Minggu, 16 Juni 2013

[My FF] A Were Dog Boy

Title: A Were Dog Boy
Author: Anita
Genre: Romance
Length: Oneshot
Main cast:
-          Byun Ji Young
-          Tao (EXO-M)
Rating: NC-21
Attention! Fanfiction is not for child. And, this is my fanfiction. Please comment. Happy reading…


******


“Ji Young, maaf… Aku sudah di jemput Taemin. Hari ini kita gak pulang bareng, kamu gak marah kan?”
“Iya, gak apa-apa,”
“Baiklah! Sampai jumpa…!”
“Iya, sampai jumpa…!” aku melambaikan tanganku pada Na Eun yang sudah berlari menghampiri Taemin.
Aku menghela napas.
“Aku pulang sendirian lagi,” gumamku.
Hari ini aku pulang sendirian lagi. Semenjak berpacaran dengan Taemin, aku jarang sekali bisa pulang bareng Na Eun. Padahal rumahku dengan Na Eun searah, tapi Taemin tidak pernah mengajakku bareng. Na Eun pernah mengajakku, tapi Taemin mau pulang berduaan saja dengan Na Eun. Dasar!
Na Eun pernah menyarankan aku untuk mencari pacar, tapi tidak ada cowok yang menyatakan cintanya padaku sampai detik ini. Sebenarnya, aku juga ingin sekali memiliki pacar. Bergandengan tangan, berpelukan, dan tentu saja…berciuman.
“Gok! Gok!”
Suara anjing itu menyadarkan lamunanku. Lalu aku mencari suara anak anjing itu. Dan, Ketemu! Dia lagi bersembunyi di semak-semak rumput. Aku bisa melihat anjing itu, dia memiliki bulu putih yang bersih dan matanya berwarna cokelat.
Kuhampiri lalu mengambilnya. Aku akan membawanya dan memeliharanya!
“Aku akan memberimu nama Cheol Soo! Biar seperti nama serigala di film A Were Wolf Boy,” kataku pada Cheol Soo.
Namun anjing itu hanya terpaku menatapku.
“Aku pulang…”
Sesampainya di rumah, aku langsung membawanya masuk ke dalam kamar. Aku gak mau ibu tau.
“Cheol Soo… Kamu tunggu dulu di sini, jangan berisik. Nanti ibu bisa tau. Aku akan mengambilkan susu untukmu. Jangan kotorin tempat tidurku ya…? mengerti?” kataku. Lalu aku meletakan Cheol Soo di atas tempat tidurku.
Cheol Soo anjing yang penurut. Saat berbicara dengannya, dia seperti mengerti apa yang kukatakan.
“Ibu… Susu dimana?” teriakku dari dapur.
“Ada di kulkas…!” teriak ibu dari dalam kamarnya.
“Yang gak dingin, gak ada?”
“Gak ada…”
“Baiklah.”
Aku mengambil susu itu dan menuangnya di mangkok. Lalu aku berjalan menuju kamar. Kuletakan semangkok susu di lantai.
“Minum ini Cheol Soo…”
Dia menghampiri mangkok yang kuletakan di lantai, dan meminumnya.
Aku berjalan menuju lemari untuk berganti pakaian. Kulihat Cheol Soo sedang menatapku.
“Ada apa?” kataku menghampirinya dan mengelus-elus kepalanya.

******

Setiap aku masuk kamar, Cheol Soo langsung berlari dan menghampiriku. Cheol Soo seakan sudah tau kalau yang masuk itu adalah aku. Saat aku keluar kamar, Cheol Soo selalu bersembunyi di bawah tempat tidur. Mungkin untuk berjaga-jaga kalau ada yang masuk, biar tidak ketauan oleh ibuku!
Sekarang aku jadi memiliki teman di rumah, karena selama ini aku hanya tinggal berdua bersama ibuku. Ayahku sudah meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit TBC, aku anak satu-satunya di keluarga yang sederhana ini.
“Ayo kita mandi…!” kataku sambil menggendongnya.
Aku menurunkan Cheol Soo untuk melepas bajuku sebelum mandi. Cheol Soo selalu menemaniku saat tidur, belajar, bahkan saat mandi.
Aku sudah neked. Saat berbalik badan, kulihat Cheol Soo sedang menatapku.
“Ada apa?” kataku sambil mengelus-elus kepalanya.
Saat Cheol Soo menatapku, ada perasaan tidak nyaman.
“Kita sudah selesai…” kataku sambil menghandukan seluruh tubuhnya.
Cheol Soo tidak seperti anjing kebanyakan yang tidak suka di suruh mandi.
“Selesai!” kataku sambil mengelus-elus kepala Cheol Soo.
Setelah selesai menghandukan Cheol Soo, aku berjalan menuju lemari pakaian. Aku mau mengambil baju tidurku untuk memakainya.
Saat akan membuka handuk yang terlilit di tubuhku, aku melihat Cheol Soo sedang menatapku. Entah kenapa, aku benar-benar merasa tidak nyaman saat Cheol Soo menatapku.
“Cheol Soo, tunggu di sini ya!”
Aku mengambil baju tidurku, dan berjalan menuju kamar mandi. Aku memakai baju di dalam kamar mandi saja!
Setelah selesai memakai baju tidurku, aku berjalan menghampiri Cheol Soo dan membawanya ke tempat tidur.
“Sekarang kita tidur…!”
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur dan kuletakan Cheol Soo di atas perutku.
“Cheol Soo, apa kamu ini anjing sungguhan?” tanyaku ngawur. Tapi Cheol Soo hanya menatapku.
Aku menghela napas pelan.
“Kamu anjing jantan yang tampan Cheol Soo…!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya. Lalu Cheol Soo mengendus-endus baju tidurku. Endusannya ke dadaku, tepat di nippleku.
“Ahhh…” desahku pelan saat Cheol Soo mengendus dan menjilati nippleku dari balik baju tidurku.
Aku biarkan Cheol Soo terus mengendus dan menjilati nippleku. Entah kenapa, aku menikmati endusan dan jilatan Cheol Soo yang membuatku tertidur pulas.

******

Tok! Tok!
“Ji Young…” terdengar seseorang memanggil namaku sambil mengetuk pintu kamarku dari luar.
“Ji Young…”
Itu suara ibu! Sontak aku terbangun dan mencari-cari Cheol Soo. Tapi ternyata Cheol Soo sudah bersembunyi di bawah tempat tidurku.
“Cheol Soo, sini!”
Cheol Soo keluar dan menghampiriku dengan ragu-ragu. Lalu aku berlari ke kamar mandi sambil menggendong Cheol Soo.
“Cheol Soo, kamu tunggu di sini dulu ya sebentar.” Kataku pada Cheol Soo. Cheol Soo hanya menatapku.
“Iya bu…! Tunggu…!” teriakku dari dalam kamar mandi.
Aku buru-buru keluar kamar.
“Ada apa bu?” kataku sambil menutup pintu kamar.
“Ada Na Eun…”
“Na Eun?”
Aku langsung berlari keluar rumah dengan rambut yang masih berantakan karena aku lupa menyisir rambutku.
“Na Eun?” panggilku, yang langsung mengejutkannya.
“Ji Young?”
“Ada apa?”
“Aku mau mengajakmu pergi. Tapi kamu…” dia menghentikan kalimatnya, dan langsung memperhatikanku dari atas sampai bawah.
“Kamu baru bangun tidur ya?” lanjutnya.
“Iya…”
“Jorok!” bentaknya.
“O iya, nanti malam kan malam minggu… aku mau pergi dengan Taemin Oppa. Aku mau minta tolong padamu untuk menemaniku ke toko baju, aku mau membeli baju untuk kupakai ke kencanku nanti malam.” Lanjutnya panjang lebar.
“Aku tidak bisa,” jawabku malas.
“Wae?”
“Nanti malam aku juga ada kencan.”
“Kencan dengan siapa?” tanyanya penasaran.
“Dengan anjingku, Cheol Soo!” sahutku tanpa menoleh. Lalu aku pergi, berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Na Eun.
“Ya! Byun Ji Young!”
Na Eun berteriak memanggilku. Sepertinya dia marah! Tapi aku tidak memperdulikannya. Aku tetap berjalan masuk ke dalam rumah, dan aku ingin melanjutkan tidurku.
Sesampainya di dalam kamar, aku berjalan ke kamar mandi.
“Cheol Soo…!” panggilku pelan sambil membuka pintu kamar mandi. Lalu Cheol Soo berlari menghampiriku.
“Apa aku lama?” tanyaku sambil mengelus-elus kepalanya.

******

Aku menguap keras membuat Cheol Soo yang berada di sampingku terkejut dan menatapku.
“Ada apa?” tanyaku sambil tertawa melihat Cheol Soo.
“Aku bosan, kita jalan-jalan ayo!” ajakku.
Aku beranjak dari meja belajar dan menggendong Cheol Soo keluar kamar. Aku berjalan mengendap-endap agar tidak ketauan oleh ibu, saat aku melirik jam dinding ternyata sudah jam sembilan malam. Ibu pasti ada di dalam kamar!
“Sekarang kamu turun ya?” kataku sambil menurunkan Cheol Soo. Sekarang aku tidak perlu berjalan mengendap-endap karena kami sudah berada di luar rumah.
“Mungkin sekarang Na Eun lagi jalan berdua,” gumamku.
Aku menghela napas panjang. Udara malam sangat menyejukan.
“Ayo!” ajakku pada Cheol Soo. Aku tidak mengikatkan tali pada leher Cheol Soo karena aku tau anjing itu tidak akan kabur dan jauh dariku.
Tiba-tiba langkahku terhenti melihat Cheol Soo yang ada di depanku sedang mengendus-endus batu hitam yang ada di hadapannya.
“Cheol Soo, jangan…!” kataku untuk menghentikan perbuatan Cheol Soo yang menurutku itu jorok.
Tapi Cheol Soo terus mengendus-endus batu itu seperti ada sesuatu di batu itu. Lalu aku mengambil batu itu dan tentu saja Cheol Soo terus berusaha mengendus-endus batu itu yang sekarang berada di tanganku.
Saat aku berdiri dan ingin membuangnya, Cheol Soo menggigit celanaku. Mungkin dia ingin mengatakan kalau batu itu jangan di buang.
“Ada apa dengan batu ini?” tanyaku pada Cheol Soo, tapi Cheol Soo terus menggigit celanaku.
Aku berjongkok dan menatap Cheol Soo.
“Apa kamu suka batu ini?” tanyaku.
“Gok! Gok!”
Apa itu tandanya iya?
“Baiklah! Sekarang kita pulang saja kalau begitu.” kataku sambil menggendong Cheol Soo.
Saat menggendong Cheol Soo, batu yang aku genggam terus di endus-endus oleh Cheol Soo. Aku merasa ada yang aneh pada batu itu. Tapi entah kenapa, Cheol Soo sepertinya menyukai batu itu. Sepanjang perjalanan pulang, aku memperhatikan batu yang aku genggam. Batunya berwarna hitam mengkilap seperti bukan batu biasa.
Sesampainya di dalam kamar, aku meletakan Cheol Soo dan batu itu di atas tempat tidur. Lalu aku berjalan menghampiri jendela kamarku untuk membukanya. Saat jendela kamarku terbuka, tiba-tiba ada cahaya terang menyilaukan masuk ke dalam kamarku.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” jeritku histeris.
Tiba-tiba cahaya terang menyilaukan itu sudah menghilang. Lalu, aku melihat ada sesuatu di depanku. Ada seorang anak cowok yang berbaring di atas tempat tidurku. Dengan ragu-ragu dan rasa takut, aku mencoba mendekati anak cowok itu. Wajahnya tampan, matanya cokelat, dan dia menggunakan baju berbulu-bulu putih. Ah, anjingku! aku tersentak seketika.
“Cheol Soo!!!” aku menjerit lagi tapi langsung berhenti karena bibirku sudah dibungkam oleh bibirnya. Jantungku berdetak kencang.
Ia melepas bibirnya dan langsung menatapku. Aku masih merasa terkejut karena kejadian barusan. Cahaya? Cheol Soo? Kejadian ini membuat tubuhku tidak bisa bergerak.
“Jangan terkejut seperti itu.” bisiknya.
Apa dia benar anjingku? Dia manusia sungguhan?
“Jangan takut…” bisiknya lagi sambil tersenyum padaku.
“Si…Siapa kamu?” tanyaku gemetaran.
“Aku yang sering kamu panggil Cheol Soo, tidak ingat?” katanya sambil menatapku.
“Kenapa kamu bisa melupakan aku?” gumamnya sambil menghela napas pelan.
Aku menelan ludahku dengan tubuh yang gemetaran. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telingaku, dan berbisik “Apa kamu tidak ingat, saat kita mandi bersama? Aku paling suka saat-saat itu… hhhh” desahnya pelan, membuat sekujur tubuhku menjadi panas.
“Saat kita mandi bersama, aku bisa melihat tubuhmu…” dia menghembuskan napasnya dan terasa hangat di leherku, membuatku tubuhku semakin memanas.
“Saat aku mengendus nipplemu…” dia mencium leherku sampai membuatku mendongak.
“Aaahhh..” desahku pelan saat dia meremas payudaraku lembut. Tubuhku mulai menegang.
“Saat aku menjilati nipplemu… hhhh”
“Aaahhh…” jarinya memilin kedua nippleku dari balik luar bajuku dan membuatku mendesah.
“Saat kau ingin membuka bajumu, kamu benar-benar membuatku terangsang…” bisiknya, dia masih mencium leherku.
“Se…sebenarnya… Si… Siapa kamu?” tanyaku dengan susah payah.
“Mmmmm…” dia menghisap kulit leherku dan mencoba menyingkirkan rambutku yang ada di bahuku, lalu membuat kissmark.
“Huang Zi Tao. Tapi… kamu bisa memanggilku Tao saja…”
“Tao… Aaahhh…” desahku keras. Tangannya mengusap paha dan vaginaku.
Aku tidak bisa menghentikannya. Dan entah sejak kapan Tao berhasil membuka bajuku dan menurunkan tali bra ku sampai ke bawah payudaraku. Lalu dia mengendus-endus seperti anjing di kedua payudaraku. Endusannya membuatku bergairah.
Kulingkarkan lenganku ke lehernya, dan mengusap lembut rambutnya dengan jari-jariku.
“Tao… hhh..” aku mendesah saat bibirnya menjilati nippleku dan menyedotnya seperti bayi yang sedang menyusui.
“Uuughhh… sssssshhhh…” desisku pelan, aku merasakan kalau Tao menggigit pelan nippleku.
“Terima kasih… kau sudah membuatku menjadi manusia kembali… mmmmhhh…” katanya lalu melumuti nippleku lagi.
“Ba… bagaimana bisa…? aaahhh…” tangannya mengelus punggungku dan mencoba membuka tali bra belakangku.
“Aku sudah menjadi manusia, aku mau kamu jadi milikku!” bisiknya lalu menarik tanganku untuk lebih mendekat lalu mengangkat pinggangku dan melingkarkan kakiku pada pinggangnya.
“Kamu sudah basah…” bisiknya di telingaku. Dia mencoba menggodaku. Tapi dia benar, aku merasakan kalau celana dalamku sudah basah. Aku tidak menyangka kalau anjingku benar-benar seorang manusia.
“Ah!” dia membanting tubuhku ke atas tempat tidur dan menghimpitku.
Aku diam dan menatap matanya, dia juga diam dan menatap mataku.
Dengan perlahan, wajahnya mendekat ke wajahku. Aku memejamkan mata dan dia mencium bibirku dengan lembut. Bibirnya terasa manis. Bibirku diciumnya dengan pelan, lalu dilumutnya.
“Mmmmmhhh…” dia menghisap bibir atas dan bawahku secara bergantian. Mengulumnya dan menekannya lebih dalam.
Jari-jariku meremas pelan rambutnya. Ciumannya membuat dadaku bergesekan dengan dadanya. Aroma tubuhnya tercium olehku. Bibirku di buka dengan lidahnya, lalu lidahnya masuk ke dalam mulutku. Tangannya menahan tengkukku untuk memperdalam ciumannya. Entah kenapa, aku tidak merasa jijik. Padahal ini adalah ciuman pertamaku.
“Nnghhh…” lidahnya menjilati lidahku, mencampur saliva kami.
Tangannya bergerak turun mengusap perutku, pinggangku, dan pahaku. Lalu dia mengangkat kedua kakiku dan melingkarkan di pinggangnya.
“Uggghhh…” aku melepas ciumannya karena aku merasa ada sesuatu yang menerobos masuk ke vaginaku. Entah sejak kapan Tao berhasil melepas rok dan celana dalamku.  Aku benar-benar sudah neked sekarang.
“Maaf,” bisiknya di telingaku, lalu mengecup bahuku.
“Aagghhh..” aku meremas seprai tempat tidurku dengan kuat. Rasanya perih sampai membuat air mataku mengalir. Diusapnya air mataku dengan lembut.
“Aaahhh…” desahnya pelan. Juniornya sudah masuk seluruhnya ke dalam vaginaku.
“Sekarang kamu milikku nona Byun,”
“Uuugghhh…”aku membenamkan wajahku ke dadanya menahan rasa perih saat dia mulai bergerak. Tangannya memegang pinggangku, dan menarikku agar lebih rapat.
“Nghhh… aahh… aaahhh…” aku mulai mendesah. Ada rasa nikmat bercampur perih yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Kukecup tubuhnya dan mencium aroma tubuhnya. Lalu tanganku mengusap punggungnya lembut yang sudah basah karena keringat.
“Aaahhh… ssshhh…”
“Nghhh… aahh… aaahhh…” tubuhku terhentak-hentak karena gerakan cepat Tao memasukan juniornya ke vaginaku.
“Mmmmmhh…” Tao mencium bibirku sementara satu tangannya memilin nipple dan meremas payudaraku.
“Aaahhh… Uuughh… ngghhh… hhh…” gesekan juniornya di dinding vaginaku membuat vaginaku berkedut-kedut cepat.
“Ssshhh… mmmhhh…. aaahhhh….” desahnya. Aku suka mendengarnya mendesah. Terdengar sangat seksi bagiku.
“Ooooghhh… ssshhh… Ji… Young… ooogh…” Dia mempercepat genjotannya, memaju-mundurkan juniornya ke dalam vaginaku.
“Tao… aahh..!” hentakan kuat yang masuk ke vaginaku terasa telah menyentuh daerah dinding rahimku.
“Aaahhh… ssshhh… mmmhh..”
“ahhh… oooohhh… ssshh… ooohhh…”
“Tao… ssshhh… aaahh… leb…bihh… cep…at.. ahhh..”
Tao semakin mempercepat gerakannya sambil mencium bibir dan leherku.
“Aaahhh… aaahhh…” tubuhku bergoyang mengikuti gerakannya.
“Aaahhh… Aaahhh…”
“Tao… aaahhh… lebih… da…lam… ssshh…. aahh… ahhh…”
Tao memperdalam juniornya dan mempercepat genjotannya. Seperti ada sesuatu yang akan menembus dinding rahimku. Dan ruangan terasa panas padahal jendela kamarku terbuka. Tubuh kami sudah basah karena keringat.
Tao semakin kuat menghentakan juniornya ke dalam vaginaku, hingga ujung juniornya memerobos keras dinding rahimku. Vaginaku terasa semakin perih karena juniornya. Tubuhku melemas dan vaginaku mengeluarkan banyak cairan dan aku merasakan cairan hangat mengalir di rahimku. Itu spermanya Tao! Lalu dia mencium bibirku berkali-kali.
“Nghhh… Tao… aaahhh…” ciumannya turun ke belahan dadaku. Kulingkarkan kakiku ke pinggangnya dan memeluknya erat.
“Uuuughhh…” aku mendesah saat Tao mengulum nippleku dan menjilatnya seperti anjing.
“Mmmhhhh… aaahhh…” tanpa sadar aku menggerakan pinggulku, menggesek juniornya yang masih ada di dalam vaginaku dan membuat Tao mendesah.
“Ssshhh… ahhh..” desahnya saat mencoba mengeluarkan juniornya dari vaginaku.
Saat juniornya benar-benar sudah tidak ada di dalam vaginaku, dia membuka pahaku lebar lalu menunduk. Wajahnya mendekati vaginaku. Dia menjilati vaginaku dan membasahinya dengan saliva.
“Mmmmhhh…”
“Ssssshhhh… aaahhhh…” aku menggeliat kegelian karena lidahnya bermain-main  di vaginaku.
“Aaaahhhh…” desahku keras. Tao menjilat dan menghisap cairan yang keluar dari vaginaku tanpa ada rasa jijik sedikitpun.
“Tao… aaahhh…” Tao masih menjilati vaginaku, decakan bibirnya terdengar oleh ku.
“Oooohhhh….” aku merasa lidahnya mencoba masuk ke dalam lubang vaginaku.
“Ssssshhhh… ahhh… Tao…” aku hanya bisa mendesah. Tao menyedot kuat lubang vaginaku dengan lidahnya. Cairanku terus keluar. Tao masih menghisap lubang vaginaku dan menjilati cairanku yang terus keluar.
Jari-jariku mencoba mencari juniornya dan meremasnya. Tao mendesah keras karena perbuatanku.
“Apa kamu mau?” tanyanya sambil tersenyum padaku.
Lalu Tao mengubah posisi menjadi seperti angka 69. Tanpa ada rasa ragu, aku memegang juniornya dan mulai meremasnya. Kukulum juniornya sehingga membuatnya mendesah. Aku terus mengocok dan mengulum juniornya.
“Aaahhh… te…rus… Ji Young…” desahnya dengan mata yang terpejam.
“Sssshhh… Ahhh…” Tao mengerang keras sambil meremas pahaku pelan. Aku terus memasukan juniornya ke dalam mulutku, lalu kukulum naik-turun sambil mengocoknya.
“Aaaahh…. hhh…. te…rus… nghhh…” dia terus mendesah, sepertinya dia menikmati perbuatanku. Aku masih terus mengulumnya, juniornya sudah basah karena salivaku. Lalu aku mempercepat gerakanku.
“Ji… Young… ber…henti… aaahhh..” lalu aku menghentikan kegiatanku dan melepas juniornya dari mulutku.
Saat aku ingin berbalik badan, dia menahanku. Masih pada posisi 69, jari Tao masuk ke dalam lubang vaginaku. Memaju-mundurkan jarinya. Satu jari, dua jari, sekarang menjadi tiga jari.
“aaahh…” desahku keras karena vaginaku terasa perih. Tiga jarinya terus menusuk-nusuk masuk ke dalam lubang vaginaku, sehingga cairanku keluar dan membasahi jarinya.
“Ah…” dia mengeluarkan jarinya dari vaginaku. Lalu dia membalikan tubuhku dan merebahkan tubuhku di sampingnya. Aku memejamkan mata untuk mengatur napasku. Tao menarik selimut dan menutupi tubuhku.
“Aku sangat bahagia,” bisiknya di telingaku.
Aku membuka mataku lalu menatapnya. Aku menyentuh wajahnya dengan lembut.
“Cheol Soo…” gumamku pelan.
“Aku Tao bukan Cheol Soo,” jawabnya sambil tersenyum padaku.
“Aku sangat bahagia bisa menjadi manusia.” Lanjutnya. Lalu dia memelukku dari belakang sehingga tubuhnya menempel di punggungku.
Aku benar-benar sangat bahagia mendengarnya. Tapi… kalau Tao kembali seperti semula, mungkin aku tidak bisa bersama Tao lagi. Apa cahaya terang menyilaukan itu adalah bintang jatuh? Kalau aku memohon pada batu itu sekali lagi. Aku mohon… Tao akan selalu ada di dekatku seperti sekarang ini. Karena aku… sangat menyukainya.
“Ji Young…” panggilnya pelan.
Aku membalikan badanku lalu menatap matanya.
“Aku akan hidup seperti manusia, tolong ajari aku dan terus bersamaku.”
Tanganku menyentuh wajah Tao dengan lembut dan mulai menangis. Doaku pada batu itu, kini telah terkabul.


The End…


Ini FF NC-21 pertama Author. Bagaimana? Kurang hot ya? Maaf ya, soalnya saya belum pernah bercinta dengan Tao. #PLAK

Thanks for reading…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar