Title
:
Forever Love
Author
:
Anita || Twitter : @Anita_Febriany
Genre
:
Romance, Family
Rate
:
PG-15
Cast
:
Miss A's Suzy
Infinite's L or Kim
Myungsoo
Han Hyo Joo
JYJ's Jae Joong
Lenght
:
Oneshot (3757 words)
Note
:
Selesai baca, tolong komentar kalian ya mengenai FF saya ini. Sama sebutin nama
idola kalian!!! Korea yaaa~ Ehehe soalnya saya kalau mau nulis FF tu cuma
bingung yang jadi Cast'nya siapa. Kalo jalan cerita mah sesuai mood sama
inspirasi aja. ("_ _) idola saya cuma SS501 sama EXO doang sih... Jadi bingung!
Ehehe tolong yaaa~ ^^ gomawo~
-------------
"Dari mana?"
"Dari rumah Myungsoo
bu," jawabku sambil berjalan menghampiri ibu ku yang sedang memasak di
dapur. "Ibu sedang masak apa?" Tanya ku sambil menghirup aroma
masakan ibu. Aroma masakannya sangat menggugah selera. Aku paling suka masakan
ibu ku. Bagi ku dia koki terhebat di dunia!
"Aigoo~ ganti baju
dulu sana!" Ibu memukul pundak ku pelan. Aku hanya terkekeh lalu pergi
menuju kamar ku untuk mengganti baju.
Saat akan menaiki tangga,
ayah memanggil ku. "Suzy? Sini kamu," panggil ayah ku dari ruang
tengah. Aku pun menghampirinya.
"Bisa tidak nanti
malam kamu ke rumah Myungsoo?"
"Untuk apa ayah
menyuruh ku ke rumahnya?"
"File ayah
ketinggalan di rumahnya,"
"Kenapa tidak telepon
dan menyuruh Myungsoo saja untuk mengantarkan file ayah?"
"Kamu saja yang ke
sana,"
"Sepulang sekolah aku
sudah ke sana,"
"Sebentar
saja..."
Aku menghela napas
panjang, "Baiklah..."
Ayah tersenyum.
.
Aku meletakan tas ku di
atas meja, lalu berjalan menghampri lemari pakaian ku. Saat aku sedang
mengacak-acak lemari pakaian ku untuk mencari baju santai ke sayangan ku,
tiba-tiba tersengar nada dering lagu EXO - Growl yang bertanda ada panggilan
masuk dari ponsel ku.
"Yeoboseyo?"
"File
ayah mu ketinggalan di rumah ku,"
"Iya aku tau,"
"Kau
tau? Apa aku perlu mengantarnya? Ayah ku bilang file ini sangat penting,"
"Tidak perlu, aku di
suruh ayah ku untuk datang ke rumah mu,"
"Benarkah?"
"Hm,"
"Baiklah,"
Telepon pun terputus. Aku
meletakkan ponsel ku di atas meja, "Mana baju ku?" Gumam ku lalu
kembali mencari pakaian ku.
"Suzy? Ayo makan
siang dulu," teriak ibu ku dari luar kamar ku.
"Sebantar bu,"
teriakku, "Ya sudah lah, yang mana saja juga sama!" Aku lalu
mengambil baju santai berwarna putih dengan motif bintik-bintik warna warni. Padahal
yang aku cari-cari adalah baju santai ku yang bergambar panda lucu. Tapi baju
itu tidak ada di lemari. Mungkin belum di cuci ibu!
Sebelum keluar kamar, aku
merapikan pakaian ku di lemari. Setelah rapi, aku langsung bergegas ke ruang
makan.
Sesampainya di ruang
makan...
"Bu, tadi Myungsoo
menelpon ku,"
"Terus? Dia bilang
apa?" Tanya ibu ku.
"Tadinya dia ingin
mengantarkan file ayah ke sini,"
"Kapan dia akan
mengantarkan file ayah?" Tanya ayah ku.
"Ayah bilang aku
harus ke rumahnya nanti malam... Jadi aku bilang sama Myungsoo kalau aku ingin
ke rumahnya nanti malam untuk mengambil file ayah!"
"Anak ini! Kalau dia
ingin mengantarkannya ke sini sekarang kan itu bagus! Kenapa kamu malah bilang
akan ke sana nanti malam!" Ucap ayah ku sambil menjitak kepala ku.
Aku memegangi kepala ku
yang sakit karena jitakkan ayah, "Ayah sendiri yang suruh..."
Saat ayah akan menjitak
kepala ku lagi, ibu langsung memukul ayah, "Sudah! Jangan bertengkar di
meja makan!" Bentak ibu pada ayah. Ia terlihat sangat marah.
Akhirnya kami bertiga
makan bersama dalam diam.
.
Aku melirik jam di dinding
kamar ku, "Haaah," aku menghela napas. Lalu mengambil ponsel ku yang
berada di atas meja untuk mengecek siapa tau ada pesan atau telepon yang masuk. Namun tidak
ada pesan atau
telepon yang masuk. Aku pun menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur.
"Masih sore,"
gumamku sambil melihat langit-langit dinding kamar ku. Entah kenapa, tiba-tiba
terbayang wajah Myungsoo. Apa aku sedang memikirkan Myungsoo? Ya, jujur saja
aku tidak sabar ingin bertemu dengan Myungsoo. Tapi aku tidak ingin Myungsoo
datang ke rumah ku. Karena ruang waktu ku untuk berdua dengannya pasti sedikit.
Ibu dan ayah ku pasti mengajak Myungsoo mengobrol! Kami sudah berteman dari
kecil, jadi keluarga kami sangat dekat. Kalau aku ke rumahnya, aku bisa
berduaan dengannya. Ibu dan ayahnya
sedang dinas ke luar negeri. Myungsoo sama dengan ku, sama-sama anak tunggal.
Jadi hanya ia sendiri di rumah.
'Yo!
Okay!
Na
hoksi molla gyeonggohaneunde (Jaldeureo) Jigeum wiheomhae (so dangerous)
Jakku
nareul jageukhajima (geunilla) Nado nal molla'
Tiba-tiba terdengar nada
dering dari ponsel ku. Aku bangkit, lalu meraih ponsel ku.
"Myungsoo?" Aku tersentak kaget melihat nama seseorang yang menelpon ku.
Ada apa dia menelpon ku?
Aku mengangkat telepon
dari Myungsoo, "Yeoboseyo?"
"..."
"Waeyo?"
"..."
"Mwo?"
"..."
"Ne, arraseo!
Jamkanmanyo,"
Aku pun mematikan ponsel
ku, lalu berlari keluar kamar.
"Kamu mau kemana
Suzy?" Teriak ibu ku, saat melihat aku berlari dengan terburu-buru.
"Aku ingin ke rumah
Myungsoo bu," teriakku sambil mencari-cari sepatu ku.
"Jangan lupa file
ayah," teriak ayah.
Setelah menemukan sepatu
ku, aku langsung memakainya. Dan berlari keluar rumah, tanpa membalas ucapan
ayah.
Ibu meletakkan secangkir
kopi yang ia buatkan untuk ayah di meja, "Sebenarnya ada apa ya,
yah?" Tanya Hyo Joo, ibu ku.
Ayah menutup koran yang
sedang ia baca, "Aku tidak tau," jawab Jae Joong, ayah ku. Lalu ayah meminum kopi yang di buatkan oleh
ibu.
.
Tok! Tok! Tok!
Aku mengetuk pintu rumah
Myungsoo dengan keras. Aku sudah berkali-kali mengetuk pintunya tapi tak
kunjung ia buka.
Tok! Tok! Tok!
Aku mengetuk pintu
rumahnya lagi.
"Myungsoo!"
Panggilku sambil terus mengetuk pintu. Perasaan ku jadi tak karuan. Segelintir
rasa khawatir memenuhi ruang hati ku.
"Myungsoo!"
Panggil ku lagi. Sudah dua puluh menit aku berdiri di depan rumahnya sambil
berteriak memanggilnya. Dan tangan ku sudah terasa sakit karena mengetuk pintu
rumahnya dengan keras. Aku pun terduduk lemas di depan pintu rumahnya,
"Bodoh!" Desisku sambil menahan tangis ku yang ingin keluar. Aku
tidak menyangka ia akan menelpon ku karena kompornya meledak saat ingin merebus
Ramen!
"Suzy? Sedang apa
kamu di depan pintu rumah ku?" Tanya seseorang yang kini tengah berdiri di
depan ku.
Aku tau itu suara siapa!
Dengan cepat aku langsung menghapus air mata yang sudah terlanjur menetes di
pipi ku. Dan kembali berdiri, "Kau sendiri yang menelpon ku!"
Bentakku kesal, "Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku sambil menatapnya
cemas.
Ia mengangguk, "Hm!
Aku baik-baik saja,"
"Lalu...
Kompornya..."
"Aku sudah menelpon
seseorang untuk memperbaikinya," ucapnya santai sambil mengambil kunci
rumahnya dari saku celananya. Lalu ia berjalan menghampiri pintu, dan
membukanya. Saat pintu rumahnya sudah terbuka, ia mempersilahkan aku masuk.
Kami pun masuk ke dalam rumahnya bersamaan.
"Untung saja rumah ku
tidak terbakar. Hahaha," ucapnya sambil tertawa.
Ia masih sempat tertawa?
Padahal aku sangat mengkhawatirkannya setengah mati!
"Kau ingin minum
apa?" Tawarnya.
"Tidak usah
repot-repot,"
"Oh, apa aku
membuatmu khawatir? Mian, hanya kau yang bisa ku hubungi. Aku sangat panik
tadi," sesalnya.
"Tidak apa-apa,"
aku menepuk pundaknya pelan, "File ayah ku mana?"
"Oh iya, aku sampai
lupa," ia lalu berjalan mengambil file ayah ku di dalam ruang kerja
ayahnya, "Ini,"
"Gomawo," ucapku
sambil mengambil file ayah ku dari tangannya.
"Aku lapar,"
gumamnya pelan.
Aku tertawa kecil
mendengarnya, "Makan malam di rumah ku saja, mau?"
Ia tersenyum sambil
mengangguk.
.
"Makan yang banyak ya
Myungsoo," ucap ibu ku sambil tersenyum. Lalu meletakkan berbagai macam masakan
di atas meja makan. Ibu ku memasak makanan sangat banyak, karena Myungsoo
datang untuk makan malam bersama di rumah ku.
Saat aku menceritakan pada
ibu kalau Myungsoo habis terkena musibah kecil (kompornya meledak), wajahnya
langsung berubah menjadi khawatir. Ibu ku memang sudah menganggap Myungsoo
seperti anaknya sendiri. Jadi ia memasak makanan yang banyak untuk menyambut
kedatangan Myungsoo.
"File ayah sudah kamu
letakkan di ruang kerja ayah kan, Suzy?" Tanya ayah pada ku.
Aku mengangguk, lalu
melahap lagi makanan ku.
Malam ini suasana makan
malam sangat berbeda. Tentu saja karena kedatangan Myungsoo di rumah ku. Ibu ku
tak henti-hentinya mengajak Myungsoo mengobrol. Dan Myungsoo hanya menjawab
seadanya sambil tersenyum. Ayah ku juga selalu bertanya tentang keadaan orang
tua Myungsoo. Aku cuma bisa diam mendengar percakapan mereka. Hah~ Hal ini lah
yang membuatku tidak bisa berada di dekat Myungsoo. Tapi aku senang bisa
melihat pria yang aku sukai di dekat ku seperti saat ini. Aku merasa, kami
sudah seperti keluarga saja...
***
"Kalian tidak
jalan-jalan?" Tanya ibu ku.
Pagi ini aku dan Myungsoo
secara tidak sengaja bisa terbangun bersamaan. Lalu kami berdua duduk di depan
tv. Myungsoo semalam menginap di rumah ku, ia tidur di kamar ayah. Ayah yang
mengalah jadi tidur di kamar ibu, setelah aku besar ibu dan ayah kan tidak
pernah tidur satu kamar. Tapi karena ada Myungsoo, mereka jadi tidur bersama.
Dan aku? Aku tidur di kamar ku sendiri! Myungsoo hanya menginap untuk semalam,
itu juga gara-gara desakan ibu yang terus memaksa Myungsoo untuk menginap. Ibu
ku khawatir kalau nanti Myungsoo mengalami kecelakaan kecil lagi di rumahnya.
Tapi ia mengatakan kalau nanti siang akan kembali ke rumahnya. Itu membuat ku
sedih.
"Tidak bu,
aku..."
Aku belum menyelesaikan
ucapanku, Myungsoo langsung manarik tanganku seraya bangkit, "Kami akan
jalan-jalan," ucapnya cepat. Lalu ia menarik tanganku keluar rumah.
Saat sudah berada di luar
rumah...
"Kenapa kau mengajak
ku jalan-jalan!" Protesku, "Hari minggu kan hari bebas ku. Mana pagi
begini udaranya sangat dingin..." Ucapku sambil menusap-usap kedua telapak
tanganku karena kedinginan. Tapi tiba-tiba saja aku merasakan ada seseorang
yang meletakkan sesuatu di punggungku. Ya, Myungsoo melepas jaketnya dan
memakaikannya ke punggungku. Deg! Jantungku berdetak kencang. Rasa bahagia
langsung menyelimutiku. Rasa hangat karena perhatian Myungsoo dan jaketnya
membuatku melupakan rasa dingin udara pagi ini.
Kami lalu kembali berjalan-jalan.
.
"Tolong kau antarkan
makanan ini untuk Myungsoo ya, Suzy?" Ucap ibu ku sambil mengemas makanan
yang ia masak ke dalam kotak makan milikku.
"Ne,"
Selesai makanan itu di
kimas oleh ibu ku, aku pun membawanya ke rumah Myungsoo.
Sesampainya di sana...
"Ya ampun, jadi
merepotkan..."
"Tidak, ibu ku dengan
senang hati memasakannya untuk mu,"
"Boleh ku
makan?"
"Ya, silahkan."
Ia membuka kotak makanan
yang aku bawa, "Wah, ibu mu memang paling tau makanan ke sukaan ku,"
ucapnya senang. Lalu mengambil sumpit untuk memakannya.
Kini kami berada di ruang
tengah rumah Myungsoo. Dan siang ini aku menemani Myungsoo makan. Suasana
berduaan seperti ini seperti seorang istri yang menemani suaminya makan. Aku
lalu memperhatikan wajah Myungsoo saat sedang makan secara ditail. Dia sangat tampan!!! Rasanya aku ingin
berteriak histeris, tapi itu sama saja aku mempermalukan diriku sendiri di
hadapannya.
"Kau tidak
makan?" Tanyanya.
"Sebelum ke sini
membawakan mu makanan, aku sudah makan."
"Oh..." Jawabnya
singkat.
Ia kembali menyantap
makanan dengan lahap.
.
"Aku pulang..."
"Kenapa sore begini
baru pulang, Suzy!" Ucap ibu cemas.
Aku berjalan menuju dapur
lalu meletakkan kotak makanan yang telah kosong.
"Aku dari rumah
Myungsoo bu,"
"Kenapa lama
sekali!"
"Kita main dulu
tadi,"
Ibu hanya diam. Aku lantas
pergi meninggalkan ibu. Aku berjalan menuju kamar ku.
"Haaah," aku
menghempaskan tubuhku sendiri ke atas tempat tidur.
"Capeknya..."
Gumamku pelan. Lalu aku menutup kedua mata ku. Dan tak lama, aku pun tertidur
pulas.
***
Dddrrrttt Dddrrrttt
Ponsel ku bergetar tanda ada pesan masuk.
"Eughh," aku mencoba membuka kedua kelopak mata ku yang berat.
Lalu aku mengambil ponsel ku, dan melihat jam yang tertera di sana. Jam enam
pagi? Aku tersentak kaget. "Sekolah!!!" Aku langsung bangkit, dan
bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Setelah aku siap, aku mengambil roti di atas meja makan, "Bu, aku
berangkat!!!" Teriakku terburu-buru.
Saat aku sudah berada di ambang pintu, ibu ku memanggil ku,
"Suzy?"
"Aku sudah terlambat bu,"
"Bukannya sekarang tanggal merah?"
Tanggal merah? Aku menghampiri kalender yang berada di ruang tengah.
Benar! Sekarang tanggal merah. Bodohnya aku, senin ini ada hari raya penting di
seluruh Korea.
Ibu menghampiriku, "Cepat ganti baju mu, lalu sarapan," ucapnya
sambil menuntunku kembali ke kamar ku.
Kini aku sudah berada di dalam kamar ku, dan ibu ku sudah kembali ke
dalam dapur. Menemani ayah ku sarapan pagi.
Aku mengambil ponsel ku yang aku letakkan begitu saja di atas tempat
tidur karena tadi aku sedang terburu-buru. Lalu melihat pesan yang masuk,
Myungsoo? Ternyata pria itu yang mengirim ku pesan.
"Suzy, bisa kah kau ke rumah ku pagi ini? Aku
butuh sedikit bantuan mu," isi pesannya.
Selesai membaca pesan dari Myungsoo, aku mengganti seragam ku dengan
baju santai ku. Dan bergegas pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi, karena
ayah dan ibu ku sudah menunggu.
.
"Apa ini lucu?"
"Iya lucu,"
"Ayo, selanjutnya kita cari di sebelah sana," Myungsoo menarik
tanganku. Lalu kami berjalan ketempat yang ia tunjuk, dan kami melihat-lihat
aksesoris wanita yang lucu di tempat itu. Ya, kami sekarang berada di sebuah
mall. Dari pagi sampai saat ini, aku membantu Myungsoo menyiapkan sesuatu. Dan
Myungsoo mengajakku ke mall untuk memilihkan aksesoris wanita. Aku sempat
bingung, tapi ia langsung menjelaskan kalau saudaranya yang di luar negeri akan
datang bersama kedua orang tuanya ke Korea. Jadi ia ingin menyiapkan segala
sesuatunya untuk menyambut saudaranya yang akan tiba dua hari lagi.
Setelah selesai memilih aksesoris, Myungsoo mengajakku makan ke tempat
ia biasa makan bersama teman-temannya di mall ini.
"Kau mau makan apa?" Tanyanya sambil melihat menu makananan
yang ada di restoran yang kami datangi sekarang.
"Aku sama seperti mu saja,"
"Baiklah," ucapnya sambil menulis di kertas pesanan,
"Ini," ia menyerahkan kertas pada pelayan yang sudah berdiri di
sebelah Myungsoo menunggu pesanan kami. Pelayan itu menerima kertas pesanan
yang di serahkan Myungsoo, pelayan itu pun membungkukkan badannya dan lantas
pergi.
"Terima kasih ya, kau sudah mau menemaniku mencari aksesoris
ini,"
"Iya," jawabku singkat, "Oh iya, saudara mu itu memangnya
sudah berumur berapa? Kenapa kau membelikan aksesoris sebagai hadiah ulang
tahunnya?" Tanya ku.
Myungsoo memang membeli aksesoris sebagai kado ulang tahun untuk saudara
perempuannya.
"Dia seumuran dengan kita," jawab Myungsoo sambil tertawa
kecil.
"Apa di sana tidak ada yang jual aksesoris?"
"Pasti ada... Tapi kan tetap saja berbeda. Karena ini dari
Korea,"
"Hahaha iya,"
Akhirnya, sudah 10 menit kami menunggu pesanan kami pun datang. Aku
sempat terkejut melihat jumlah makanan yang di bawa oleh pelayan itu. Makanan
yang di pesan Myungsoo lumayan banyak. Mungkin bisa untuk lima orang! Tapi
Myungsoo hanya terkekeh saat melihat reaksi terkejutku.
.
"Kau dari mana?"
"Aku dari rumah Myungsoo yah,"
"Dari pagi sampai sore begini kamu main ke rumah Myungsoo?!"
Tanya ayah ku curiga.
"Aku membantunya mempersiapkan segala sesuatu Myungsoo yah.
Saudaranya akan datang ke rumahnya bersama kedua orang tuanya,"
"Oh, begitu..."
"Sudah dulu ya, yah. Aku ingin mandi," ucapku. Lalu aku pergi
meninggalkan ayah ku. Setibanya di depan pintu kamar ku, aku mendengar suara
jeritan ibu ku dari dapur. Sontak ayah dan aku berlari menghampiri ibu.
"Ada apa?" Aku dan ayah bertanya bersamaan.
"Yah, kita bicara sebentar," ucap ibu ku sambil menarik ayah
masuk ke dalam ruang kerjanya. Wajah ibu ku terlihat sangat panik.
"Ada apa sebenarnya?" Gumam ku sambil melihat pintu ruang
kerja ayah ku yang di tutup oleh ibu dari dalam.
Aku ingin tau, sebenarnya apa yang membuat ibu seperti itu. Ada apa di
dapur?
Aku pun melangkah menghampiri pintu, dan mencoba mendengarkan obrolan
ibu pada ayah di dalam.
"Ada apa bu?"
"Ini, aku menemukannya di bawah meja."
"Surat?"
"Aku lupa memberitahu mu, kalau dua hari lagi
keluarga Myungsoo akan pindah,"
Pindah? Dua hari lagi? Bukannya dua hari lagi orang tua dan saudara
Myungsoo datang?
Aku tidak mau lagi mendengarkan obrolan ibu di dalam, dadaku tiba-tiba
terasa sesak. Tangis yang ku tahan sampai dalam kamar, akhirnya tumpah
membasahi kedua pipi ku.
Aku tidak ingin Myungsoo pindah. Tapi mengapa pria itu tidak
menceritakan padaku soal kepindahannya! Apa karena aku hanya di anggap temannya
saja? Hati ku sakit. Aku tidak mengira Myungsoo akan pindah.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu kamar ku dari luar.
"Suzy... Ibu mau bicara," teriak ibu dari luar sambil mengetuk
pintuku pelan.
Aku mencoba membuat suara ku terdengar baik-baik saja, "Aku mandi
dulu bu," teriak ku dari dalam. Lalu berlari kecil memasuki kamar mandi
ku. Di dalam kamar mandi aku menangis sejadi-jadinya sambil memukul dadaku yang
terasa sesak.
Puas menangis di dalam kamar mandi, aku pun berbaring di atas tempat
tidur ku. Aku tidak ingin orang tua ku melihat mata ku yang sembab karena
menangis, dan aku tau mereka pasti akan bertanya hal yang macam-macam. Apa lagi
aku tidak ingin mendengarkan pembicaraan ibu, ia pasti mau membahas kepindahan
Myungsoo.
***
Pagi ini aku sarapan dengan malas-malasan. Ayah dan ibu yang
memperhatikan ku dengan cemas, selalu menanyakan keadaan ku. Bahkan ibu sempat
menyuruh ku untuk tidak sekolah hari ini. Tapi aku berusaha meyakinkan kedua
orang tua ku kalau aku baik-baik saja. Biarpun sebenarnya aku memang sedang
tidak napsu makan.
Selesai sarapan, aku pun pergi ke sekolah. Sepanjang perjalanan sekolah
aku melamun. Melamunin siapa lagi kalau bukan Myungsoo! Pikiran ku di penuhi
oleh Myungsoo. Aku selalu menganggap Myungsoo itu lebih dari sekedar teman
maupun keluarga. Aku sangat menyukainya. Tapi tau ia akan pindah, membuat hati
ku hancur. Apa lagi pria itu tidak menceritakan apapun pada ku. 'Dua hari lagi'
kemarin di obrolan ibu, ibu mengatakan begitu pada ayah. Berarti, Myungsoo akan
pindah besok...
"Suzy?"
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggilku dari belakang,
sontak aku menoleh ke arahnya.
"Myungsoo?"
Ia berlari menghampiriku sambil tersenyum, "Kita berangkat sekolah
bareng ya?"
Aku mengangguk.
Lalu kami berjalan bersama menuju sekolah. Selama perjalanan menuju
sekolah kami lebih banyak diam, tidak banyak mengobrol. Dan aku sama sekali
tidak membahas soal kepindahannya. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya,
sekedar untuk memastikan. Karena pada saat itu aku menguping pembicaraan ibu
tidak sampai selesai.
Tak terasa akhirnya kami tiba di sekolah.
"Sampai ketemu," ucap Myungsoo, saat akan masuk ke dalam
kelasnya. Tapi aku langsung menahan lengannya.
"Bisa... kita bicara sebentar... sepulang sekolah nanti?"
Tanya ku gugup. Aku berusaha keras menahan debaran jantungku.
Myungsoo pun mengangguk sambil tersenyum menjawab pertanyaan ku. Membuat
jantung ku semakin berdetak kencang.
.
"Sebenarnya kau ingin membicarakan apa?"
Aku terdiam sesaat untuk memikirkan mulai dari mana aku akan bicara.
"Suzy? Sebenarnya kau ingin membicarakan apa?" Tanya Myungsoo
lagi.
Aku sebenarnya ingin bertanya soal kepindahannya. Tapi aku ragu, kalau
ia bertanya 'Bagaimana kau tau?' Itu membuatku tambah bingung untuk
menjawabnya. Tidak mungkin aku bilang, 'Aku menguping pembicaraan ibu ku di
ruang kerja ayah'. Mau di kata gadis macam apa aku ini, menguping pembicaraan
orang tua!
Sudah 10 menit kami berdiri di depan rumah Myungsoo. Sepulang sekolah
tadi sebenarnya Myungsoo sudah menunggu apa yang mau aku bicarakan, tapi aku
memintanya bicara saat tiba di depan rumahnya. Dan sekarang kami sudah berada
di depan rumah Myungsoo, tapi aku tak kunjung berbicara. Aku benar-benar ragu.
"Kalau tidak jadi bicara, bilang saja!" Ucap Myungsoo kesal.
"Ba-baiklah,"
Aku menghela napas, "Kau... Akan pindah?" Tanya ku hati-hati.
Ia membulatkan matanya terkejut, "Kau tau dari mana?"
Benar kan!
"Aku..."
Aku belum selesai bicara, Myungsoo langsung memotong, "Pasti dari
ibu mu,"
"Mwo?"
"Ibu ku bilang, ia sudah mengirim surat ke rumah mu,"
Aku masih ingat pembicaraan ibu, dan obrolan ibu memang membahas soal
surat yang ia temukan di bawah meja.
"Dan, keluarga ku akan pindah," lanjutnya.
"Kenapa kau tidak menceritakannya padaku! Biarpun kau hanya anggap
aku sebagai teman! Tapi tidak bisa bagi mu bercerita pada ku, kalau kau akan
pindah?! Kita sudah berteman dari kecil Myungsoo..." Cerocos ku sambil
memukul pundaknya pelan. Tak ku sangka air mata ku pun sampai keluar.
"Kau ini kenapa, Suzy?" Myungsoo tampak bingung, dan berusaha
menghentikan tangan ku yang terus memukul pundaknya sambil menangis. Karena
tidak tahan dengan sikap ku, Myungsoo menarik tangan ku lalu mengecup bibirku
sekilas. Aku sontak terkejut, dan menatapnya.
"Dengar, yang pindah itu keluarga ku. Aku tidak. Apa ibu mu belum
bicara pada mu? Aku akan menginap di rumah mu, Suzy. Kita akan terus bersama.
Dan saudara ku yang akan menempatkan rumah ku, sedangkan ibu dan ayah ku pindah
ke rumah saudara ku itu di luar negeri. Mengurus pekerjaan, mereka bertukar
urusan bisnis. Jadi orang tua ku menitipkan aku pada orang tua mu untuk
sementara. Mengerti? Sekarang, berhenti memukul pundak ku!"
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan Myungsoo. Namun di hati ku ada
rasa bahagia, karena baru saja Myungsoo mencium bibir ku. Dan itu ciuman
pertama ku!
"Kalau kau tak percaya, kau lebih baik dengar sendiri dari ibu mu,"
"Tidak, aku percaya pada mu," ucapku sambil tersenyum.
"Kalau begitu, jangan menangis dan merasa takut kehilangan ku lagi.
Karena aku akan selalu di sampingmu," ia lalu menghapus sisa-sisa air mata
yang ada di pipiku.
***
"Myungsoo, Suzy, ibu sama ayah pergi dulu ya,"
"Ne," jawab aku dan Myungsoo bersamaan. Kemudian ibu dan ayah
ku pun pergi.
Kini hanya aku dan Myungsoo hanya tinggal berdua. Aku sangat senang
karena Myungsoo tinggal di rumah ku. Kami jadi lebih sering bertemu.
"Aku mau meletakkan ini dulu," ucapnya, lalu berjalan masuk ke
dalam kamar ayah untuk meletakan tasnya.
"Apa aku bantu merapikan?" Tanya ku. Karena sepulang sekolah
tadi, aku membantunya merapikan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah ku.
Dan tadi, di rumah Myungsoo ada saudara dan kedua orang tua Myungsoo yang
menyambut ku ramah. Saudaranya yang dari luar negeri itu ternyata memiliki anak
yang seumuran dengan ku. Jadi mulai hari ini dan seterusnya, Myungsoo akan
tinggal bersama di rumah ku.
"Myungsoo?" Panggil ku sambil masuk ke dalam kamar ayah yang
sekarang sampe seterusnya selama ia tinggal di rumah ku akan menjadi kamarnya,
"Apa mau aku bantu merapikan?"
Myungsoo yang sedang sibuk merapikan pakaiannya ke dalam lemari ayah
yang telah kosong, hanya menganggukan kepalanya.
Aku berjalan menghampiri tasnya yang ia letakan di atas tempat tidur,
lalu mengambil beberapa pakaian Myungsoo yang masih ada di dalam tasnya. Saat
aku mengangkat beberapa pakaian Myungsoo, tiba-tiba saja ada sesuatu yang
terjatuh. Aku meletakkan kembali pakaian itu ke dalam tas, dan mengambil
sesuatu yang jatuh itu. Foto? Ternyata yang terjatuh itu foto. Dan foto itu...
Foto ku!
Myungsoo yang tersadar kalau aku sedang melihat foto yang ada di dalam
tasnya langsung merebutnya dari tangan ku.
"Itu..."
Aku tidak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa menatap Myungsoo gugup.
Tampak kalau Myungsoo juga gugup.
Kami sama-sama diam untuk beberapa saat, sampai akhirnya Myungsoo
menarik tangan ku keluar dari kamar.
"Su-suzy, ada yang ingin aku sampaikan padamu," ucapnya gugup.
Aku yang gugup hanya diam menatapnya, dan menunggu apa yang mau Myungsoo
kata kan.
"Aku dari dulu menyukaimu,"
Deg! Jantung ku berdetak kencang. Wajahku terasa akan memerah sekarang.
Malu, senang, bahagia, semuanya jadi satu.
"Suzy?" Ia menggenggam erat tangan ku, "Aku mencintaimu.
Aku ingin terus mencintaimu untuk selamanya, jadi lah pacar ku. Ya?"
Jantung ku berdetak kencang, aku tidak menyangka selama ini Myungsoo
juga menyukaiku dan hari ini menyatakan cintanya pada ku. Aku sangat gugup,
bahkan tangan ku terasa sudah berkeringat dingin. Tapi ia terus menggenggam
tangan ku sambil terus menatapku, menunggu jawaban dari ku. Aku tidak bisa
bicara apapun, jadi aku menganggukkan kepala menjawab ucapan Myungsoo.
Ia tertawa kecil, lalu memelukku erat, "Gomawo," bisiknya.
Aku membalas pelukkannya. Rasa bahagia langsung memenuhi ruang hati ku.
Pria yang selama ini aku sukai, kini menjadi pacar ku. Dan kami akan saling
mencintai untuk selamanya...
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar