Title :
My Husband is a DUCK!
Author : Anita || Twitter : @Anita_Febriany
Genre : Romance, Fantasy
Rate : NC -21
Cast :
1) Kim Shin Yeong (OC)
2) Chen (EXO-M)
3) Kai (EXO-K)
4) Baekhyun (EXO-K)
5) Dani (T-Ara)
Length : Oneshot
(Words : 3525)
Disclaimer :
akhirnya sequel FF NC
saya 'My Boyfriend is a DUCK!' jadi juga saya ketik. Ini pertama kalinya saya
ngetik sequel dari FF NC saya. ahaha Entah lah,
FF ini bisa dikatakan sequel atau tidak.
("_ _) di baca aja ya.
Ok! Happy
reading...
---------------
"Kai...!!!"
teriakku memanggil pria itu.
Aku
terus mencarinya, tapi batang hidungnya sampai saat ini tak muncul juga. Sudah
hampir seharian aku mencarinya! Kemana dia?
"Kwek!
Kwek! Kwek!"
Tiba-tiba
terdengar suara bebek di halaman belakang rumah ku. Itu pasti Kai! Ya, Kai
adalah seekor bebek. Sebulan yang lalu aku menemukannya diselokan. Sebenarnya
aku menemukan dua ekor bebek. Tapi yang satu, sudah menjadi pacarku. Chen
namanya. Siang ini ia sedang berbelanja ke pasar, tentu saja dengan wujud
manusianya. Chen sudah menjadi manusia, karena saat kami melakukannya ia
menyatakan cintanya pada ku, dan aku menerimanya. Aku ingat sekali
kata-katanya, “Sebenarnya, jika di
antara kita berdua bisa menjadi pacarmu. Kita bisa kembali menjadi manusia dan
gak harus berubah menjadi bebek lagi jika orang lain melihat kita,”
"Haaah,” aku menghela napas sambil duduk di bangku yang ada di halaman ku. Kalau
mengingat semua itu terasa seperti mimpi. Sampai saat ini aku tidak tau, Kai
dan Chen itu sebenarnya manusia yang di kutuk menjadi bebek, atau apa. Karena
dari penjelasan Chen waktu itu, benar-benar menggambarkan kalau mereka itu
sebenarnya manusia yang di kutuk menjadi bebek. Makanya aku memanggil mereka
dengan sebutan 'siluman'. Tentu saja siluman bebek! Karena mereka seekor bebek.
"Kai? Apa
itu kau? Keluar lah," teriakku. Aku sudah lelah mencarinya. Tapi pria itu
tidak keluar dari tempat persembunyiannya. Sebenarnya sedang apa dia?
"Kai?"
panggilku pelan, lalu berjalan menghampirinya. Suara bebek tadi jelas-jelas
dari semak-semak itu!
Aku berjalan
perlahan menghampiri semak-semak, "Kai? Apa kau di situ?"
Saat aku akan
membuka semak-semak itu, agar Kai muncul, "Omo!" aku terkejut melihat
seekor bebek berwarna putih dengan corak bintik-bintik hitam. Dia bukan Kai!
Warna Kai serupa dengan Chen, warna kuning. Jadi bebek ini... bebek siapa?
"Kau...
siapa?" tanya ku pada bebek itu sambil mencoba mengeluarkannya dari
semak-semak.
Tapi
bebek itu tidak mengeluarkan suara bebeknya, hanya diam terpaku melihatku.
Mungkin karena bebek sungguhan, jadi tidak mengerti perkataan ku. Tidak seperti
Kai dan Chen!
Aku
lalu membawa bebek putih dengan corak bintik-bintik hitam ini masuk ke dalam
rumah. Sesampainya di dalam rumah...
"Ngapain
kamu di sini?!" bentak Kai dari arah belakang, sontak membuatku terkejut.
"Ini
rumah ku, kau ini kenapa!" bentakku balik.
"Aku
tidak sedang bicara pada mu, tapi dia!" ucapnya kesal sambil menunjuk ke
bebek putih yang aku bawa.
Tiba-tiba
bebek yang aku bawa itu meloncat dari gendongan ku, "Kyaaaaaaaaaa,"
teriakku terkejut.
Bebek
itu berjalan menghampiri Kai, dan....
"Apa
kabar, Kim Jongin?" ucapnya. Lalu bebek itu berubah menjadi manusia.
Bebek?
Manusia? Aku tidak bisa berkata-kata lagi melihat kedua pria itu tengah berdiri
berhadapan dengan tatapan penuh rasa persaingan.
"Apa
lagi ini...? Aku menemukan seekor siluman lagi?!" Aku mengacak-acak rambut
ku kesal.
Kedua
pria yang ada di depan ku sekarang ini sedang saling menatap satu sama lain.
Siapa sebenarnya dia?
Tok!
Tok! Tok!
Terdengar
suara ketukan dari pintu depan rumah ku. Aku pun berjalan menghampiri pintu
depan. Dan membuka pintu itu.
"Chen?"
Ia
tersenyum pada ku, lalu memberikan aku sekantong belanjaan. Aku dan Chen
berjalan menuju dapur.
"Apa
ada tamu?" tanya Chen padaku. Tapi aku tidak menjawab pertanyaannya.
Selesai merapikan belanjaan, aku langsung menarik tangan Chen menuju tempat Kai
dan siluman bebek yang aku temukan itu berdiri.
Chen
sempat bingung dengan sikap ku hari ini, tapi sesampainya di tempat. Chen pun
terkejut, "Baekhyun?" panggilnya memastikan pada pria yang bersama
Kai itu.
Pria
yang bernama Baekhyun itu pun menoleh ke arah Chen.
.
"Untuk
apa kau datang ke sini?" tanya Chen pada pria yang duduk di sebelahnya,
Baekhyun.
Kini
kami semua sedang duduk di atas sofa yang berada di ruang depan rumahku, aku
duduk tepat di tengah-tengah Chen dan Kai berada. Mereka sedang membicarakan
sesuatu hal yang tidak aku mengerti sama sekali.
Pria
yang bernama Baekhyun itu lantas menatap ke arah Kai yang duduk di sebelah kiri
ku, "Aku ingin menjemputnya," jawabnya.
"Menjemput
ku?" tanya Kai sambil menunjuk dirinya sendiri.
Baekhyun
pun menganggukkan kepalanya.
"Tidak
mau!"
"Di
sini bukan tempat mu, kau sudah gagal mendapatkan seorang pacar!"
Kai
mendengus kesal, "Chen telah merebut kekasihku!" ucap Kai sambil
menunjuk ke arah Chen.
Chen
tersentak kaget. Keningnya berkerut, dan matanya langsung tertuju pada jari
tangan Kai yang menunjuk tepat di depan wajahnya.
"Tapi
tetap saja, kau sudah gagal!" bentak Baekhyun kesal karena Kai bersi keras
tidak mau kembali.
Aku
ingin sekali bertanya pada Baekhyun, apa maksud ucapannya Kai harus kembali?
Apa mereka dari alam lain? Alam dimana para siluman bebek berkumpul, dan datang
ke dunia manusia untuk mencari pacar agar bisa menjadi manusia juga. Tapi bukan
saatnya aku bertanya pada Baekhyun.
"Aku
bilang aku tidak mau! Aku pasti mendapatkan seorang pacar!" bentak balik
Kai pada Baekhyun.
Mereka
saling menatap dengan penuh rasa kebencian. Jika di gambarkan seperti yang ada
di komik-komik, mungkin ada sambaran petir saling beradu yang muncul dari
tatapan mata mereka.
"Lebih
baik kau memang harus kembali Kai," ucap Chen, mencoba melerai Kai dan
Baekhyun.
"Kau
sengaja kan ingin menjauhkan aku dengan Shin Yeong?!" ucap Kai
dengan suara keras, aku yang duduk di sebelahnya pun spontan menutup kedua
telingaku.
Chen memeluk pundak ku, "Shin Yeong pacar ku,
Kai..."
Kai melihat tangan Chen yang memeluk pundakku itu langsung berdecak
kesal, "Ya sudah," jawabnya dengan nada terpaksa.
.
Kai
mencium kening ku, "Sampai jumpa," ia melambaikan tangan ke arah ku,
aku pun membalasnya.
Kini kami
berempat tengah berada di depan gerbang rumah ku, aku dan Chen sedang mengantar
Kai dan Baekhyun sampai depan gerbang. Sebenarnya aku masih tidak tau, kenapa
tiba-tiba Baekhyun bisa berada di semak-semak belakang rumah ku? Masuk dari
mana dia? Banyak yang ingin ku tanyakan, tapi sekarang Kai dan Baekhyun akan
pergi.
"Baiklah,
kami pergi dulu," ucap Baekhyun sambil tersenyum ke arah ku dan Chen. Lalu
mereka pergi meninggalkan aku dan Chen. Tapi aku dan Chen masih berdiri di
depan pintu gerbang untuk melihat kepergian mereka. Sampai akhirnya sosok
mereka itu menghilang dari pandangan kami.
"Orang
tua mu pulang jam berapa hari ini," tanya Chen tiba-tiba.
Aku
melirik jam tangan ku, sekarang masih jam lima sore.
"Mungkin
nanti malam," jawabku sambil tersenyum pada Chen.
Chen
ikut tersenyum, "Apa kamu sudah makan?"
"Belum,"
jawabku sambil menggelengkan kepala.
"Ayo,
masuk. Akan ku masakkan sesuatu," ia mengacak rambutku lembut, lalu
menggenggam erat tanganku masuk ke dalam rumah.
***
"Shin
Yeong! Kim Shin Yeong!" panggil seseorang dari arah belakang. Aku pun
menoleh.
Ia
berlari terburu-buru menghampiriku, "Apa kemarin siang kau bertemu
seseorang?" tanyanya.
"Bertemu
seseorang?" aku mengkerutkan keningku, bingung.
"Iya...
Kemarin aku melihat ada seseorang memanjat tembok belakang rumah mu,"
Memanjat
tembok belakang rumah ku? Seseorang yang Dani maksud itu pasti Baekhyun! Jadi
pria itu memanjat melalui tembok belakang rumah ku, makanya ia bisa berada di
dalam semak-semak belakang rumah ku.
Tapi...
"Dani,
jadi kau bisa melihatnya?" tanya ku terkejut.
"Ne?"
Dani
terlihat bingung mendengar pertanyaan ku. Aku jadi keikutan bingung sendiri.
Tidak
mungkin Dani bisa melihat Baekhyun, tapi kenapa ia bisa melihatnya? Apa Dani
pernah bertemu Baekhyun dengan sosok bebek? Makanya ia bisa melihat sosoknya
saat jadi manusia? Dulu, Kai dan Chen setiap bertemu seseorang kecuali aku
mereka pasti berubah menjadi bebek. Mereka akan menjadi manusia hanya di depan
ku, karena aku yang menemukan mereka diselokan.
"Haaah,"
aku menghela napas panjang.
Kepala
ku menjadi pusing memikirkan ini semua. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di
kepala ku.
"Aku
ke kelas dulu ya," pamit ku pada Dani.
Aku
pun meninggalkannya, dan berjalan seorang diri menuju ruang kelas ku.
Pelajaran
sekolah sebentar lagi baru akan di mulai, rasanya aku ingin pelajaran hari ini
cepat berakhir. Pulang, dan aku akan mengeluarkan semua pertanyaan yang ada di
kepala ku ini pada Chen.
***
"Aku
pulang," teriakku sambil membuka pintu rumah ku.
"Chen?"
panggil ku pelan sambil mencari sosok pria itu.
Aku
benar-benar sudah tidak sabaran. Sepulang dari sekolah, aku ingin cepat-cepat
bertemu dengan Chen karena ada yang mau aku tanyakan padanya.
"Chen?
Kau dimana?" panggil ku lagi sambil terus mencarinya, mengitari tiap sudut
rumah ku. Tapi pria itu tak muncul juga. Apa dia sedang pergi?
Siang-siang
begini Chen memang selalu pergi tanpa sepengetahuan ku. Aku tidak tau apa yang
sedang ia kerjakan di luar sana semenjak menjadi manusia.
Saat
aku akan masuk ke dalam kamar ku untuk mengganti pakaian seragam ku, terdengar
suara pintu depan rumah ku seperti ada yang membukanya.
Aku
pun berlari kecil menghampirinya, "Chen?"
"Oh,
Shin Yeong. Kau sudah pulang," ucapnya sambil berjalan masuk ke dalam
rumah.
"Dari
mana saja?"
Ia
terdiam sejenak menatapku, "Aku ada urusan," jawabnya tenang.
"Urusan?"
Ia
hanya mengangguk, lalu berjalan meninggalkan aku.
Aku
berjalan mengikutinya, "Chen? Ada yang ingin ku tanyakan,"
Langkahnya
langsung terhenti, ia membalikkan badannya dan menatapku. Menunggu pertanyaan
yang akan ku lontarkan.
"Baekhyun
itu... sama seperti mu dan Kai? Apa maksud Baekhyun kemarin, Kai gagal dan
harus kembali? Apa kalian dari alam lain? Ah, maksud ku..."
"Iya,
aku mengerti," potongnya. Lalu ia tersenyum padaku, "Baekhyun itu
sebenarnya puppy, anak anjing bukan bebek," jelas Chen.
"Tapi
kemarin..."
"Ya
mungkin karena harus menjemput Kai, makanya jadi bebek," katanya sambil
tertawa.
"Oh,
tapi apa kalian dari alam lain? Dan, Dani teman ku kenapa bisa melihat
Baekhyun?" tanyaku penasaran.
Chen
menyentil kening ku pelan, "Alam lain? Jangan menganggap kami ini makhluk
halus yang turun ke bumi ya!"
Aku
pun cemberut sambil memegangi keningku yang di sentil Chen, "Araseo! Tapi
kenapa Dani bisa melihat Baekhyun?"
Chen
tidak menjawabnya, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan aku.
"Chen!!!"
teriak ku sambil berlari menghampirinya. Lalu aku menahan lengannya, "Aku
belum selesai!"
"Mau
tanya apa lagi?"
"Semenjak
jadi manusia, kenapa setiap aku pulang sekolah kau selalu tidak ada di rumah?
Kau pergi kemana? Ada urusan apa?"
Chen
melepas tangan ku dari lengannya, "Aku bekerja," jawabnya sambil
tersenyum pada ku.
"Kerja?"
"Iya,
aku bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe. Gajinya tidak begitu besar, tapi
cukup lah untuk kita menikah nanti. Aku akan menabung,"
Mendengar
ucapannya aku tersentak kaget, "Menikah?"
Jantung
ku berdetak kencang.
"Kau
tidak mau menikah dengan ku?" tanyanya kecewa.
"Ah,
tidak... Bukan begitu. Hanya saja..."
Aku
terdiam. Aku tidak bisa membayangkan jika menikah dengan Chen.
"Aku
akan menunggu mu sampai lulus sekolah," jawabnya tiba-tiba, "Sudah,
jangan banyak bertanya lagi."
Ia
mengelus pipi ku lembut, lalu ia masuk ke dalam kamar ku. Lebih tepatnya kamar
kami bersama. Karena selama Chen menjadi manusia ia tidur bersama ku di dalam
kamar ku. Kedua orang tua ku sangat sibuk, dan mereka tidak pernah ada waktu di
rumah. Jadi sampai saat ini, mereka tidak pernah tau kalau ada seorang pria
yang tinggal di rumah ini. Tapi Kai yang masih bisa berubah menjadi bebek,
terpaksa harus tinggal di rumah bebek yang dibuatkan oleh ayah ku.
"Shin
Yeong, kemari lah," panggil Chen dari dalam kamar, sontak menyadarkan
lamunanku.
"Ne?"
"Sini!"
Aku
pun masuk ke dalam kamar.
"Ada
apa?" tanya ku sambil berjalan menghampiri Chen yang tengah duduk di atas
tempat tidur ku.
Saat
aku sudah berada di hadapannya, "Ada apa?" tanya ku lagi.
Tapi
Chen hanya tersenyum penuh arti melihatku.
"Kalau
tidak ada yang mau di bicarakan, aku mau ganti baju dulu!"
Baru
aku akan mengambil langkah untuk meninggalkannya, tiba-tiba tangan ku di tarik
olehnya.
"Kyaaaaaa,"
BRUKKKK
Aku
terjatuh tepat di atas tempat tidur.
"Aku
sangat mencintai mu Kim Shin Yeong," bisik Chen di telinga ku. Aku bisa
merasakan hembusan napasnya dari tiap kata yang ia bisik. Membuat jantung ku
berdetak kencang.
"Aku
juga,"
Aku
memeluk leher Chen. Membuat Chen yang ada di atas ku, membenamkan wajahnya ke
leherku.
.
"Makannya
pelan-pelan,"
"Ne,"
jawabku singkat, lalu melahap makanan ku lagi.
Aku
dan Chen kini sedang menikmati makan sore kami di sebuah kedai makanan pinggir
jalan. Karena tadi siang sepulang sekolah aku belum makan, jadi Chen mentraktir
ku makan di kedai sederhana ini.
"Orang
tua mu pulang jam berapa?" tanya Chen.
"Seperti
biasa," jawabku tenang.
Lalu
kami melanjutkan makan kami. Selama kami makan, orang yang berlalu lalang
melewati kedai kami makan sangat lah ramai. Banyak suara yang terdengar dari
sini, dari orang yang sedang mengobrol sambil tertawa bersama sampai dari
seorang ibu yang memarahi anaknya yang terus menangis. Ini pertama kalinya aku
makan di tempat seperti ini. Apa Chen selalu ke tempat ini?
"Chen..."
panggil ku pelan.
Chen
yang selesai makan itu pun menoleh ke arah ku, "Wae?"
"Apa...kau
sering ke sini?" tanya ku hati-hati.
Ia
berpikir sejenak, "Tidak sering, jarang kok. Tapi kalau aku lapar, aku
selalu ke sini," jawabnya santai, lalu ia meminum minumannya sampai habis.
Aku
tidak bertanya apa pun lagi padanya, jawabannya sudah jelas bagi ku. Tidak
apa-apa kalau memang Chen selalu ke tempat ini. Karena tadi siang ia mengatakan
kalau gajinya tidak begitu besar, jadi sekedar makan di kedai sederhana ini kan
tidak masalah. Di sini makanannya enak dan harganya juga murah.
"Shin
Yeong? Kau baik-baik saja?" tanya Chen, yang seketika membuyarkan lamunan
ku.
"Ah,
i-iya..."
"Kenapa
dari tadi melamun terus? Ada masalah?"
"Ti-tidak..."
"Kalau
gitu, ayo kita pulang."
Chen
dan aku bangkit dari tempat kami duduk. Karena kami sudah selesai makan.
Sebelum kami keluar dari kedai ini, Chen membayar terlebih dahulu ke ibu
penjual. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih, dan ibu pemilik kedai itu
menerimanya dengan ramah. Ibu itu terlihat sangat dekat dengan Chen.
Setelah
kami keluar dari kedai itu. Aku dan Chen berjalan berdua menuju rumah ku.
Sepanjang perjalanan kami bergandengan tangan. Aku merasa sangat senang, karena
bisa jalan berdua dengan pacar ku. Kami terlihat seperti sepasang kekasih
normal lainnya. Bahkan Chen terlihat seperti laki-laki yang biasa saja. Maksud
ku, Chen tidak terlihat kalau ia adalah seekor bebek yang berubah menjadi
manusia dengan cara bercinta dengannya.
"Ayo
masuk,"
Sesampainya
di rumah, Chen membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk dengan gayanya
seperti seorang pelayan yang mempersilahkan tuan putrinya memasuki ke dalam
istana.
Aku
terkekeh pelan, "Gomawo,"
Dan
aku pun masuk ke dalam, di ikuti oleh Chen yang berjalan di belakang ku.
.
Malam
ini aku tidak bisa tidur. Aku melirik Chen yang tengah tidur di atas sofa tidak
jauh dari tempat tidur ku sudah tertidur pulas.
"Menikah?"
Kata-kata
itu selalu terngiang di kepala ku, sampai-sampai membuatku tidak bisa tidur.
Aku sangat gugup jika membayangkan hal itu terjadi. Bukan berarti aku tidak
ingin menikah dengannya. Hanya saja, Chen tidak ada wali orang tua. Dan kedua
orang tua ku sampai saat ini tidak tau kalau aku memiliki pacar. Apa lagi Chen
tinggal di rumah ku. Tapi aku berharap, saat aku lulus sekolah nanti Chen sudah
tidak tinggal di rumah ku.
"Kau
belum tidur?" tanya seseorang yang suaranya aku sangat kenal.
"Belum,
kau sendiri belum tidur?" tanya ku balik sambil menatapnya.
Kami
saling menatap satu sama lain dari tempat kami berasa. Chen memiringkan
tubuhnya ke arah ku, aku juga memiringkan tubuhku menghadap ke arah Chen.
"Aku
terbangun,"
"Apa
aku yang membuatmu terbangun?"
"Tidak,
kenapa kamu belum tidur?"
Aku
terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang aku akan lontarkan. Tapi, Deg! Deg!
Jantung ku berdetak begitu cepat, bahkan suara detakannya aku rasa terdengar
sampai ke telinga Chen.
"So-soal
itu... Ehm, menikah..." kataku terbata-bata.
Chen
bangkit dari atas sofa, lalu berjalan menghampiriku. Jantung ku berdetak makin
cepat. Dengan sigap aku langsung mengambil selimutku, dan aku selimuti tubuhku
sampai hanya mataku saja yang terlihat.
Chen
duduk di pinggiran tempat tidur ku, lalu membelai poni ku lembut.
"Seminggu
lagi kau akan menghadapi ujian kelulusan kan? Aku akan menunggu mu, tenang
saja... Tabungan ku pasti cukup untuk menyewa apartment murah di daerah
Dongdaemun, dan gajiku pasti cukup membiayai kita hidup. Kalau kita memiliki
seorang anak, aku akan cari pekerjaan yang lain,"
Mendengar
ucapan Chen membuatku bahagia, spontan aku bangkit lalu memeluknya erat. Aku
tidak mau kehilangannya. Masa depan ku pasti akan bahagia jika bersamanya.
"Shin
Yeong..." bisik Chen di telinga ku.
Aku
pun melepas pelukanku ke Chen, lalu menatapnya. Chen juga menatapku. Tatapan
matanya yang lembut membuatku nyaman.
Beberapa
saat kami saling menatap, wajah Chen dengan perlahan mendekat ke wajahku.
Kecupan manis pun mendarat mulus di bibirku. Aku menutup kedua mataku,
menikmati kecupan manis dari bibir Chen.
Tak
lama, kecupan itu menjadi lumutan ringan di bibir ku. Chen melumut bibir ku
dengan lembut. Minghisap, dan menjilatinya perlahan tanpa ada penekanan atau
paksaan.
"Euugh,"
Aku
merasakan kegelian, karena tangannya mengelus-elus pingganggku.
Chen
terus melumut bibir ku, biarpun sesekali ia melepas ciumannya sekedar untuk
mengambil napas. Namun dengan cepat ia melumut lagi bibirku.
"Ahhh,"
desah ku pelan. Dengan spontan aku melepas ciuman Chen, karena aku merasakan
tangan Chen meremas payudara ku yang masih terbungkus rapat oleh baju tidur dan
bra ku.
"Saranghae,"
Chen
hanya mengatakan satu kalimat itu, tubuhku menjadi panas. Aku langsung
memeluknya, lalu melumut bibirnya gemas. Chen menyeimbangi gerakkan lumutan
bibir ku, sampai decakan dari bibir kami pun terdengar.
Ia
mendorong tubuhku pelan tanpa melepas lumutan di bibir kami. Aku juga menahan
wajah Chen, agar ciumannya tidak lepas dari bibirku.
Kini
aku berada di bawahnya, dan Chen berada di atas ku. Kami terus berciuman,
sampai akhirnya tangan Chen mulai mencoba meraba tubuh ku.
"Ehmmm,"
desah ku tertahan.
Chen
mencoba membuka baju tidur ku tanpa melepas lumutan kami. Lalu membuang baju
dan bra ku yang sudah berhasil di lepasnya ke sembarang arah.
"Chen...
Ahhh,"
Aku
melepas lumutan kami, dan mendesah keras. Chen meremas payudara ku dengan
kasar. Lalu Chen mencium bibir ku lagi. Aku menutup kedua mataku, dan
melingkarkan kedua tangan ku di pundaknya, membalas ciumannya. Aku juga membuka
mulut ku kecil agar Chen dengan mudah menjelajahi setiap rongga di dalam mulut
ku. Saat lidah kami bertaut, aku benar-benar menikmati ciumannya.
Lama
kami berciuman, tangan Chen mencoba membuka celana yang aku pakai. Baju dan
celana tidur yang aku pakai satu stelan.
Saat
berhasil membuka celana tidur dan celana dalam yang aku pakai, sekarang aku
benar-benar sudah naked. Tidak ada sehelai pakaian yang melekat di tubuh ku.
Dengan terburu-buru Chen membuka pakaiannya sendiri, kini kami berdua sudah
naked.
Kami
saling menatap satu sama lain untuk sesaat, lalu kami mulai berciuman lagi.
Ciuman lembut Chen terus turun, ke dagu, leher, sampai akhirnya turun ke perut
rata ku.
"Ssshh...
Ahhh," desah ku menikmati sensai yang aku rasakan. Chen mengelus kedua
pahaku, sambil terus mencium perutku. Geli. Itu lah yang aku rasakan saat Chen
menjilati perutku, rasanya perut ku seperti di kelitik oleh benda lunak dan
basah itu.
Tak
lama, tangan Chen pun mengelus vagina ku dan membersihkan cairan yang keluar
dari sana. Vagina ku yang sudah berada di depan wajahnya itu langsung di
hirupnya, tercium aroma kewanitaan ku yang membuatnya semakin ingin
melakukannya.
"Chen...hhh,"
Aku
tidak bisa menahan desahan ku agar tidak keluar. Chen benar-benar sudah membuat
ku kehilangan akal sehat. Gerakannya yang lambat, membuatku tidak sabaran.
"Chen...
Cepat lah,"
Chen
yang sedang menjilati vagina ku itu, akhirnya mengemut dan sesekali menggigit
gemas klitoris, daging kecil yang terdapat di vagina ku.
Aku
meremas pundak Chen, tak tahan. Akhirnya Chen pun bangkit dan membalikan tubuh
ku. Tidur dengan posisi tengkurap. Lalu sedikit menunggingkan pantatku. Dengan
satu hentakan, juniornya masuk seluruhnya dengan sempurna di lubang ku.
"Aahhh,"
aku meremas seprai tempat tidur ku. Biarpun kali ini tidak begitu sakit seperti
saat pertama kali melakukannya dengan Kai dan Chen, tapi hentakan junior Chen
yang langsung masuk tanpa memberi aba-aba itu membuat lubang ku yang masih
sempit itu berdenyut hebat.
Juniornya
yang sudah membengkak itu dengan berlahan di geseknya.
"Aaahhh...
Ahhh,"
"Ssshhh...
Aahhh... Hhh,"
"Ahhh...
Le..lebih cepat, Chhhen..."
"Ohhh...
Sshh... Ahhh.."
Chen
memasukkan juniornya dengan tempo cepat.
Ia
terus menghentakkan miliknya, sampai akhirnya cairan kental miliknya keluar dan
aku bisa merasakan cairan hangat (sperma) miliknya masuk ke dalam rahim ku.
Aku
dan Chen pun tumbang. Kami sama-sama kelelahan, dan napas kami mulai tidak
beraturan. Keringat juga terus mengalir dari masing-masing tubuh kami, suhu
kamar ku tiba-tiba saja menjadi panas karena aktivitas kami.
Chen
mengambil selimut, lalu memakaikannya untuk menutup tubuh ku, "Tidur lah,
kau pasti sudah lelah," bisiknya.
Saat
ia akan bangkit, mengambil pakaiannya. Aku menahan tangannya, "Temani
aku... Untuk malam ini," pintaku.
Ia
kembali mencium bibir ku. Aku pun mendorong tubuhnya tanpa melepas ciuman kami,
dan membuatnya berada di bawah ku. Gantian aku yang berada di atasnya. Kami
terus berciuman.
Tubuhku
yang masih panas, dengan terburu-buru langsung menyentuh juniornya kasar. Dan
membuatnya mendesah.
Aku
mengocok dan meremas juniornya kasar, sambil terus mencium-melumut bibir atas
dan bawahnya bergantian.
Malam
ini benar-benar akan menjadi malam yang panjang. Rasanya aku ingin cepat-cepat
lulus sekolah, dan menikah dengan Chen. "Suamiku..."
Aku ingin memanggilnya dengan sebutan itu. Dan menggendong makhluk kecil
bernyawa yang lahir dari rahim ku ini.
Pada
suatu hari nanti, saat-saat itu pasti akan terjadi...
-THE END-
Akhirnya
selesai jugaaa...!!! ><
Bener
gak ini sequel namanya? Jelek gak? Ngerti gak sama jalan ceritanya? Nyambung
gak sama yang pertama?
Maaf,
kalo ada kata-kata yang buat kalian bingung. Mana gak ada hot-hotnya lagi! Ya
kan? Huffft~
Oh
iya, rencananya saya mau bikin Epilog
dari FF ini. Itu juga baru rencana. Tergantung kalian pembaca FF ku. ehehe
Epilog'nya menceritakan Chen dan Shin Yeong sudah memiliki anak gitu... Soalnya
waktu itu udah ngetik sampe nikah, tapi file'nya tiba-tiba error :(
Ok!
Terima kasih sudah mau membaca dan berkomentar ^^ Annyeong!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar