Author : Anita / @Anita_Febriany
Main Cast : YoonA
(SNSD), & Jonghyun (CN.BLUE)
Support Cast :
Krystal (F(X)), & Song Joong Ki
Genre : Romance,
Horror (maybe)
Lenght : Oneshot
Rating : PG 15
-----------------------------------
Kicauan burung terdengar merdu menyambut pagi. Dan matahari
yang terbit di ufuk timur, menghangatkan bumi. Ku buka jendela ruanganan ku
lebar-lebar, “Hah~ yeppuda,” ucapku pelan. Mataku terpana melihat keadaan di
luar sana, lalu ku hirup udara pagi yang masuk.
Aku sangat ingin
keluar dari sini...
Ku tutup kedua mataku, dan mengingat masa-masa indah di luar
sana. Berjalan dengan kedua kaki ku menuju kampus, berbelanja di mall,
mengobrol bersama dengan teman di cafe... Aku merindukan semuanya. Tapi
mengingat kejadian yang membuat kedua kaki ku cacat, aku merasa aku sudah mati.
Sudah sebulan aku di rumah sakit ini, namun kaki ku tak kunjung pulih. Tapi
kalau bukan dia yang selalu datang untuk menyemangati ku, aku mungkin akan
gantung diri. Tidak dapat menerima kenyataan ini!
***
“Eonni!!!” panggil seorang gadis dari depan ruangan ku
dengan nada cerianya yang seperti biasa.
“Oh, Krystal. Masuk lah,”
Lalu ia masuk dengan langkah ringan, “Igeo!” ucapnya lalu
menyerahkan sekeranjang bunga mawar padaku.
Aku pun tersenyum, dan mengambil keranjang yang ia serahkan,
“Gomawo,” ucapku. Lalu aku meletakan sekeranjang bunga mawar itu di atas meja
yang ada di sebelah tempat tidur ku.
Ia tersenyum, lalu ia duduk di sebelahku, “Eonni, apa kau
sudah baikkan?” tanyanya.
“Kaki ku masih sakit,” jawabku sambil tersenyum kecil.
“Jeongmal?” ia cemberut, “Mianhae, seharusnya aku tidak
meninggalkan eonni sendirian di rumah,” ucapnya sedih.
Aku pun buru-buru memeluknya, “Ani, ini bukan salah mu. Ini
salah ku sendiri yang tidak hati-hati,” ucapku sambil mengelus rambutnya
sayang.
Ia melepas pelukkan ku, lalu menatapku dengan tatapan sedih.
“Wae? Jangan memasang wajah seperti itu! kau membuat ku
benar-benar merasa bersalah sekarang,” aku mencubit pipinya pelan, itu
membuatnya tertawa kecil dan aku ikutan tertawa.
“Siang ini, kita jalan-jalan. Eotte?” tawarnya. Aku pun
berpikir sejenak, lalu menganggukan kepala sambil tersenyum.
***
“Eonni, kapan kau keluar dari rumah sakit ini?” tanyanya
sambil mendorong kursi roda ku.
“Molla,” jawabku singkat. Dan tiba-tiba saja langkahnya
terhenti, dan itu membuatku bingung. Saat aku akan menengok ke arahnya, ia
sudah duluan menghampirku dan berjongkok di hadapanku.
“Waeyo?” tanyaku, bingung.
“Ceritakan padaku, kenapa kau bisa berakhir seperti ini!”
desaknya.
“Kan aku sudah kirim email padamu, kalau aku mengalami
kecelakaan...” jawabku, saat aku akan mengelus kepalanya tiba-tiba ia berdiri
dengan ekspresi kesal.
“Aku tidak mau kembali ke jepang! Aku mau merawat kakak di
sini!”
Aku terkejut mendengar ucapannya, “Kau harus selesaikan
sekolah mu dulu Krystal... aku baik-baik saja, tenang lah...” ucapku sambil
menggenggam kedua tangannya.
Ia pun berjongkok lagi di hadapan ku dan menatap ku
khawatir, “Aku tidak mau kakak sendirian...”
“Aku baik-baik saja, dan aku memiliki teman di sini. Jangan
khawatir,” aku tersenyum sambil terus menggenggam kedua tangannya dengan erat.
Ia tersenyum, lalu memelukku. Aku membalas pelukkannya.
***
“Eonni, dia tampan. Pantas saja kau suka di rumah sakit
ini,” bisik Krystal menggoda ku. Aku pun menyenggolnya pelan, lalu ia tertawa.
“Keadaan mu sudah baikkan,” ucap dokter sambil tersenyum
padaku. Aku pun membalas senyumannya.
Saat sang dokter akan beranjak pergi, Krystal menahan
lengannya namun langsung di lepas, “Mi-mianhae,” ucapnya gugup, “Geundae...
Dokter namanya siapa?” tanyanya antusias.
“Song Joong Ki,” ucap dokter itu sambil tersenyum ke arah
Krystal, lalu ia pergi meninggalkan ruanganku.
Krystal yang masih berdiri di tempat, tersenyum kegirangan
dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Terlihat kalau wajah dan
telinganya mulai memerah.
“Krystal?” panggilku, ia sontak menengok ke arahku.
“Wae?” tanyanya.
“Kapan kau akan kembali ke jepang?”
“Besok pagi, aku pulang dengan penerbangan pertama karena
aku izinnya mau menjenguk kakak cuma dua hari,”
Aku menghela napas, “Baiklah, kau bisa kembali ke apartment
ku sekarang,”
“Aku akan menginap di sini, aku bisa tidur di sofa,” ucapnya
sambil tersenyum, lalu membantuku naik ke atas tempat tidur dan melipat kursi
roda ku.
“Gomawo,” aku membenarkan posisi dudukku, “Tapi ini sudah
sore, apa lagi di rumah sakit ini saat malam sangat mengerikan,” ucapku
menakut-nakutinya. Tapi ia malah tertawa kecil mendengar ucapan ku.
“Aku tidak takut sama yang namanya hantu!”
“Percaya diri sekali...” ucapku sambil berbaring di atas
tempat tidur, “Terserah kamu saja,”
Ia berjalan menghampiriku, “Eonni sudah mau tidur?”
“Ne,” jawabku singkat.
“Aku ingin bertemu teman mu di rumah sakit ini!” ucapnya
tiba-tiba.
“Dia suka ke ruangan ku, sekedar untuk mengajakku mengobrol
dan jalan-jalan ke taman belakang. Tapi hari ini sepertinya dia tidak datang,”
Lalu ia duduk di pinggiran tempat tidur ku, “Dia cewek atau
cowok? Berapa usianya? Dia kenapa bisa ada di rumah sakit ini? Dia sakit apa?”
tanyanya bertubi-tubi.
“Aku tidak tau dia sakit apa, dia hanya mengatakan kalau dia
di rawat di rumah sakit ini juga. Aku juga tidak tau dia di ruangan berapa, dan
dia cowok,”
“Cowok?” ia terkejut, “Apa dia tampan?” tanyanya lagi.
“Iya, dia sangat tampan,”
***
Terdengar suara pintu terbuka, Krystal yang tadinya akan
tidur di sofa langsung terbangun dan berjalan menghampiri pintu. Di bukanya
pintu ruanganku, lalu ia mengintip ke luar, “Tidak ada siapa-siapa,” gumamnya.
Ia tidak melihat siapa pun yang melintas di depan ruangan ku, apa lagi orang
yang sudah iseng membuka pintu.
Perlahan Krystal menutup pintu itu dengan perasaan takut,
sekujur tubuhnya merasa merinding.
Lalu ia berlari kecil menghampiri ku, “Eon? Eonni?” panggil
Krystal pelan, mencoba membangunkan aku.
Aku pun bangung, “Emm, Wae?” tanya ku dengan mata yang masih
terpejam.
“Ta-tadi ada yang membuka pintu,” ucap Krystal ketakutan.
“Emm, mungkin angin,”
“A-angin ba-bagaimana! Ti-tidak mungkin!”
“Sudahlah, kau tidur saja. Ini sudah malam,” aku menarik
selimutku, lalu menutup seluruh badan ku.
“Eonni! Aku takut...”
Aku tidak memperdulikan ucapan Krystal, dan melanjutkan
tidur ku. Krystal yang berdiri di sebelahku, lantas pergi menghampiri sofa.
Saat ia akan duduk di sofa itu, ia merasakan ada seseorang yang melindas di
depan ruangan ku. “Tenang krystal... itu pasti hanya suster atau dokter yang
lewat,” ucapnya, menenangkan diri sendiri. Lalu ia berbaring lagi di sofa, dan
mencoba memejamkan matanya. Tiba-tiba terdengar suara pintu ruanganku terbuka
perlahan, itu membuat Krystal semakin takut. Ia pun menarik selimut, dan
menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
“Kyaaaaa,” teriaknya. Ia bangun lalu melihat-lihat sekitar,
“Si-siapa yang menarik kakiku?” tanyanya pada diri sendiri. Lalu ia
melihat-lihat di sekitanya lagi. Tidak ada siapa-siapa.
Ruangan ku yang gelap karena lampunya di matikan, langsung
di nyalakan oleh Krystal. Ia mulai berjalan menghampiri pintu sambil
melihat-lihat di sekitarnya dengan perasaan takut. saat sampai di depan pintu,
tangannya perlahan menutup pintu itu, dan “Kyaaaaaaaaaaaaa,” teriaknya.
“Tenang lah, ini aku,” ucap sang dokter yang tiba-tiba saja
muncul sambil tersenyum, dokter itu sudah membuat Krystal terkejut dan
berteriak kencang. Saking kencangnya, membuatku terbangun.
“Ada apa...” gumamku. Lalu aku melihat kedua orang itu
berdiri di depan ruanganku.
“Aku hanya mau memberikan ini,” ucap sang dokter, “Ada di
depan pintu ruangan YoonA-ssi,” lanjutnya.
Krystal menerima kertas yang di serahkan dokter Song Joong
Ki, “Gamsahamnida,” ucap Krystal sambil membungkukkan sedikit badannya.
“Ige mwoya?” tanyanya sambil melihat surat yang ada di
tangannya.
“Coba sini aku lihat,”
Krystal menyerahkan kertas yang di berikan dokter Song Joong
Ki pada ku, lalu aku mengambil dan membuka surat itu, “Ini dari Jonghyun,”
ucapku pelan. Entah kenapa, ada perasaan senang bercampur bahagia saat tau
surat ini ternyata dari Jonghyun.
***
Pagi ini kami bangun lebih awal, karena Krystal kembali ke
jepang dengan penerbangan pertama dan aku akan menemaninya untuk yang terakhir
kali.
Saat ia sedang membereskan tempat tidur ku, “Eonni?”
panggilnya tiba-tiba. Aku yang sedang duduk di atas sofa sambil merapikan
baju-bajunya, sontak menghentikan kegiatanku dan menoleh ke arahnya. “Apa tidak
apa-apa aku meninggalkan mu lagi?” tanyanya.
“Tidak apa-apa, wae?”
“Semalam... aku merasakan ada yang aneh dengan rumah sakit
ini,”
“Aneh? Aneh bagaimana?” aku benar-benar tidak mengerti
ucapan Krystal.
“Aneh. Semalam ada yang menarik kaki ku, saat aku akan
tertidur.”
“Kaki mu... di tarik?” tanyaku, memastikan.
“Iya!” jawabnya sambil mengangguk mantap. “Dan pintu itu
selalu terbuka sendiri! Saat aku mengintip ke luar, tidak ada siapa-siapa di
sana,” lanjutnya.
“Bukannya semalam dokter Song yang berdiri di depan pintu
itu, dan menyerahkan surat ini,” ucapku sambil menunjukan surat yang semalam.
Surat itu ku simpan di saku baju ku, karena surat itu dari Jonghyun. Pria itu
selalu membuat kejutan!
“I-iya! Ta-tapi kan...”
Aku langsung memotong ucapan Krystal yang menurutku mulai
ngawur, “Sudah lah, ayo! Nanti kau ketinggalan pesawat,” ucapku sambil
menyerahkan tas besar milik Krystal.
Lalu ia mengambil tas besar miliknya.
“Maaf, aku tidak bisa mengantar mu,” ucapku sambil mengelus
kedua tangannya.
Ia menganggukkan kepala sekali sambil tersenyum, dan
berjalan keluar ruanganku.
“Annyeong!” ucapku, ia hanya tersenyum membalas ucapanku
lalu menutup pintu ruanganku. Krystal benar-benar sudah tidak di ruangan ku,
tinggal aku sendiri tapi kedua tangan ku masih melambai padanya. Tiba-tiba aku
merasakan air mataku membasahi pipiku. Aku
ingin keluar dari sini...
Aku mengambil kursi roda yang Krystal letakan di samping
sofa yang aku duduki sebelum ia merapikan tempat tidur ku.
Saat aku berhasil duduk di kursi roda ku, aku langsung
menjalankan kursi roda ku perlahan menghampiri pintu. Dan aku mencoba membuka
pintu itu, “Aku ingin memeluknya,” gumam ku.
Aku yang duduk di kursi roda ini membutuhkan waktu 5 menit
membuka pintu itu sendiri, karena gagang pintu itu cukup tinggi. Namun, tak
lama pintu pun terbuka.
“Jonghyun?” aku terkejut melihat sosok pria yang berdiri
tepat di depan pintu ku.
“Kau mau kemana?” tanyanya.
“Aku ingin mengejar adik ku,”
Ia berjongkok di depanku, lalu menatapku. Aku sangat senang
saat melihat kedua bola matanya yang bersinar.
“Dia baru saja keluar. Kalau kau mengejarnya sendiri, tidak
akan terkejar. Apa mau aku bantu mendorong kursi roda mu ini?”
Aku menggelengkan kepala, “Tidak, tidak usah.”
“Apa kau mau tetap mengejarnya?”
Mendengar pertanyaan Jonghyun membuat hati ku sakit!
Aku menundukan kepala ku, “Aku kakak yang tidak berguna!”
desisku. Aku merasakan air mata ku keluar lagi membasahi pipiku, tapi kedua
tangan yang dingin langsung menyekanya. Aku pun mengangkat wajahku dan menatap
Jonghyun. Entah kenapa, saat Jonghyun menyentuh kulit ku. Tangannya selalu
terasa dingin, namun sikapnya padaku sangat lah hangat.
“Uljima,” ucapnya sambil menghapus air mata di pipiku.
***
“Jonghyun! Itu...”
Ia yang sedang mengambil bunga di sebelah kiriku, saat aku
menunjuk bunga yang ada di sebelah kanan ku, ia langsung berpindah dan
mengambilnya.
“Kau ingin mengerjaiku ya?” protesnya sambil menyerahkan
bunga-bunga yang ia ambil pada ku.
Aku hanya terkekeh pelan, dan menghirup bunga yang di
berikan Jonghyun.
Aku dan Jonghyun sekarang berada di taman belakang rumah
sakit. Setiap siang aku memang selalu ke sini bersama Jonghyun. Pertamanya
Jonghyun yang memberitahu ku tempat ini, karena ia mengatakan ia sering sekali
ke taman ini sendirian. Entah ia ngapain di sini, tapi aku sangat senang di
taman ini. Apa lagi berdua saja dengan Jonghyun.
“Kenapa tersenyum-senyum sendiri!” ia menyentil pelan
telingaku. Aku cemberut sambil memegangi telingaku yang di sentil Jonghyun. Ia
pun tertawa kecil.
“Itu, ada lagi...” ucapku antusias sambil menunjuk ke bunga
di sebelah Jonghyun. Jonghyun yang tidak melihatnya, akhirnya menginjaknya
tidak sengaja. “Yah, Jonghyun kau sudah menginjaknya!”
Aku yang kesal dengan Jonghyun, langsung menggerakan kursi
roda ku dan meninggalkan Jonghyun.
Ia berlari kecil mengejarku, “Maaf kan aku YoonA,” sesalnya.
Ia berjalan di belakangku sambil terus mengucapkan kata
‘maaf’ tapi aku tidak memperdulikannya, dan terus mendorong kursi roda ku
sendiri sampai ke dalam rumah sakit. Saat aku sudah sampai di dalam rumah
sakit, aku merasakan Jonghyun sudah tidak mengikutiku. Aku membalikkan kursi
rodaku, dan benar! Jonghyun tidak ada di belakangku. Ada perasaan sedih yang
menjalar di sekujur tubuhku, “Kemana dia?” gumamku. Mataku terus mencari
sosoknya, tapi tidak ada.
***
“Sekarang sudah sore, jangan telat minum obat lagi ya,”
“Ne,”
“ini, minum obat mu... Oh iya, nanti ada suster yang datang
ke sini untuk mengganti perban di kakimu,” ucap dokter Song Joong Ki sambil
tersenyum padaku.
“Ne,” jawabku lagi sambil membalas senyum dokter Song. Lalu
ia pergi meninggalkan ruanganku.
Sejenak aku menatap obat-obat yang di letakkan dokter Song
itu di atas meja, entah sampai kapan mulut ku akan merasakan pahitnya obat.
Namun aku langsung mengambil obat itu, dan meminumnya.
Tok! Tok! Tok!
Tak lama terdengar suara ketukkan pintu ruangan ku dari
luar.
“Masuk,” teriakku dari tempat tidur ku.
Tak lama seseorang itu pun masuk, “Jonghyun?” aku terkejut melihatnya.
Ia berjalan menghampiriku sambil tersenyum.
“Aku kira kau suster,”
“Suster? Apa aku terlihat seperti suster?” tanyanya,
bingung.
Aku pun terkekeh pelan melihatnya, “Tidak, tadi dokter Song
mengatakan suster akan ke sini. Ternyata kau, jadi ku kira yang mengetuk
pintuku itu suster,”
Selesai berbicara aku melihat pot bunga yang di bawa oleh
Jonghyun, “Itu... apa?” tanyaku sambil menunjuk ke arah pot bunga yang ia bawa.
“Ini? Ini pot bunga. Kau tidak tau?”
“Tidak, maksudku... untuk apa kau bawa ke sini?”
“Oh, ini untuk mu,” ucapnya sambil tersenyum. Lalu ia
meletakan pot bunga yang berukuran kecil itu di dekat jendela ruanganku. “Kau
harus sering-sering menyiramnya... arrachi?”
“Untuk apa?”
“Tadi siang kau ngambek karena aku menginjak bunga mu, jadi
ini sebagai gantinya,” ucapnya. Lalu berjalan menghampiriku dan duduk di
pinggiran tempat tidurku.
“Gomawo,”
“Ne, cheonmaneyo,”
Sebuah senyuman mengembang di kedua pipiku. Aku benar-benar
bahagia berada di dekat Jonghyun. Tapi... Di satu sisi aku ingin sekali
meninggalkan rumah sakit ini, dan di satu sisi aku selalu ingin tinggal di
rumah sakit ini karena Jonghyun ada di sini. Aku tidak tau ia sakit apa, tapi
setiap tangannya menyentuh kulit ku, tangannya memang terasa dingin. Mungkin ia
sakit parah, dan itu buat aku tidak berani bertanya apapun soal penyakitnya.
“Ada apa?” tanya Jonghyun membuyarkan semua lamunanku.
Aku buru-buru menggelengkan kepalaku.
“Aku kembali ke ruanganku dulu, nanti aku akan kembali,”
ucapnya sambil mengelus kepalaku, lalu ia bangkit dan tersenyum padaku.
Saat Jonghyun benar-benar sudah pergi, aku melihat ke arah
pot bunga yang di berikan Jonghyun. Tiba-tiba ada perasaan sedih di hati ku,
aku tidak mau Jonghyun pergi dari sisiku. “Gomawoyo. Selama aku di sini, kau
selalu menemaniku,” ucapku pada pot bunga yang dari Jonghyun itu.
***
Malam ini aku tidak bisa tidur, aku kepikiran ucapan Krystal
tadi pagi. “Semalam... aku merasakan ada
yang aneh dengan rumah sakit ini” , “Aneh.
Semalam ada yang menarik kaki ku, saat aku akan tertidur” ucapan Krystal terngiang dikepalaku.
Tapi selama aku tinggal di rumah sakit ini, aku tidak
merasakan ada yang aneh. “Apa dia hanya menakutiku, untuk membalas ku?”
gumamku.
Saat aku akan mencoba melupakan ucapan Krystal itu, dan
mulai memaksakan mataku untuk terpejam. Terdengar suara pintu ruangan ku
terbuka perlahan, sontak membuat mataku yang tadinya sudah terpejam kini
terbuka lebar-lebar. “Si-siapa?” tanya ku ketakutan, aku menarik selimutku dan
menutupi wajahku. Namun aku mengintip sedikit untuk melihat siapa yang telah
membuka pintuku.
“Ini aku, Lee Jonghyun” ucapnya sambil menyalakan lampu
ruanganku, dan berjalan menghampiriku.
“Hah~ Ternyata kau,” ucapku lega. Lalu aku bangkit, dan
membenarkan posisi dudukku.
“Apa aku mengganggu tidurmu?” tanyanya sambil duduk di atas
sofa.
“Tidak, tapi kau sudah menakuti ku!”
Ia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
“Tidak lucu!” cemberutku. Ia pun berhenti tertawa.
“Apa kau kira aku hantu?” tanyanya.
“Menurut mu?”
“Ehm, mungkin aku memang hantu,” jawabnya polos. Malah kini
giliran aku yang tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
“Kau belum tidur?” tanyanya.
Aku menghentikan tawa ku, “Belum, aku tidak bisa tidur,”
“Wae?”
“Aku teringat ucapan adik ku,”
“Ucapan adik mu?”
Aku menganggukkan kepal ku, “Ne,”
“Mian, aku sudah membuatnya takut,” sesalnya.
“Kau?”
“Hm!” ia menganggukan kepalanya mantap.
“Jadi kau...”
“Iya, aku yang membuka pintu ruangan mu. Tadinya aku berniat
menyerahkan surat itu pada mu sendiri, tapi ternyata kau sedang ada tamu. Jadi
aku letakan di depan pintu,”
“Gwaenchana,” ucapku sambil tersenyum.
“Baiklah, aku pergi dulu,” ucapnya seraya beranjak dari atas
sofa.
“Sudah mau pergi?” tanya ku kecewa.
“Ini sudah malam, tidak baik berlama-lama di sini,” ucapnya
sambil tertawa kecil.
“Baiklah...”
Ia tersenyum lalu berjalan keluar ruangan. Aku sangat
bahagia saat melihat senyum yang mengembang di bibirnya.
Dddrrrttt Dddrrrttt
Tiba-tiba terdengar suara ponselku bergetar. Saat aku ingin
mengambilnya, tangan ku tidak sampai meraihnya. Dan dengan susah payah aku berusaha
meraihnya, namun ponselku malah terjatuh.
“Hah~ ya sudahlah, besok pagi aku mengambilnya,”
Aku lantas kembali berbaring dan membiarkan ponselku
tergeletak di bawah lantai.
***
“Ini ponsel mu?” tanyanya sambil menyerahkan ponsel itu pada
ku.
Aku lalu mengambilnya, “Ne,”
“Kenapa ada di bawah?”
“Semalam saat aku mau mengambilnya, ponsel ku terjatuh. Dan
aku malas mengambilnya,”
“Oh, begitu...” ucap dokter Song lalu melanjutkan memeriksa
kondisi ku. Aku sempat melirik jam dinding di ruangan ku, jam delapan pagi. Jam
segini dokter Song sudah memeriksa ku, aneh! “Apa pot bunga itu milik mu?”
tanyanya.
“Ne,”
“Cantik,”
Aku pun tersenyum, dan melihat ke arah pot bunga itu. Gomawo, Jonghyun-ssi.
“Kau bisa pulang sekarang,” ucap dokter tiba-tiba, itu
membuatku terkejut dan beralih melihatnya.
“A-apa kau bilang, dok?”
“Kau bisa pulang hari ini,” ucapnya, memperjelas.
Aku tersenyum bahagia. Aku
sudah bisa keluar...
.
Aku membuka pesan yang masuk semalam, “Krystal?” aku
terkejut melihat nama pengirim pesan ke ponsel ku. Aku lalu membuka dan membaca
isi pesannya, “Eonni, aku ada di
apartment mu. Aku tidak jadi kembali ke jepang, mian. Kau sudah boleh pulang
kan hari ini? Kita bertemu ya di apartment. Hehehe,”
“Kenapa dia bisa tau aku pulang hari ini?” segelintir
pertanyaan memenuhi isi otakku.
“Ini, YoonA-ssi. Aku sudah membereskan pakaian mu,” ucap
suster sambil meletakan tas besar ku si sampingku.
“Ne, gamsahamnida,” ucapku sambil sedikit membungkukan
badanku. Suster itu pun lantas pergi meninggalkan ruangan ku. Karena aku tidak
bisa berdiri, suster itu membantu ku duduk di kursi roda ku dan membantu ku
membereskan semua pakaianku.
“Kau sudah boleh keluar?” tanya seorang pria sambil berjalan
menghampiriku.
“Ne,” jawabku sambil tersenyum bahagia.
“Sini aku akan membantumu,” ia menenteng tas besarku, lalu
mondorongkan kursi rodaku.
“Gomawo,”
Kini kami berdua berjalan keluar dari ruangan ini, dan tentu
saja dari rumah sakit ini! Tapi selama kami berjalan keluar dari rumah sakit
sampai saat ini, setiap orang menatap kami aneh. “Apa ada yang salah dengan
gadis yang menggunakan kursi roda?” tanya ku dalam hati. Aku menatap mereka
semua dengan tatapan bingung. Dan akhirnya aku sampai juga di apartment ku,
jarak rumah sakit dengan rumah ku tidak jauh. Jadi bisa di tempuk dengan
berjalan kaki.
“Gomawo,” ucapku pada Jonghyun. Ia hanya tersenyum membalas
ucapanku. “Cepat kembali, nanti para dokter mencarimu,”
Ia meletakan tas besar milikku di samping ku, lalu pergi
meninggalkan ku tanpa menjawab ucapanku satu kata pun.
“Apa dia tersinggung dengan tatapan orang-orang saat menuju
ke sini?” gumamku. Tiba-tiba di benak ku ada perasaan kasihan muncul pada
Jonghyun. Ingin aku memanggilnya, namun tiba-tiba terdengar suara Krystal yang
memanggilku dari arah belakang.
“Eonni!!!” panggilnya sambil berlari kecil menghampiriku.
“Wae?”
“Siapa yang mengantarmu? Aku kan ingin menjemput mu,”
“Jonghyun,”
“Jonghyun?” tanyanya.
“Iya, Jonghyun yang mengantar ku,”
“Siapa Jonghyun?”
“Teman ku yang menginap di rumah sakit yang sama denganku.
Yang aku ceritakan,”
Mendengar ucapanku, bibirnya membulat berbentuk ‘O’
“Sudah lah, ayo masuk!”
.
“Kenapa kau tidak kembali ke jepang!” aku menjitak kepalanya
pelan. Tapi ia meringis sambil memegangi kepalanya.
“Aku khawatir sama kakak, karena rumah sakit itu berhantu!”
Aku tertawa kecil mendengar ucapan Krystal, “Aku mewakilkan
Jonghyun minta maaf karena sudah menakuti mu,”
“Apa?”
“Jonghyun bilang, dia yang membuka pintu itu...”
“Jonghyun?” tanyanya bingung, “Eon, saat pintu itu terbuka.
Aku langsung melihat keluar, dan di luar tidak ada siapa-siapa! Tidak ada
dokter atau suster atau orang lain yang lewat!”
Aku benar-benar tidak ingin mendengarkan cerita Krystal,
“Sudah lah... Oh iya, kenapa kau bisa tau aku pulang hari ini?” tanyaku
mengalihkan pembicaraan.
Tapi Krystal tidak menjawab pertanyaan ku, dan melanjutkan
ceritanya. Mau tidak mau aku mendengarkannya.
“Dan saat aku mau tidur, tiba-tiba kaki ku seperti ada yang
enariknya dan pintu itu terbuka lagi. Saat aku ingin menutup pintu itu,
tiba-tiba dokter itu memberikan surat yang katanya di letakan oleh seseorang di
depan pintu,”
Tiba-tiba aku teringat ucapan Jonghyun semalam, “Iya, aku yang membuka pintu ruangan mu.
Tadinya aku berniat menyerahkan surat itu pada mu sendiri, tapi ternyata kau
sedang ada tamu. Jadi aku letakan di depan pintu,”
Tapi Krystal bilang,
di depan ruangan ku tidak ada siapa-siapa?
“Eonni! Kau dengar aku?” ucap Krystal, menyadarkan
lamunanku.
“Bunga...”
“Bunga?”
Aku menatap Krystal, terlihat kalau ia sangat bingung.
“Aku akan kembali,” ucapku cepat dan aku langsung bergegas
keluar apartment, pergi menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit...
“Dokter, apa pot bunga yang ada di ruangan ku sudah di
buang?” tanya ku pada dokter Song Joong Ki saat aku berpapasan dengannya di
depan pintu masuk rumah sakit.
“Sepertinya belum, waeyo?”
“Apa Jonghyun masih di rawat di sini?” tanya ku.
ia tampak bingung dengan pertanyaan ku, “Jonghyun?”
“Iya, Lee Jonghyun. Pasien pria yang menginap di rumah sakit
ini juga,”
“Tidak ada pasien yang bernama Lee Jonghyun di sini,”
ucapnya.
Deg! Jantung ku berdetak kencang.
“Tapi sepertinya dulu memang ada pasien yang bernama Lee
Jonghyun di sini, tapi dia sudah meninggal sebulan yang lalu. Pas saat kamu ke
sini dia meninggal,”
“Meninggal?”
Aku jadi ingat saat Jonghyun menghapus air mata ku dengan
kedua tangannya. Tangannya memang terasa dingin. Tapi...
“Ani, Jonghyun masih hidup! Selama aku di rumah sakit ini,
dia yang menemaniku!”
Aku berteriak sambil menangis. Aku menangis sejadi-jadinya.
Sampai semua orang yang ada di rumah sakit memperhatikan aku. Tapi aku terus
menangis.
“Tidak... Jonghyun belum meninggal...” tangisku tak
terhenti. Aku berkali-kali memukul dadaku yang sesak namun rasa sesaknya tak
kunjung hilang. Aku mendorong kursi roda ku masuk ke dalam ruangan ku dengan
susah payah, karena tubuh ku terasa lemas tapi aku tetap memaksakan. Dokter
Song sudah berusaha menenangkanku dan mau membantu mendorong kursi roda ku,
tapi langsung aku tepis.
Sesampainya di ruangan ku menginap selama di rumah sakit
ini, aku mengambil pot bunga yang di berikan Jonghyun, “Jonghyun...” panggilku
lirih karena isak tangis ku makin menjadi-jadi.
Lalu ada seorang wanita paruh baya yang masuk ke dalam
ruangan ku, aku tidak tau ia siapa. “Saat kau keluar dari rumah sakit, aku
melihat kursi roda mu seperti berjalan sendiri. Seperti ada yang mendorong mu,
dan tas besar mu melayang sendiri...” ucap wanita paruh baya itu.
Aku tidak bisa memberhentikan tangisku, dadaku semakin
sesak. Dan percakapan aku dengan Jonghyun semalam tiba-tiba terlintas di kepala
ku, dan aku sangat ingat ucapannya “Ehm,
mungkin aku memang hantu,” tapi aku tidak mengira kalau dia memang benaran
hantu.
Aku memeluk pot bunga yang di berikan oleh Jonghyun, “Aku akan merawatnya. Aku berjanji!”
ucapku dalam hati.
Aku tidak bisa berhenti menangis. Aku tidak dapat menerima
kenyataan ini!
***
-Satu bulan kemudian-
“Nona? Apa kau mengenal anak ku?” tanya seorang wanita di
sebelah ku.
“Ne, dulu kita teman saat di rumah sakit ST Mary Seoul,
Gangnam.” ucapku sambil tersenyum.
“Oh... geuraeyo?” ucap wanita itu, lalu ia melanjutkan
berdoa untuk putranya. Tapi aku hanya diam berdiri sambil menatap abu dan foto
yang ada di hadapanku. Sudah satu bulan berlalu, tapi aku tidak bisa
melupannya. Hampir tiap minggu aku datang ke sini, sekedar untuk melihat
fotonya dan mendoakannya. Aku tau alamat pemakamannya dari dokter Song Joong
Ki. Di benak ku, Jonghyun selalu hidup seperti bunga yang ia berikan pada ku.
Dan bunga itu tumbuh indah, seperti senyum Jonghyun yang selalu membuat ku
bahagia.
Jonghyun... gomawo...
-THE END-
Inspiration :
novel ‘Fuko and the Ghosts’, and Film india (lupa judulnya)
Sorry kalo ada typo ^^ but, Thanks for
reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar