), & Song Joong Ki
Genre : Romance, Horror (maybe)
Lenght : Oneshot
Rating : PG 15

-----------------------------------

Kicauan burung terdengar merdu menyambut pagi. Dan matahari yang terbit di ufuk timur, menghangatkan bumi. Ku buka jendela ruanganan ku lebar-lebar, “Hah~ yeppuda,” ucapku pelan. Mataku terpana melihat keadaan di luar sana, lalu ku hirup udara pagi yang masuk.
Aku sangat ingin keluar dari sini...
Ku tutup kedua mataku, dan mengingat masa-masa indah di luar sana. Berjalan dengan kedua kaki ku menuju kampus, berbelanja di mall, mengobrol bersama dengan teman di cafe... Aku merindukan semuanya. Tapi mengingat kejadian yang membuat kedua kaki ku cacat, aku merasa aku sudah mati. Sudah sebulan aku di rumah sakit ini, namun kaki ku tak kunjung pulih. Tapi kalau bukan dia yang selalu datang untuk menyemangati ku, aku mungkin akan gantung diri. Tidak dapat menerima kenyataan ini!

***

“Eonni!!!” panggil seorang gadis dari depan ruangan ku dengan nada cerianya yang seperti biasa.
“Oh, Krystal. Masuk lah,”
Lalu ia masuk dengan langkah ringan, “Igeo!” ucapnya lalu menyerahkan sekeranjang bunga mawar padaku.
Aku pun tersenyum, dan mengambil keranjang yang ia serahkan, “Gomawo,” ucapku. Lalu aku meletakan sekeranjang bunga mawar itu di atas meja yang ada di sebelah tempat tidur ku.
Ia tersenyum, lalu ia duduk di sebelahku, “Eonni, apa kau sudah baikkan?” tanyanya.
“Kaki ku masih sakit,” jawabku sambil tersenyum kecil.
“Jeongmal?” ia cemberut, “Mianhae, seharusnya aku tidak meninggalkan eonni sendirian di rumah,” ucapnya sedih.
Aku pun buru-buru memeluknya, “Ani, ini bukan salah mu. Ini salah ku sendiri yang tidak hati-hati,” ucapku sambil mengelus rambutnya sayang.
Ia melepas pelukkan ku, lalu menatapku dengan tatapan sedih.
“Wae? Jangan memasang wajah seperti itu! kau membuat ku benar-benar merasa bersalah sekarang,” aku mencubit pipinya pelan, itu membuatnya tertawa kecil dan aku ikutan tertawa.
“Siang ini, kita jalan-jalan. Eotte?” tawarnya. Aku pun berpikir sejenak, lalu menganggukan kepala sambil tersenyum.

***

“Eonni, kapan kau keluar dari rumah sakit ini?” tanyanya sambil mendorong kursi roda ku.
“Molla,” jawabku singkat. Dan tiba-tiba saja langkahnya terhenti, dan itu membuatku bingung. Saat aku akan menengok ke arahnya, ia sudah duluan menghampirku dan berjongkok di hadapanku.
“Waeyo?” tanyaku, bingung.
“Ceritakan padaku, kenapa kau bisa berakhir seperti ini!” desaknya.
“Kan aku sudah kirim email padamu, kalau aku mengalami kecelakaan...” jawabku, saat aku akan mengelus kepalanya tiba-tiba ia berdiri dengan ekspresi kesal.
“Aku tidak mau kembali ke jepang! Aku mau merawat kakak di sini!”
Aku terkejut mendengar ucapannya, “Kau harus selesaikan sekolah mu dulu Krystal... aku baik-baik saja, tenang lah...” ucapku sambil menggenggam kedua tangannya.
Ia pun berjongkok lagi di hadapan ku dan menatap ku khawatir, “Aku tidak mau kakak sendirian...”
“Aku baik-baik saja, dan aku memiliki teman di sini. Jangan khawatir,” aku tersenyum sambil terus menggenggam kedua tangannya dengan erat.
Ia tersenyum, lalu memelukku. Aku membalas pelukkannya.

***

“Eonni, dia tampan. Pantas saja kau suka di rumah sakit ini,” bisik Krystal menggoda ku. Aku pun menyenggolnya pelan, lalu ia tertawa.
“Keadaan mu sudah baikkan,” ucap dokter sambil tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya.
Saat sang dokter akan beranjak pergi, Krystal menahan lengannya namun langsung di lepas, “Mi-mianhae,” ucapnya gugup, “Geundae... Dokter namanya siapa?” tanyanya antusias.
“Song Joong Ki,” ucap dokter itu sambil tersenyum ke arah Krystal, lalu ia pergi meninggalkan ruanganku.
Krystal yang masih berdiri di tempat, tersenyum kegirangan dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Terlihat kalau wajah dan telinganya mulai memerah.
“Krystal?” panggilku, ia sontak menengok ke arahku.
“Wae?” tanyanya.
“Kapan kau akan kembali ke jepang?”
“Besok pagi, aku pulang dengan penerbangan pertama karena aku izinnya mau menjenguk kakak cuma dua hari,”
Aku menghela napas, “Baiklah, kau bisa kembali ke apartment ku sekarang,”
“Aku akan menginap di sini, aku bisa tidur di sofa,” ucapnya sambil tersenyum, lalu membantuku naik ke atas tempat tidur dan melipat kursi roda ku.
“Gomawo,” aku membenarkan posisi dudukku, “Tapi ini sudah sore, apa lagi di rumah sakit ini saat malam sangat mengerikan,” ucapku menakut-nakutinya. Tapi ia malah tertawa kecil mendengar ucapan ku.
“Aku tidak takut sama yang namanya hantu!”
“Percaya diri sekali...” ucapku sambil berbaring di atas tempat tidur, “Terserah kamu saja,”
Ia berjalan menghampiriku, “Eonni sudah mau tidur?”
“Ne,” jawabku singkat.
“Aku ingin bertemu teman mu di rumah sakit ini!” ucapnya tiba-tiba.
“Dia suka ke ruangan ku, sekedar untuk mengajakku mengobrol dan jalan-jalan ke taman belakang. Tapi hari ini sepertinya dia tidak datang,”
Lalu ia duduk di pinggiran tempat tidur ku, “Dia cewek atau cowok? Berapa usianya? Dia kenapa bisa ada di rumah sakit ini? Dia sakit apa?” tanyanya bertubi-tubi.
“Aku tidak tau dia sakit apa, dia hanya mengatakan kalau dia di rawat di rumah sakit ini juga. Aku juga tidak tau dia di ruangan berapa, dan dia cowok,”
“Cowok?” ia terkejut, “Apa dia tampan?” tanyanya lagi.
“Iya, dia sangat tampan,”

***

Terdengar suara pintu terbuka, Krystal yang tadinya akan tidur di sofa langsung terbangun dan berjalan menghampiri pintu. Di bukanya pintu ruanganku, lalu ia mengintip ke luar, “Tidak ada siapa-siapa,” gumamnya. Ia tidak melihat siapa pun yang melintas di depan ruangan ku, apa lagi orang yang sudah iseng membuka pintu.
Perlahan Krystal menutup pintu itu dengan perasaan takut, sekujur tubuhnya merasa merinding.
Lalu ia berlari kecil menghampiri ku, “Eon? Eonni?” panggil Krystal pelan, mencoba membangunkan aku.
Aku pun bangung, “Emm, Wae?” tanya ku dengan mata yang masih terpejam.
“Ta-tadi ada yang membuka pintu,” ucap Krystal ketakutan.
“Emm, mungkin angin,”
“A-angin ba-bagaimana! Ti-tidak mungkin!”
“Sudahlah, kau tidur saja. Ini sudah malam,” aku menarik selimutku, lalu menutup seluruh badan ku.
“Eonni! Aku takut...”
Aku tidak memperdulikan ucapan Krystal, dan melanjutkan tidur ku. Krystal yang berdiri di sebelahku, lantas pergi menghampiri sofa. Saat ia akan duduk di sofa itu, ia merasakan ada seseorang yang melindas di depan ruangan ku. “Tenang krystal... itu pasti hanya suster atau dokter yang lewat,” ucapnya, menenangkan diri sendiri. Lalu ia berbaring lagi di sofa, dan mencoba memejamkan matanya. Tiba-tiba terdengar suara pintu ruanganku terbuka perlahan, itu membuat Krystal semakin takut. Ia pun menarik selimut, dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
“Kyaaaaa,” teriaknya. Ia bangun lalu melihat-lihat sekitar, “Si-siapa yang menarik kakiku?” tanyanya pada diri sendiri. Lalu ia melihat-lihat di sekitanya lagi. Tidak ada siapa-siapa.
Ruangan ku yang gelap karena lampunya di matikan, langsung di nyalakan oleh Krystal. Ia mulai berjalan menghampiri pintu sambil melihat-lihat di sekitarnya dengan perasaan takut. saat sampai di depan pintu, tangannya perlahan menutup pintu itu, dan “Kyaaaaaaaaaaaaa,” teriaknya.
“Tenang lah, ini aku,” ucap sang dokter yang tiba-tiba saja muncul sambil tersenyum, dokter itu sudah membuat Krystal terkejut dan berteriak kencang. Saking kencangnya, membuatku terbangun.
“Ada apa...” gumamku. Lalu aku melihat kedua orang itu berdiri di depan ruanganku.
“Aku hanya mau memberikan ini,” ucap sang dokter, “Ada di depan pintu ruangan YoonA-ssi,” lanjutnya.
Krystal menerima kertas yang di serahkan dokter Song Joong Ki, “Gamsahamnida,” ucap Krystal sambil membungkukkan sedikit badannya.
“Ige mwoya?” tanyanya sambil melihat surat yang ada di tangannya.
“Coba sini aku lihat,”
Krystal menyerahkan kertas yang di berikan dokter Song Joong Ki pada ku, lalu aku mengambil dan membuka surat itu, “Ini dari Jonghyun,” ucapku pelan. Entah kenapa, ada perasaan senang bercampur bahagia saat tau surat ini ternyata dari Jonghyun.

***

Pagi ini kami bangun lebih awal, karena Krystal kembali ke jepang dengan penerbangan pertama dan aku akan menemaninya untuk yang terakhir kali.
Saat ia sedang membereskan tempat tidur ku, “Eonni?” panggilnya tiba-tiba. Aku yang sedang duduk di atas sofa sambil merapikan baju-bajunya, sontak menghentikan kegiatanku dan menoleh ke arahnya. “Apa tidak apa-apa aku meninggalkan mu lagi?” tanyanya.
“Tidak apa-apa, wae?”
“Semalam... aku merasakan ada yang aneh dengan rumah sakit ini,”
“Aneh? Aneh bagaimana?” aku benar-benar tidak mengerti ucapan Krystal.
“Aneh. Semalam ada yang menarik kaki ku, saat aku akan tertidur.”
“Kaki mu... di tarik?” tanyaku, memastikan.
“Iya!” jawabnya sambil mengangguk mantap. “Dan pintu itu selalu terbuka sendiri! Saat aku mengintip ke luar, tidak ada siapa-siapa di sana,” lanjutnya.
“Bukannya semalam dokter Song yang berdiri di depan pintu itu, dan menyerahkan surat ini,” ucapku sambil menunjukan surat yang semalam. Surat itu ku simpan di saku baju ku, karena surat itu dari Jonghyun. Pria itu selalu membuat kejutan!
“I-iya! Ta-tapi kan...”
Aku langsung memotong ucapan Krystal yang menurutku mulai ngawur, “Sudah lah, ayo! Nanti kau ketinggalan pesawat,” ucapku sambil menyerahkan tas besar milik Krystal.
Lalu ia mengambil tas besar miliknya.
“Maaf, aku tidak bisa mengantar mu,” ucapku sambil mengelus kedua tangannya.
Ia menganggukkan kepala sekali sambil tersenyum, dan berjalan keluar ruanganku.
“Annyeong!” ucapku, ia hanya tersenyum membalas ucapanku lalu menutup pintu ruanganku. Krystal benar-benar sudah tidak di ruangan ku, tinggal aku sendiri tapi kedua tangan ku masih melambai padanya. Tiba-tiba aku merasakan air mataku membasahi pipiku. Aku ingin keluar dari sini...
Aku mengambil kursi roda yang Krystal letakan di samping sofa yang aku duduki sebelum ia merapikan tempat tidur ku.
Saat aku berhasil duduk di kursi roda ku, aku langsung menjalankan kursi roda ku perlahan menghampiri pintu. Dan aku mencoba membuka pintu itu, “Aku ingin memeluknya,” gumam ku.
Aku yang duduk di kursi roda ini membutuhkan waktu 5 menit membuka pintu itu sendiri, karena gagang pintu itu cukup tinggi. Namun, tak lama pintu pun terbuka.
“Jonghyun?” aku terkejut melihat sosok pria yang berdiri tepat di depan pintu ku.
“Kau mau kemana?” tanyanya.
“Aku ingin mengejar adik ku,”
Ia berjongkok di depanku, lalu menatapku. Aku sangat senang saat melihat kedua bola matanya yang bersinar.
“Dia baru saja keluar. Kalau kau mengejarnya sendiri, tidak akan terkejar. Apa mau aku bantu mendorong kursi roda mu ini?”
Aku menggelengkan kepala, “Tidak, tidak usah.”
“Apa kau mau tetap mengejarnya?”
Mendengar pertanyaan Jonghyun membuat hati ku sakit!
Aku menundukan kepala ku, “Aku kakak yang tidak berguna!” desisku. Aku merasakan air mata ku keluar lagi membasahi pipiku, tapi kedua tangan yang dingin langsung menyekanya. Aku pun mengangkat wajahku dan menatap Jonghyun. Entah kenapa, saat Jonghyun menyentuh kulit ku. Tangannya selalu terasa dingin, namun sikapnya padaku sangat lah hangat.
“Uljima,” ucapnya sambil menghapus air mata di pipiku.

***

“Jonghyun! Itu...”
Ia yang sedang mengambil bunga di sebelah kiriku, saat aku menunjuk bunga yang ada di sebelah kanan ku, ia langsung berpindah dan mengambilnya.
“Kau ingin mengerjaiku ya?” protesnya sambil menyerahkan bunga-bunga yang ia ambil pada ku.
Aku hanya terkekeh pelan, dan menghirup bunga yang di berikan Jonghyun.
Aku dan Jonghyun sekarang berada di taman belakang rumah sakit. Setiap siang aku memang selalu ke sini bersama Jonghyun. Pertamanya Jonghyun yang memberitahu ku tempat ini, karena ia mengatakan ia sering sekali ke taman ini sendirian. Entah ia ngapain di sini, tapi aku sangat senang di taman ini. Apa lagi berdua saja dengan Jonghyun.
“Kenapa tersenyum-senyum sendiri!” ia menyentil pelan telingaku. Aku cemberut sambil memegangi telingaku yang di sentil Jonghyun. Ia pun tertawa kecil.
“Itu, ada lagi...” ucapku antusias sambil menunjuk ke bunga di sebelah Jonghyun. Jonghyun yang tidak melihatnya, akhirnya menginjaknya tidak sengaja. “Yah, Jonghyun kau sudah menginjaknya!”
Aku yang kesal dengan Jonghyun, langsung menggerakan kursi roda ku dan meninggalkan Jonghyun.
Ia berlari kecil mengejarku, “Maaf kan aku YoonA,” sesalnya.
Ia berjalan di belakangku sambil terus mengucapkan kata ‘maaf’ tapi aku tidak memperdulikannya, dan terus mendorong kursi roda ku sendiri sampai ke dalam rumah sakit. Saat aku sudah sampai di dalam rumah sakit, aku merasakan Jonghyun sudah tidak mengikutiku. Aku membalikkan kursi rodaku, dan benar! Jonghyun tidak ada di belakangku. Ada perasaan sedih yang menjalar di sekujur tubuhku, “Kemana dia?” gumamku. Mataku terus mencari sosoknya, tapi tidak ada.

***

“Sekarang sudah sore, jangan telat minum obat lagi ya,”
“Ne,”
“ini, minum obat mu... Oh iya, nanti ada suster yang datang ke sini untuk mengganti perban di kakimu,” ucap dokter Song Joong Ki sambil tersenyum padaku.
“Ne,” jawabku lagi sambil membalas senyum dokter Song. Lalu ia pergi meninggalkan ruanganku.
Sejenak aku menatap obat-obat yang di letakkan dokter Song itu di atas meja, entah sampai kapan mulut ku akan merasakan pahitnya obat. Namun aku langsung mengambil obat itu, dan meminumnya.
Tok! Tok! Tok!
Tak lama terdengar suara ketukkan pintu ruangan ku dari luar.
“Masuk,” teriakku dari tempat tidur ku.
Tak lama seseorang itu pun masuk, “Jonghyun?” aku terkejut melihatnya. Ia berjalan menghampiriku sambil tersenyum.
“Aku kira kau suster,”
“Suster? Apa aku terlihat seperti suster?” tanyanya, bingung.
Aku pun terkekeh pelan melihatnya, “Tidak, tadi dokter Song mengatakan suster akan ke sini. Ternyata kau, jadi ku kira yang mengetuk pintuku itu suster,”
Selesai berbicara aku melihat pot bunga yang di bawa oleh Jonghyun, “Itu... apa?” tanyaku sambil menunjuk ke arah pot bunga yang ia bawa.
“Ini? Ini pot bunga. Kau tidak tau?”
“Tidak, maksudku... untuk apa kau bawa ke sini?”
“Oh, ini untuk mu,” ucapnya sambil tersenyum. Lalu ia meletakan pot bunga yang berukuran kecil itu di dekat jendela ruanganku. “Kau harus sering-sering menyiramnya... arrachi?”
 “Untuk apa?”
“Tadi siang kau ngambek karena aku menginjak bunga mu, jadi ini sebagai gantinya,” ucapnya. Lalu berjalan menghampiriku dan duduk di pinggiran tempat tidurku.
“Gomawo,”
“Ne, cheonmaneyo,”
Sebuah senyuman mengembang di kedua pipiku. Aku benar-benar bahagia berada di dekat Jonghyun. Tapi... Di satu sisi aku ingin sekali meninggalkan rumah sakit ini, dan di satu sisi aku selalu ingin tinggal di rumah sakit ini karena Jonghyun ada di sini. Aku tidak tau ia sakit apa, tapi setiap tangannya menyentuh kulit ku, tangannya memang terasa dingin. Mungkin ia sakit parah, dan itu buat aku tidak berani bertanya apapun soal penyakitnya.
“Ada apa?” tanya Jonghyun membuyarkan semua lamunanku.
Aku buru-buru menggelengkan kepalaku.
“Aku kembali ke ruanganku dulu, nanti aku akan kembali,” ucapnya sambil mengelus kepalaku, lalu ia bangkit dan tersenyum padaku.
Saat Jonghyun benar-benar sudah pergi, aku melihat ke arah pot bunga yang di berikan Jonghyun. Tiba-tiba ada perasaan sedih di hati ku, aku tidak mau Jonghyun pergi dari sisiku. “Gomawoyo. Selama aku di sini, kau selalu menemaniku,” ucapku pada pot bunga yang dari Jonghyun itu.

***

Malam ini aku tidak bisa tidur, aku kepikiran ucapan Krystal tadi pagi. “Semalam... aku merasakan ada yang aneh dengan rumah sakit ini” , “Aneh. Semalam ada yang menarik kaki ku, saat aku akan tertidur”  ucapan Krystal terngiang dikepalaku.
Tapi selama aku tinggal di rumah sakit ini, aku tidak merasakan ada yang aneh. “Apa dia hanya menakutiku, untuk membalas ku?” gumamku.
Saat aku akan mencoba melupakan ucapan Krystal itu, dan mulai memaksakan mataku untuk terpejam. Terdengar suara pintu ruangan ku terbuka perlahan, sontak membuat mataku yang tadinya sudah terpejam kini terbuka lebar-lebar. “Si-siapa?” tanya ku ketakutan, aku menarik selimutku dan menutupi wajahku. Namun aku mengintip sedikit untuk melihat siapa yang telah membuka pintuku.
“Ini aku, Lee Jonghyun” ucapnya sambil menyalakan lampu ruanganku, dan berjalan menghampiriku.
“Hah~ Ternyata kau,” ucapku lega. Lalu aku bangkit, dan membenarkan posisi dudukku.
“Apa aku mengganggu tidurmu?” tanyanya sambil duduk di atas sofa.
“Tidak, tapi kau sudah menakuti ku!”
Ia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
“Tidak lucu!” cemberutku. Ia pun berhenti tertawa.
“Apa kau kira aku hantu?” tanyanya.
“Menurut mu?”
“Ehm, mungkin aku memang hantu,” jawabnya polos. Malah kini giliran aku yang tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
“Kau belum tidur?” tanyanya.
Aku menghentikan tawa ku, “Belum, aku tidak bisa tidur,”
“Wae?”
“Aku teringat ucapan adik ku,”
“Ucapan adik mu?”
Aku menganggukkan kepal ku, “Ne,”
“Mian, aku sudah membuatnya takut,” sesalnya.
“Kau?”
“Hm!” ia menganggukan kepalanya mantap.
“Jadi kau...”
“Iya, aku yang membuka pintu ruangan mu. Tadinya aku berniat menyerahkan surat itu pada mu sendiri, tapi ternyata kau sedang ada tamu. Jadi aku letakan di depan pintu,”
“Gwaenchana,” ucapku sambil tersenyum.
“Baiklah, aku pergi dulu,” ucapnya seraya beranjak dari atas sofa.
“Sudah mau pergi?” tanya ku kecewa.
“Ini sudah malam, tidak baik berlama-lama di sini,” ucapnya sambil tertawa kecil.
“Baiklah...”
Ia tersenyum lalu berjalan keluar ruangan. Aku sangat bahagia saat melihat senyum yang mengembang di bibirnya.
Dddrrrttt Dddrrrttt
Tiba-tiba terdengar suara ponselku bergetar. Saat aku ingin mengambilnya, tangan ku tidak sampai meraihnya. Dan dengan susah payah aku berusaha meraihnya, namun ponselku malah terjatuh.
“Hah~ ya sudahlah, besok pagi aku mengambilnya,”
Aku lantas kembali berbaring dan membiarkan ponselku tergeletak di bawah lantai.

***

“Ini ponsel mu?” tanyanya sambil menyerahkan ponsel itu pada ku.
Aku lalu mengambilnya, “Ne,”
“Kenapa ada di bawah?”
“Semalam saat aku mau mengambilnya, ponsel ku terjatuh. Dan aku malas mengambilnya,”
“Oh, begitu...” ucap dokter Song lalu melanjutkan memeriksa kondisi ku. Aku sempat melirik jam dinding di ruangan ku, jam delapan pagi. Jam segini dokter Song sudah memeriksa ku, aneh! “Apa pot bunga itu milik mu?” tanyanya.
“Ne,”
“Cantik,”
Aku pun tersenyum, dan melihat ke arah pot bunga itu. Gomawo, Jonghyun-ssi.
“Kau bisa pulang sekarang,” ucap dokter tiba-tiba, itu membuatku terkejut dan beralih melihatnya.
“A-apa kau bilang, dok?”
“Kau bisa pulang hari ini,” ucapnya, memperjelas.
Aku tersenyum bahagia. Aku sudah bisa keluar...
.
Aku membuka pesan yang masuk semalam, “Krystal?” aku terkejut melihat nama pengirim pesan ke ponsel ku. Aku lalu membuka dan membaca isi pesannya, “Eonni, aku ada di apartment mu. Aku tidak jadi kembali ke jepang, mian. Kau sudah boleh pulang kan hari ini? Kita bertemu ya di apartment. Hehehe,”
“Kenapa dia bisa tau aku pulang hari ini?” segelintir pertanyaan memenuhi isi otakku.
“Ini, YoonA-ssi. Aku sudah membereskan pakaian mu,” ucap suster sambil meletakan tas besar ku si sampingku.
“Ne, gamsahamnida,” ucapku sambil sedikit membungkukan badanku. Suster itu pun lantas pergi meninggalkan ruangan ku. Karena aku tidak bisa berdiri, suster itu membantu ku duduk di kursi roda ku dan membantu ku membereskan semua pakaianku.
“Kau sudah boleh keluar?” tanya seorang pria sambil berjalan menghampiriku.
“Ne,” jawabku sambil tersenyum bahagia.
“Sini aku akan membantumu,” ia menenteng tas besarku, lalu mondorongkan kursi rodaku.
“Gomawo,”
Kini kami berdua berjalan keluar dari ruangan ini, dan tentu saja dari rumah sakit ini! Tapi selama kami berjalan keluar dari rumah sakit sampai saat ini, setiap orang menatap kami aneh. “Apa ada yang salah dengan gadis yang menggunakan kursi roda?” tanya ku dalam hati. Aku menatap mereka semua dengan tatapan bingung. Dan akhirnya aku sampai juga di apartment ku, jarak rumah sakit dengan rumah ku tidak jauh. Jadi bisa di tempuk dengan berjalan kaki.
“Gomawo,” ucapku pada Jonghyun. Ia hanya tersenyum membalas ucapanku. “Cepat kembali, nanti para dokter mencarimu,”
Ia meletakan tas besar milikku di samping ku, lalu pergi meninggalkan ku tanpa menjawab ucapanku satu kata pun.
“Apa dia tersinggung dengan tatapan orang-orang saat menuju ke sini?” gumamku. Tiba-tiba di benak ku ada perasaan kasihan muncul pada Jonghyun. Ingin aku memanggilnya, namun tiba-tiba terdengar suara Krystal yang memanggilku dari arah belakang.
“Eonni!!!” panggilnya sambil berlari kecil menghampiriku.
“Wae?”
“Siapa yang mengantarmu? Aku kan ingin menjemput mu,”
“Jonghyun,”
“Jonghyun?” tanyanya.
“Iya, Jonghyun yang mengantar ku,”
“Siapa Jonghyun?”
“Teman ku yang menginap di rumah sakit yang sama denganku. Yang aku ceritakan,”
Mendengar ucapanku, bibirnya membulat berbentuk ‘O’
“Sudah lah, ayo masuk!”
.
“Kenapa kau tidak kembali ke jepang!” aku menjitak kepalanya pelan. Tapi ia meringis sambil memegangi kepalanya.
“Aku khawatir sama kakak, karena rumah sakit itu berhantu!”
Aku tertawa kecil mendengar ucapan Krystal, “Aku mewakilkan Jonghyun minta maaf karena sudah menakuti mu,”
“Apa?”
“Jonghyun bilang, dia yang membuka pintu itu...”
“Jonghyun?” tanyanya bingung, “Eon, saat pintu itu terbuka. Aku langsung melihat keluar, dan di luar tidak ada siapa-siapa! Tidak ada dokter atau suster atau orang lain yang lewat!”
Aku benar-benar tidak ingin mendengarkan cerita Krystal, “Sudah lah... Oh iya, kenapa kau bisa tau aku pulang hari ini?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
Tapi Krystal tidak menjawab pertanyaan ku, dan melanjutkan ceritanya. Mau tidak mau aku mendengarkannya.
“Dan saat aku mau tidur, tiba-tiba kaki ku seperti ada yang enariknya dan pintu itu terbuka lagi. Saat aku ingin menutup pintu itu, tiba-tiba dokter itu memberikan surat yang katanya di letakan oleh seseorang di depan pintu,”
Tiba-tiba aku teringat ucapan Jonghyun semalam, “Iya, aku yang membuka pintu ruangan mu. Tadinya aku berniat menyerahkan surat itu pada mu sendiri, tapi ternyata kau sedang ada tamu. Jadi aku letakan di depan pintu,”
Tapi Krystal bilang, di depan ruangan ku tidak ada siapa-siapa?
“Eonni! Kau dengar aku?” ucap Krystal, menyadarkan lamunanku.
“Bunga...”
“Bunga?”
Aku menatap Krystal, terlihat kalau ia sangat bingung.
“Aku akan kembali,” ucapku cepat dan aku langsung bergegas keluar apartment, pergi menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit...
“Dokter, apa pot bunga yang ada di ruangan ku sudah di buang?” tanya ku pada dokter Song Joong Ki saat aku berpapasan dengannya di depan pintu masuk rumah sakit.
“Sepertinya belum, waeyo?”
“Apa Jonghyun masih di rawat di sini?” tanya ku.
ia tampak bingung dengan pertanyaan ku, “Jonghyun?”
“Iya, Lee Jonghyun. Pasien pria yang menginap di rumah sakit ini juga,”
“Tidak ada pasien yang bernama Lee Jonghyun di sini,” ucapnya.
Deg! Jantung ku berdetak kencang.
“Tapi sepertinya dulu memang ada pasien yang bernama Lee Jonghyun di sini, tapi dia sudah meninggal sebulan yang lalu. Pas saat kamu ke sini dia meninggal,”
“Meninggal?”
Aku jadi ingat saat Jonghyun menghapus air mata ku dengan kedua tangannya. Tangannya memang terasa dingin. Tapi...
“Ani, Jonghyun masih hidup! Selama aku di rumah sakit ini, dia yang menemaniku!”
Aku berteriak sambil menangis. Aku menangis sejadi-jadinya. Sampai semua orang yang ada di rumah sakit memperhatikan aku. Tapi aku terus menangis.
“Tidak... Jonghyun belum meninggal...” tangisku tak terhenti. Aku berkali-kali memukul dadaku yang sesak namun rasa sesaknya tak kunjung hilang. Aku mendorong kursi roda ku masuk ke dalam ruangan ku dengan susah payah, karena tubuh ku terasa lemas tapi aku tetap memaksakan. Dokter Song sudah berusaha menenangkanku dan mau membantu mendorong kursi roda ku, tapi langsung aku tepis.
Sesampainya di ruangan ku menginap selama di rumah sakit ini, aku mengambil pot bunga yang di berikan Jonghyun, “Jonghyun...” panggilku lirih karena isak tangis ku makin menjadi-jadi.
Lalu ada seorang wanita paruh baya yang masuk ke dalam ruangan ku, aku tidak tau ia siapa. “Saat kau keluar dari rumah sakit, aku melihat kursi roda mu seperti berjalan sendiri. Seperti ada yang mendorong mu, dan tas besar mu melayang sendiri...” ucap wanita paruh baya itu.
Aku tidak bisa memberhentikan tangisku, dadaku semakin sesak. Dan percakapan aku dengan Jonghyun semalam tiba-tiba terlintas di kepala ku, dan aku sangat ingat ucapannya “Ehm, mungkin aku memang hantu,” tapi aku tidak mengira kalau dia memang benaran hantu.
Aku memeluk pot bunga yang di berikan oleh Jonghyun, “Aku akan merawatnya. Aku berjanji!” ucapku dalam hati.
Aku tidak bisa berhenti menangis. Aku tidak dapat menerima kenyataan ini!

***

-Satu bulan kemudian-

“Nona? Apa kau mengenal anak ku?” tanya seorang wanita di sebelah ku.
“Ne, dulu kita teman saat di rumah sakit ST Mary Seoul, Gangnam.” ucapku sambil tersenyum.
“Oh... geuraeyo?” ucap wanita itu, lalu ia melanjutkan berdoa untuk putranya. Tapi aku hanya diam berdiri sambil menatap abu dan foto yang ada di hadapanku. Sudah satu bulan berlalu, tapi aku tidak bisa melupannya. Hampir tiap minggu aku datang ke sini, sekedar untuk melihat fotonya dan mendoakannya. Aku tau alamat pemakamannya dari dokter Song Joong Ki. Di benak ku, Jonghyun selalu hidup seperti bunga yang ia berikan pada ku. Dan bunga itu tumbuh indah, seperti senyum Jonghyun yang selalu membuat ku bahagia.
Jonghyun... gomawo...

-THE END-

Inspiration : novel ‘Fuko and the Ghosts’, and Film india (lupa judulnya)

Sorry kalo ada typo ^^ but, Thanks for reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar